Sukses

Waspada Pandemi Corona, Dewan SDA Nasional Imbau Masyarakat Atur Penggunaan Air Bersih

Kebutuhan air bersih meningkat tajam untuk melayani rumah sakit yang ada dan yang baru dibangun untuk melayani kebutuhan ODP, PDP, dan pasien positif penderita infeksi virus corona

 

Liputan6.com, Jakarta Anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional (SDAN), Ir. S Indro Tjahyono mengatakan virus corona atau Covid-19 bisa menempel di permukaan benda-benda berbahan plastik sampai baja.

"Pada permukaan benda berbahan plastik virus ini bisa bertahan hidup 5 hari, kaca 4 hari, kertas 4-5 hari, kayu 4 hari, alumunium 2-8 jam, sarung tangan operasi 8 jam, stainless steel 4-8 jam, dan tembaga 4 jam," ujarnya. 

Walau tingkat kematian akibat virus ini tergolong kecil yakni 3,7% dibanding dengan Ebola (50%), MERS (34,3%), dan SARS (10%); namun kecepatan penularannya sangat tinggi dan ekspansif. Di beberapa negara, tingkat kematiannya bahkan bisa mencapai 10%, karena negara-negara tersebut memiliki kebiasaan dan budaya yang memudahkan penularan. Tata cara penanggulangannya juga masih dalam penelitian. Saat ini, penanggulangan virus corona kebanyakan hanya mengandalkan daya tahan tubuh karena belum tersedianya vaksin.

Menurut Indro Tjahyono, yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penularan virus corona ini adalah dengan membunuh virus yang menempel di permukaan benda-benda.

"Tindakan ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai disinfektan yang tersedia di pasaran maupun disinfektan yang dibuat sendiri. Disinfektan yang dianggap efektif adalah yang mengandung 62-71% etanol, 0,5% hidrogen peroksida atau 0,1% natrium hipoklorit.

Dalam skala rumah tangga cairan disinfektan antara lain digunakan untuk membersihkan permukaan perabot, komponen bangunan, dan kendaraan. Disinfektan dalam jumlah besar juga disemprotkan pada fasilitas umum dan fasilitas sosial antara lain jalan, tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, perkantoran, ruko, terminal, pasar, dan lain-lain.

Selain disinfektan, dibutuhkan air bersih dalam jumlah besar untuk mencegah penyebaran virus corona. 

"Dibutuhkan air yang lebih banyak bagi keluarga saat melakukan karantina untuk mencuci tangan, minum, mencuci bahan makanan, memasak, mandi, mencuci baju, mencuci peralatan pribadi, dan bersanitasi," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Air Bersih Perpipaan

Kebutuhan air bersih meningkat tajam untuk melayani rumah sakit yang ada dan rumah sakit yang baru dibangun dalam melayani kebutuhan orang dalam pengawasan, pasien dalam pengawasan, dan pasien positif penderita infeksi virus corona. Volume pasokan air bersih akan meningkat untuk disalurkan guna memenuhi kebutuhan air bersih bagi daerah yang belum terlayani melalui perpipaan.

"Air bersih perpipaan adalah air yang paling memenuhi syarat untuk menangkal penyebaran atau penularan virus corona, khususnya untuk melakukan pembersihan di lingkungan rumah tangga. Namun sampai saat ini akses air bersih melalui perpipaan hanya terlayani sebesar 76%, sedangkan sisanya belum tersentuh akses aman air minum yakni sebesar 24%. Hal ini tentu akan berakibat pada besarnya risiko penularan virus corona," jelasnya.

Lebih lanjut Indro Tjahyono mengungkapkan bahwa masalah yang paling mendasar pada pandemi virus corona saat ini adalah penyembuhannya hanya mengandalkan pada antibodi atau daya tahan tubuh penderita, akibat belum ditemukannya vaksin.

"Untuk mencapai hal itu, kebutuhan 5 liter air per kapita per hari harus dipenuhi agar kadar air pada tubuh manusia sebesar 60-70 persen bisa dipertahankan. Hal ini kemudian kembali pada pertanyaan sejauh mana hak warga negara atas air tercapai, mengingat bahwa kekurangan air lebih mematikan dibanding dengan kekurangan makanan," ungkapnya.

Akibat dari pelayanan air minum layak oleh negara guna mewujudkan hak atas air masih terkendala, maka rakyat berpenghasilan rendah juga harus membeli air atau mengonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK), baik dalam botol maupun tabung galon.

Pada Maret 2019, rumah tangga yang menggunakan AMDK sebagai sumber air minum utama masih sebesar 38,28%. Realitas ini seperti membenarkan adagium bahwa mereka yang miskin adalah kelompok yang paling beresiko menderita infeksi dari virus corona.

Mengingat kondisi yang masih belum ada kepastian hingga saat ini, Indro Tjahyono, Anggota DSDAN menghimbau masyarakat agar lebih waspada pada pandemi ini, namun juga masyarakat harus mengatur penggunaan air bersih untuk mencegah terjadinya infeksi, jangan jadi terlalu boros juga, mengingat sebentar lagi memasuki musim kemarau.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini