Sukses

Sederet Kisah Pilu Warga Kelaparan di Tengah Pandemi Corona

Bahkan ada dari mereka yang nekat mencuri beras, sekedar untuk bisa makan di tengah pandemi Corona.

Liputan6.com, Jakarta Distribusi bantuan sosial (Bansos) bagi warga yang terdampak pandemi Corona terus dilakukan.

Bantuan tersebut diberikan seiring berkurangnya kegiatan ekonomi saat pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Belakangan, muncul sederet kisah memilukan dari masyarakat yang kelaparan karena minimnya penghasilan.

Bahkan ada dari mereka yang nekat mencuri beras, sekedar untuk bisa makan di tengah pandemi Corona.

Aksi tersebut belum lama dilakukan warga Kelurahan Sari Rejo Medan, Kecamatan Medan Polonia, Medan. Saat diamankan, kepada polisi, pria berumur 40 tahun itu mengaku, lantaran tak ada lagi bahan makanan di rumahnya yang bisa dimakan.

"Tersangka menerangkan bahwa dirinya sudah sangat lapar sekali berhubung apa pun sudah tidak ada yang bisa dimasak untuk dimakan," kata Kapolrestabes Medan, Kombes Jhonny Edison Isir, saat dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu, 22 April 2020. 

Cerita pilu lainnya datang dari satu keluarga di Serang, Banten yang terpaksa mengonsumsi air galon selama dua hari dan mengonsumsi singkong karena tak kuasa lagi menahan lapar.

Menurut penuturan suaminya, saat itu, dia dan almarhumah istrinya, Yulie Nuramelia, malu untuk meminta bantuan kepada tetangga mereka. Sampai akhirnya bantuan dari para relawan datang membawa sembako seperti beras, telur hingga minyak goreng.

Berikut ini sederet cerita pilu dari warga kelaparan di tengah pandemi Corona yang dihimpun Liputan6.com:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kisah Kakak Adik di Muara Enim

Kisah miris dialami kakak adik di Kecamatan Gelumbang, Muara Enim, Sumatera Selatan. Keduanya bernama Daluna (23) dan Rohima (21).

Kondisi mereka baru terungkap ketika anggota TNI dan polri memberikan bantuan kepada warga terdampak Covid-19.

"Bawa nasi, Pak?" kata Daluna kepada petugas.

Kapolres Muara Enim AKBP Donni Eka Syahputra mengungkapkan, dari keterangan Kepala Desan (Kades) dan warga setempat, Daluna dan Rohima tinggal bersama saudara laki-lakinya yang seorang pengangguran. Orangtua mereka sudah tidak ada, dan dua kakak beradik itu diketahui punya keterbelakangan mental.

"Sekarang sudah dirawat di RS Gelumbang dan akan dirujuk ke rumah sakit Kabupaten Muara Enim," kata Donni saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 22 April 2020. 

Donni menjelaskan, keadaan keduanya semakin membaik. Tapi, kata dokter dari rumah sakit belum bisa mendiagnosa penyakit yang diderita keduanya, terutama yang terbaring lemas.

"Keduanya kondisinya segar. Tadi hasil pembicaraan kami, keduanya akan dirujuk ke rumah sakit lebih besar di Muara Enim. Ini sudah ditindaklanjuti dan bupati sudah mengingatkan sore hari akan segera diberangkat ke Muara Enim," kata Donni.

Menurut keterangan tetangga, kata Donni, kakak-beradik selalu mendapatkan bantuan makanan dari saudara kandung yang tinggal tak jauh dari lokasi. Pernyataan itu pun sekaligus meluruskan kabar yang menyebut bahwa keduanya tidak makan dua hari.

"Tidak ada kata-kata yang didengar Bhabinkamtibmas mereka tidak makan dua hari. Tetangga meyakinkan satu dan dua hari lalu sudah diberikan nasi oleh mereka, sehingga tidak benar bahwa mereka kelaparan," ujar Donni.

Berdasarkan informasi, Daluna dan Rohima merupakan warga yang terdaftar sebagai penerima bantuan. Tercatat pada 2015, mendapat bantuan bedah Rumah dari Cipta Karya (PUPR Kabupaten Muara Enim) dan bantuan listrik gratis.

Pada 2017 mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari Dinas Sosial Kabupaten Muara Enim. Pada 2019 mendapat bantuan program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) berupa kartu sembako. Tahun 2019 mendapat bantuan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yatim piatu.

3 dari 4 halaman

Tangisan Pilu Yulie Nuramelia

Suami almarhumah Yulie Nuramelia, membagikan kisah hidupnya yang kelaparan hingga harus minum air galon isi ulang selama dua hari.

Dia bercerita kalau perut keluarganya terisi makanan hanya hingga Rabu pagi, 15 April 2020. Hingga akhirnya ada salah satu anaknya yang menghubungi relawan untuk meminta bantuan. Relawan itu datang pada Jumat, 17 April 2020. 

"Ini yang ngasih duluan, katanya ada hamba Allah yang ngasih. Saya juga makasih ada yang nyumbang, membantu," kata Holik, ditemui di Kota Serang, Banten, Rabu (22/4/2020).

Selama dua hari itu, keluarga Yulie hanya mengisi perutnya dengan air galon. Bahkan sebelum itu terjadi, kerap menahan lapar dengan merebus singkong yang ditanam di sekitar rumahnya. Meski singkong itu masih berukuran kecil dan belum layak konsumsi.

"Makan yang ada aja, singkong itu dicabut, enggak layak makan lah, karena kepepet. Mau minta-minta ke tetangga kan malu. Kalau rejeki mah kan Allah yang ngatur. Mudah-mudahan ada milik, kalau enggak ada milik mah ya itu kosong, minum air, ngerebus singkong," terangnya.

Belakangan berita tentang keluarga ini sempat viral di media sosial. Bahkan dikatakan penyebab meninggalnya almarhum Yulie karena diduga kelaparan. 

Namun, sang suami, M Kholik membuat surat pernyataan yang ditandatangani pada Selasa, 21 April 2020. Berikut isi lengkap surat pernyataan yang beredar:

Surat Pernyataan

Saya Muhamad Holik suami dari almarhumah Ibu Yuli Nur Amelia ingin mengklarifikasi bahwa pemberitaan yang beredar di media sosial, media online dan media elektronik yang memberitakan bahwa istri saya meninggal karena kelaparan atau tidak makan selama dua hari itu tidak benar. Tetap istri saya menjnggal karena kecapean atau kelelahan.

Demikian surat pernyataan klarifikasi Ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaa dari siapapun.

Serang, 21 April 2020

M. Kholik

Suami Almh Ibu Yuli N.A

4 dari 4 halaman

Cerita dari Medan, Nekat Mencuri karena Lapar

Kapolrestabes Medan, Kombes Jhonny Edison Isir mengatakan, peristiwa itu terjadi di Jalan Cinta Karya, Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia. 

Merasa penasaran, dia meminta jajarannya melihat kondisi kehidupan pria tersebut di tengah wabah Corona.

Jhonny melanjutkan, tersangka mengatakan istri dan ketiga anaknya telah meninggalkannya dan tinggal bersama mertuanya (orangtua sang istri) yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Dan tersangka bekerja di Delitua hanya sebagai tukang bubut. Karena sepi pekerjaan tersangka pun tidak mempunyai uang untuk membeli makanan," ucap Jhonny.

Pria itu, lanjut Jhonny, menerangkan mendapat bantuan beras di tengah pandemi Corona, tetapi ia berikan kepada istrinya untuk keperluan makan istri dan ketiga anaknya.

"Karena tidak lagi ada yang bisa dimakan dan tidak mempunyai uang untuk membeli makanan, maka tersangka melakukan pencurian," terang Jhonny.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.