Sukses

Melihat Konsistensi Ucapan dan Tindakan Gus Dur untuk Kebhinekaan Indonesia

Nilai-nilai yang sudah diperjuangkan Gus Dur sangat dibutuhkan oleh generasi muda saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Garda Pemuda (GP) Nasdem menggelar acara dialog kepemudaan dalam rangka memperingati haul ke-10 Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Bertema 'Pemuda Bhineka Merawat Indonesia', kegiatan tersebut berusaha melihat bagaimana konsistensi ucapan dan tindakan Gus Dur dalam menjaga keutuhan NKRI.

Sekretaris Jenderal GP Nasdem, Mohammad Haerul Amri mengatakan, menghidupkan kembali nilai-nilai yang sudah diperjuangkan Gus Dur sangat dibutuhkan oleh generasi muda saat ini.

"Gus Dur adalah figur bapak bangsa yang konsisten antara ucapan dan tindakan. Konsistensi itu beliau wujudkan dengan pembelaannya terhadap kaum minoritas, perjuangan kemanusiaan, keadilan, persaudaraan, dan kesetaraan. Kita sebagai pemuda harus menghidupkan kembali nilai-nilai yang sudah diperjuangkan oleh Gus Dur," tutur Haerul di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (4/1/2019).

Menurut Haerul, gelombang informasi saat ini sangatlah deras. Namun tidak semua memiliki nilai positif.

"Tidak sedikit juga informasi yang berkembang justru melunturkan kebhinekaan kita. Ujaran kebencian dan hoaks begitu mengalir setiap saat. Di sinilah pemuda harus mengambil peran untuk merawat keberagaman kita seperti yang pernah dilakukan Gus Dur," jelas Haerul.

Ketum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto atau Cak Nanto kemudian menggambarkan bagaimana sosok Gus Dur merupakan seorang intelektual yang sangat membebaskan masyarakat Indonesia membaca buku apapun.

"Semua buku dilalap. Jadi kalau sekarang masih ada yang bakar-bakar buku intelektual, agak aneh. Kita pernah punya sosok yang membebaskan membaca apapun. Ini menjadi sejarah terbentuknya toleransi. Kalau kita dibatasi, maka tidak akan pernah terbuka, apalagi pikiran kita," ujar Cak Nanto.

Nanto menyebut, kepemimpinan Gus Dur membawa seluruh organisasi dalam negeri untuk saling bantu dalam membangun toleransi. Selama hidupnya, dia selalu siap pasang badan untuk melindungi kelompok yang termarjinalkan.

Tidak pusing dengan caci maki. Sebab, lanjutnya, Gus Dur pernah bilang bahwa mereka yang masih mudah terpengaruh oleh pujian dan cacian di dunia, artinya dia hamba Allah yang amatiran.

"Sekarang sudah tidak zamannya keangkuhan organisasi membunuh organisasi lain dalam rangka membangun kebhinekaan. Kalau internal kita masih begitu, tidak mungkin kita berpikir toleransi, kemajuan," katanya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Ada Duanya

Wasekjen GP Anshor Karuniana Dianta Sebayang menambahkan, dalam sejarah masa kini, Gus Dur merupakan sosok pembela pluralisme yang tidak ada di negeri lainnya.

Gus Dur merupakan anak dari keluarga ningrat dan berdarah biru. Sebagai cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan anak pendiri negeri, dia bisa menjalani hidup tanpa pusing memikirkan orang lain.

"Tapi dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Bagaimana dia melihat orang-orang termajinalkan. Gusdur pada saat jadi presiden, yang unik adalah walaupun cuma 2 tahun, orang percaya pada kepemimpinan Gus Dur," sebut Dianta.

Sebagai doktor dan akademisi bidang ekonomi, Dianta mencontohkan mengapa bisa menilai bahwa masyarakat percaya pada kepemimpinan Gus Dur.

"Pertama, dolar saja bisa Rp 6 ribu, Rp 7 ribu. Menjaga trust orang terhadap uang itu susah. Kedua, orang mau bayar pajak. Kalau sekarang itu 80 persen, kalau zaman Gus Dur 150 persen. Dari target 100 persen, malah lebih. Kok bisa. Saya telusuri, ternyata memang perusahaan-perusahaan itu percaya," terangnya.

"Kemudian saya cari lagi kenapa bisa bayar lebih. Ternyata karena Gus Dur selain tidak membedakan orang dan pembangunan, Gus Dur coba menjaga supaya seluruh badan negara mendapatkan peran untuk negeri. Makanya dulu banyak organisasi-organisasi pemuda yang dipromosikan," lanjut Dianta.

Wakil Sekjen Bid Organisasi PP Pemuda Katolik, FX Rudy Djong menggarisbawahi bahwa bukan hanya kelompok muslim saja yang mengistimewakan Gus Dur.

"Tapi seluruh Indonesia. Bahkan masyarakat Tionghoa pun sangat bersyukur sekali Gus Dur memberikan kesetaraan pada agama Konghucu itu. Terus terang saja, di Indonesia sekarang ada banyak kepercayaan juga yang belum mendapatkan itu," ujar Rudy.

Bagi Rudy, Gus Dur menjadi anugerah Tuhan di tengah keragaman bangsa Indonesia. Sebab jika perbedaan tidak ditangani dengan baik, yang tampak hanyalah perpecahan.

"Toleransi sekarang ini surut karena banyak yang melakukan apapun agar bisa berkuasa. Gus Dur ini sangat luar biasa memberikan kekuatan ke orang-orang minoritas. Agama memang membawa kebaikan, tapi yang terjadi malah dibenturkan untuk kepentingan, bahkan kekuasaan," Rudy menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.