Sukses

4 Kasus Manusia Tewas Gara-Gara Hewan di Indonesia

Tawon Vespa dalam 2 tahun terkhir telah menewaskan tujuh warga Klaten.

Liputan6.com, Jakarta - Jika Anda ditanya hewan apa yang paling membahayakan di dunia, mungkin sebagian besar dari kita akan menjawab piton, singa, harimau, buaya, kobra, dan banyak lagi.

Namun, meski berbahaya tak sedikit orang yang menjadikannya sebagai peliharaan. Bahkan ada pula sebagian orang yang memperlakukannya sebagai keluarga.

Kojek adalah seekor buaya yang memiliki bobot 200 ton dan tinggal dengan satu keluarga di Kelurahan Sempur, Bogor Tengah.

Irwan sang pemilik mengaku sudah merawatnya sejak reptil buas itu masih berukuran 20 sentimeter hingga memiliki panjang 2,7 meter.

Sampai pada suatu hari, dia dan keluarganya harus mengikhlaskan kepergian buaya tersebut untuk dikembalikan ke habitat aslinya karena dinilai membahayakan.

Dilihat secara fisik, memang tubuh-tubuh hewan tersebut sangat besar dan sangat membahayakan. Namun, Anda jangan terkecoh, banyak pula hewan yang fisiknya kecil tapi bisa lebih berbahaya bahkan dapat mematikan manusia. Apa sajakah itu?

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Tawon Vespa

Keberadaan tawon vespa belum lama ini meresahkan warga Klaten, Jawa Tengah. Akibat serangan tawon berjenis Vespa Affinis ini, hingga tahun 2018, total telah ada tujuh warga meninggal dunia akibat tersengat.

"Adapun rinciannnya sebanyak 2 orang pada tahun 2017 dan 5 orang pada tahun 2018 lalu," ungkap Kepala Dinas Pemadam dan Kebakaran (Damkar) Klaten, Nur Khodik.

Dengan jatuhnya korban, warga pun yang dibantu dengan petugas damkar setempat melakukan pemusanahan sarang tawon di sejumlah titik. Tercatat jumlah pemusnahan yang telah dilakukan di wilayah Klaten selama dua tahun terakhir mencapai lebih dari 400 lokasi sarang tawon.

"Tahun 2017 Damkar melaksanakan eradikasi sebanyak 217 lokasi sarang tawon Vespa Affinis. Sedangkan pada tahun 2018 kemarin jumah penanganan eradikasi mencapai 207 sarang,” sebut Khodik.

Di tahun 2019 di aku Khodik, antrean untuk memusnahkan tawon yang dikenal oleh penduduk lokal dengan sebutan tawon endhas ini telah menumpuk.

"Dari tanggal 1 – 11 Januari 2019, Damkar Klaten telah melakukan eradikasi sebanyak 18 lokasi sarang Vespa Affinis. Sementara itu jumlah laporan yang mengantre untuk eradikasi (pemusnahan total) sudah mencapai 22 laporan," ujarnya.

Lantas bagaimana cara penanganannya?

Proses eradikasi yang dilakukan tim OTT Damkar Klaten tidak dengan membakar sarang tawon, namun dengan cara menghisap tawon dari sarang.

Caranya dengan menggunakan alat blower yang biasanya digunakan untuk menyedot asap saat terjadi kebakaran.

"Blower ini biasanya untuk menghisap asap tapi kita modifikasi untuk penanganan sarang tawon ini. Dengan cara ini bisa meminimalisir kerusakan bangunan. Kalau dengan dibakar nanti akan ikut merusak bangunan," tutur petugas tim Operasi Tangkap Tawon (OTT) Damkar Klaten, Eddy Setiawan.

Sedangkan untuk warga yang terkena sengatan tawon bisa dikompres dengan menggunakan es batu, dilanjutkan dengan minum obat antibiotik.  

3 dari 5 halaman

Ikan Caroang

Satu lagi yang hewan yang terlihat tak berdaya dari luar, namun sangat mematikan. Ikan Caroang.

Andri (32), nelayan Dusun Kalapatiga RT 04/RW 09 Desa Babakan, Kabupaten Pangandaran, pada Jumat, 11 Januri kemarin diserang ikan caroang atau ikan cendro saat menyelam berburu ikan di kawasan perairan Cagar Alam Pangandaran.

Korban meninggal akibat tusukan moncong mulut ikan.

"Korban tiba-tiba diserang caroang, dan terkena tusukan moncong mulut ikan itu tepat di bagian urat nadi leher,” ungkapnya Dodi Abdillah, anggota Tagana Pangandaran yang juga rekan korban, seperti dilansir dari Jawapos.com, Sabtu (12/1/2018).

"Saat dievakuasi korban masih bernafas, namun penuh darah karena luka di bagian leher. Tiba di puskesmas korban menghembuskan nafas terakhirnya," tambah Dodi.

Menurut Dodi, ikan ini jenis ikan yang agresif dan kerap menyerang penyelam.

4 dari 5 halaman

Ular Piton Makan Manusia di Kabupaten Muna

Kisah Wa Tiba (53), warga Desa Lawela, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, menggegerkan Tanah Air bahkan dunia. Bagaimana tidak, ibu satu orang anak ini ditelan hidup-hidup oleh seekor ular piton sepanjang 7 meter, pada 15 Juni 2018.  

Wa menjadi korban keganasaan hewan berdarah dingin itu di kebun jagungnya sendiri. 

Menurut cerita sang adik, kakaknya saat itu kerap berpapasan dengan kawanan ular berukuran besar. Terlebih saat dia sedang berada di kebunnya. Telah banyak hewan ternak yang dipeliharanya menjadi santapan ular.

Kala itu pencarian besar-besaran dilakukan warga. Keesokan harinya jasad wanita paruh baya itu ditemukan. Kecurigaan warga muncul saat melihat  seekor ular piton besar dengan perut besar di dekat kebun. Mereka membunuh ular tersebut, membedah perutnya dan menemukan Wa dengan pakaian yang masih utuh.

Kepala Desa Lawela, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, La Faris, yang memimpin pencarian menuturkan, pada jasad korban ditemukan sejumlah luka.

Luka pertama terdapat di bagian kaki yang berbentuk gigitan. Sementara, luka kedua terdapat di kepala. Melihat posisi jasad saat dikeluarkan dari dalam perut ular, kepala korban diduga ditelan lebih dulu. 

5 dari 5 halaman

Wanita Diterkam Buaya

Deasy Tuwo (44) warga Desa Suluun Tiga, Kabupaten Minahasa Selatan, belum lama ini menjadi korban keganasan seekor buaya. Wanita yang kerap memberi makan buaya di kolam penangkaran ini dilaporkan diterkam buaya. 

Awalnya, sejumlah rekan di perusahaan pembibitan mutiara mencari perempuan itu ke sekeliling area perusahaan. Namun, rekannya dikejutkan dengan penemuan jenazah Deasy di kolam penangkaran buaya.

"Informasinya yang bersangkutan karyawan sini. Dia sering memberi makan buaya. Kita masih menyelidiki penyebabnya," ujar Wakapolres Tomohon Kompol Joice Wowor.

Polisi masih menyelidiki sebab kematian wanita yang kerap memberi makan buaya itu, apakah tergelincir atau ada sebab lain

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.