Sukses

Madura Memang Zona Rawan Gempa, Ini 3 Faktornya

Gempa yang mengguncang Madura berkekuatan 4,8 SR membuat puluhan rumah warga rusak. Daerah itu jadi zona rawan gempa. Apa faktornya?

Liputan6.com, Jakarta - Gempa tektonik yang mengguncang Sumenenep Madura berkekuatan 4,8 SR membuat puluhan rumah warga rusak. Gempa yang terjadi pukul 20.06 WIB itu berpusat pada koordinat 6,88 LS dan 113,94 BT dengan kedalaman dangkal 12 km.

Saat gempa terjadi, warga sedang melaksakan salat Tarawih.

"Peristiwa gempa tersebut sangat mengagetkan dan membuat panik. Betapa tidak, masyarakat selama ini meyakini bahwa Pulau Madura merupakan wilayah aman gempa, karena sebagian besar warga Madura memang belum pernah merasakan guncangan gempa bumi," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono kepada Liputan6.com, Jakarta, Kamis (14/6/2018).

Dia menjelaskan, sebenarnya Madura juga menjadi daerah rawan gempa. Ini disebabkan oleh tiga faktor.

"Yaitu kondisi tektonik, aktivitas seismisitas, dan catatan gempa dirasakan dan merusak," ucap Daryono.

Faktor pertama adalah kondisi tektonik. Dia menjelaskan secara tektonik Pulau Madura merupakan kawasan rawan gempa, karena letaknya berada di dalam zona jalur Sesar RMKS (Rembang, Madura, Kangean, dan Sakala). Zona sesar RMKS ini memiliki arah barat-timur membentuk zona deformasi dengan lebar sekitar 15-40 km dan panjang 675 km dari area Rembang, Pulau Madura dan Kepulauan Kangean hingga Sakala di bagian timur.

"Sesar RMKS tergolong aktif karena banyak catatan sejarah yang menjadi bukti bahwa Sesar RMKS pernah memicu gempa signifikan dan merusak, seperti Gempa Rembang 1836 (VII MMI), Gempa Pati 1890 (VIII MMI), Gempa Sedayu 1902 (VI MMI), dan Gempa Lamongan 1939 (VII MMI)," kata dia.

Faktor kedua adalah bukti aktivitas kegempaan (seismisitas). Jika diamati sebaran peta seismisitas wilayah Madura yang sudah terelokasi tampak terdapat klaster-klaster aktivitas gempa berkedalaman dangkal yang berasosiasi dengan aktivitas sesar, baik di bagian barat, selatan, dan timur Pulau Madura.

"Data gempa ini merupakan bukti konkrit bahwa Pulau Madura cukup aktif aktivitas kegempaannya," imbuh Daryono.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Faktor Ketiga

Faktoor ketiga adalah catatan gempa dirasakan dan merusak. Gempa dirasakan di Pulau Madura tidak terjadi sekali ini saja. Pada 20 Februari 2017 gempa Sampang dengan kekuatan M=3,7 pernah mengguncang wilayah barat Madura seperti Sampang, Torjun, Ragung, Kedungdung, Karangtengah, Blega, dan Konang dalam skala intensitas III MMI.

"Saat itu dilaporkan banyak warga lari berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkn diri. Berikutnya adalah gempa Sumenep yang terjadi Rabu malam 13 Juni 2018 berkekuatan M=4,8 yang merusak puluhan bangunan rumah. Fakta ini semakin mengokohkan pendapat kita bahwa Madura memang zona rawan gempa," terang Daryono.

 

Saksikan tayangan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.