Sukses

Setelah Setya Novanto, KPK Bidik Tersangka Baru Korupsi E-KTP

Selama proses persidangan perkara e-KTP, komisi antirasuah mendalami kelompok mana saja yang harus ikut bertanggung jawab.

Liputan6.com, Malang - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membidik tersangka baru dan kelompok yang harus ikut bertanggung jawab dalam perkara korupsi KTP elektronik (e-KTP). Hasil persidangan terhadap Setya Novanto dan tersangka lainnya jadi celah untuk melanjutkan kasus itu.

Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, dari proses persidangan dan alat bukti yang ada diharapkan bisa menjadi jalan untuk mengusut tersangka baru perkara korupsi proyek e-KTP.

"Kita sedang cari celah untuk melanjutkan kasus itu. Mudah-mudahan teman penyidik dan penuntut bisa membawa kasus, misalnya pencucian uang," kata Agus usai menjadi pembicara di Universitas Brawijaya Malang, Jumat (4 Mei 2018).

Selain itu, selama proses persidangan perkara e-KTP itu pula, komisi antirasuah mendalami kelompok mana saja yang harus ikut bertanggung jawab.

"Kita dalami klaster pengusaha, birokrat, politikus yang juga harus ikut tanggung jawab. Kita dalami lagi kira-kira nanti akan berlanjut ke mana," ujar Agus.

Perkara korupsi proyek e-KTP ini sendiri telah menyeret Setya Novanto ke dalam penjara Sukamiskin, Bandung. Bekas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ini divonis 15 tahun penjara serta pidana denda Rp 500 juta subsider 3 bulan penjara.

Politikus Partai Golkar itu juga diharuskan membayar uang pengganti sebesar 7,3 juta dolar Amerika Serikat dan dicabut hak politiknya selama lima tahun setelah menjalani masa hukuman.

"Dia menyatakan sanggup membayar uang itu," ucap Agus.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengakuan Tak Disertai Bukti

Ia menambahkan, kicauan Setya Novanto selama persidangan yang menyebut sejumlah nama tak disertai alat bukti yang cukup. Dengan begitu, penyidik tak menemukan satu fakta pun atas pernyataan Setya Novanto.

"Setnov itu terlalu sering menyebut nama tapi tak memberikan alat bukti. Kita dalami, tapi sejauh ini tak menemukan apa-apa," kata Agus.

Saksikan video pilihan di bawah ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.