Sukses

Sigi: Minyak Mengalir Sampai Jauh

Aktivitas penambangan minyak mentah tradisional yang dikelola oleh masyarakat itu kerap memunculkan persoalan.

Liputan6.com, Jakarta - Di pinggiran Provinsi Sumatera Selatan, aktivitas yang memutar roda ekonomi terlihat. Puluhan drum berisi minyak mentah menunjukkan potensi kawasan itu. Warga pun menggantungkan hidupnya di penyulingan minyak mentah yang dikelola bersama-sama itu.

Minyak mentah memang memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat yang menggantungkan pundi-pundi penghasilannya di sini. Ini nampak dari puluhan tangki penyulingan yang berjajar rapi di perkebunan karet area pengolahan minyak mentah tradisional.

Namun sayangnya, pengolahan minyak mentah tidak memperhatikan dampak lingkungan. Limbah sisa penyulingan minyak dibiarkan begitu saja.

Sementara itu, maraknya tempat penyulingan dan banyaknya kendaraan pengangkut hasil olahan minyak mentah menimbulkan pertanyaan. Dari mana asal minyak mentah itu sendiri?

Namun, pertanyaan itu perlahan terjawab. Di sebuah lahan perkebunan karet, kilang-kilang minyak tradisional warga bertebaran.

Dengan alat sederhana, mesin kendaraan bermotor berkapasitas 110 cc, penambang sudah bisa mengeluarkan minyak mentah dari dalam perut bumi.

Sekali beraksi, motor dengan bantuan canting atau alat timba itu bisa memuntahkan 10 liter minyak mentah. Tak heran bila ratusan liter minyak mentah bisa dihasilkan dalam sehari kerja.

Meski demikian, butuh waktu dalam pencarian minyak bumi ini. Setidaknya dua hari lebih proses pengeboran bisa berlangsung. Itu pun tidak ada jaminan pengeboran bisa menghasilkan minyak yang diinginkan.

Namun, aktivitas penambangan minyak mentah tradisional yang dikelola oleh masyarakat itu kerap memunculkan persoalan. Khususnya jika bicara soal legalitas penambangan ini.

Bagaimana penambangan minyak mentah tradisional ini bisa terjadi? Saksikan penelusuran selengkapnya dalam Sigi, Sabtu (25/2/2017).