Sukses

CVR AirAsia Hanya Soal Waktu

Senin pagi, kabar itu datang mengatakan bahwa Flight Data Recorder (FDR) yang merupakan bagian dari black box QZ8501 telah ditemukan.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah 2 pekan lebih menyusuri kedalaman laut dan derasnya gelombang di Laut Jawa, pencarian yang dilakukan Tim SAR Gabungan, khususnya para penyelam, membuahkan hasil. Senin pagi, kabar itu datang mengatakan bahwa Flight Data Recorder (FDR) yang merupakan bagian dari black box AirAsia QZ8501 telah ditemukan.

"Ada laporan dari Ketua KNKT bahwa pada pukul 07.11 telah berhasil diangkat bagian dari black box yakni Flight Data Recorder oleh Tim SAR Gabungan," ungkap Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo di Kantor Pusat Basarnar, Kemayoran, Jakarta, Senin 12 Januari 2015.

Menurut dia, FDR yang ditemukan tersebut telah terkonfirmasi milik AirAsia QZ8501. Konfirmasi dilakukan terhadap part number dan serial number yang berada di FDR yang ditemukan. "Itu dikonfirmasi karena di barang atau benda itu ada part number yakni PN-2100-4043-02 dan serial number SN-000556583," jelas Soelistyo.

Kabar ini sejatinya tidak mengagetkan lagi, karena sehari sebelumnya tim dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menemukan sinyal Emergency Locator Transmistion (ELT) yang diduga berasal dari black box AirAsia QZ8501. Sinyal ini ditangkap Minggu pagi 11 Januari 2015.

Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, ada 2 ping ELT dengan frekuensi sama yang ditemukan 2 Kapal BPPT. Ping ELT ini tertangkap oleh mesin Pinger Locater Kapal Baruna Jaya I dan Kapal Java Emperia milik BPPT di kedalaman 30 meter di Selat Karimata.

"Tadi jam 10.00 WIB, saya dapat kabar mengenai fix ini. Tapi kalau orang tanya mana black box-nya? Ya itu 2 titik lintang dari 2 kapal yang berbeda. (Ping) Ini dikirim dari black box dan insya Allah benar," kata Indroyono di Kantor BPPT, Jakarta.

Letak penemuan ping ELT ini sendiri berada sejauh 2,5 kilometer barat laut dari lokasi ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang sudah ditemukan lebih dulu. "Pergesaran lokasi ping ELT dan ekor pesawat kami duga kuat karena arus laut yang ada," tandas Indroyono.

Di penghujung Minggu itu, informasi tentang keberadaan black box semakin sahih. "Black box berada pada himpitan serpihan badan pesawat, keadaan ini sangat menyulitkan tim penyelam dalam proses pengambilannya," ungkap Koordinator Tim Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan A Tonny Budiono.

Menurut Tonny, tim penyelam TNI Angkatan Laut yang berada di Kapal Negara Jadayat berhasil menemukan kotak hitam AirAsia QZ8501 itu pada koordinat 03.37.21 S atau 109.42.42 E dengan kedalaman sekitar 30-32 meter.

"Dikarenakan keterbatasan waktu, maka diputuskan bahwa proses pengambilan black box akan dilaksanakan esok pagi dengan mengeser perlahan-lahan serpihan badan pesawat tersebut," ucap Tonny.

Kendati demikian, bila rencana penggeseran tersebut gagal, maka tim akan melaksanakan dengan cara mengangkat serpihan badan pesawat AirAsia QZ8501 dengan menggunakan teknik balon seperti yang dilakukan pada ekor pesawat.

"Untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya esok pagi hari maka tim penyelam TNI AL telah memasang marker buoy (pelampung penanda) kecil yang sebelumnya telah disiapkan di KN Jadayat," terang Tonny.

Beda FDR dan CVR

Maka, ketika Senin pagi akhirnya black box diangkat ke permukaan, semakin membenarkan dugaan sebelumnya. Tentu saja temuan ini layak diapresiasi, karena diharapkan melalui black box ini bisa diketahui penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501 di Laut Jawa jelang pergantian tahun lalu.

FDR yang merupakan bagian dari black box AirAsia QZ8501 yang sebenarnya juga punya 'saudara' yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR). Direktur Operasional dan Pelatihan Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Pertama TNI SB Supriyadi mengatakan, Cockpit Voice Recorder diketahui terpisah dari FDR.

"CVR-nya terpisah dari FDR. Tapi kalau FDR-nya sudah dilihat dengan mata kepala sendiri oleh penyelam," ujar Supriyadi di Posko Utama Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Masih kata Supriyadi, jarak lokasi CVR dengan FDR diperkirakan‎ [tidak terlalu jauh]( 2159579 ""). Sebab, sinyal CVR sudah terdeteksi. "Sinyal CVR sudah ketemu. Diperkirakan 20 meter dari FDR ditemukan," kata Supriyadi.

Untuk membedakan antara FDR dan CVR, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi menjelaskan fungsi bagian masing-masing kotak hitam tersebut. Pertama adalah rekaman penerbangan, berisi rekaman yang menginformasikan arah pesawat terbang, pesawat berhenti terbang dan lainnya.

"Black box kalau di luar negeri biasanya sering disebut flight recorders (FDR). Fungsinya sebagai bukti rekaman seluruh altitude (jarak vertikal/ketinggian) pesawat, kecepatan, dia belok ke mana, tercatat di situ. Ibarat CCTV bagi orang terlihat gerakan-gerakannya," ujar Tatang di KRI Banda Aceh, perairan Laut Jawa.

Sedangkan rekaman kokpit (CVR) berisi semua rekaman kokpit. Dari mulai percakapan pilot, kopilot, pramugari hingga adanya benturan benda di pesawat.

"Cockpit Voice Recorder merekam semua percakapan pilot, kopilot, piring pecah pun akan terdengar, benturan benda, apalagi suara ledakan akan terekam. Dua-duanya sangat penting. Kalau ada kecelakaan pesawat keduanya akan ditanyakan. Akan ada pertanyaan kenapa pesawat itu celaka, jawabannya semua itu ada di black box," beber Tatang.

Panglima TNI dan KNKT Menjemput FDR

Kabar ini juga menjadi kejutan buat Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Sebab, penantian Moeldoko sepanjang Jumat dan Sabtu lalu di KRI Banda Aceh hanya berhasil mengangkat ekor pesawat. Sementara keberadaan black box yang masih gelap membuat Moeldoko mengakhiri penantiannya dan memutuskan untuk kembali ke Jakarta.

Maka, ketika mengetahui salah satu bagian dari black box sudah ditemukan. jenderal berbintang 4 ini pun lantas bergegas untuk melihat langsung FDR itu. Menggunakan Pesawat Boeing 737 A-7304 milik TNI Angkatan Udara, Moeldoko bersama rombongan tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Pesawat yang membawa Moeldoko mendarat di Lanud Iskandar pukul 11.50 WIB. Salah satu yang ikut rombongan yakni Kepala KNKT Tatang Kurniadi.

Usai mendarat, Moeldoko dan rombongan langsung naik helikopter. 2 Helikopter sudah disiapkan yakni Helikopter Bell milik TNI Angkatan Laut dan Helikopter Dolphin milik Badan SAR Nasional (Basarnas). Pukul 12.‎05 WIB, 2 helikopter itu tinggal landas menuju KRI Banda Aceh.

Setibanya di kapal perang yang menjadi ujung tombak Tim SAR Gabungan pencarian AirAsia QZ8501, serah terima pun dilakukan. Bagian dari black box tersebut diserahkan secara simbolis oleh Panglima Koarmabar Laksamana Muda TNI Widodo kepada Ketua KNKT Tatang Kurniadi di KRI Banda Aceh, Senin siang.

"Saya serahkan Flight Data Recorder kepada KNKT secara langsung, dengan ini saya serahkan," ujar Widodo.

Dalam jumpa pers yang digelar di KRI Banda Aceh, Moeldoko menginstruksikan kepada para penyelam gabungan TNI AL, agar terus mencari CVR atau rekaman di kokpit AirAsia QZ8501. "Saya minta semua unsur, penyelam, KNKT, kerja keras semua untuk mendapatkan sisa black box (CVR)," ujar Moeldoko.

Moeldoko juga memerintahkan langsung kepada tim penyelam yang hadir dalam konferensi pers ini agar memanfaatkan sisa waktu sebaik-baiknya, mengingat kemampuan black box memberikan sinyal hanya bertahan selama 30 hari sejak pesawat jatuh.

"Saya ingat saya datang ke sini kemarin tidak lama menemukan ekor, kedua mengangkat ekor. Hari ini ke sini lagi dapat Flight Data Recorder, besok saya datang ke sini harus menemukan badan pesawat. Saya yakin kalian mampu kerja baik bersama unsur-unsur lainya," perintah Moeldoko.

FDR Diterbangkan ke Jakarta

Usai serah terima, rombongan kembali menuju Posko Utama Lanud Iskandar, Pangkalan Bun. Tetap dengan menumpang 2 helikopter, Moeldoko dan Tatang tiba di Pangkalan Bun dengan membawa FDR AirAsia QZ8501, Senin sore.

FDR berwarna oranye itu diletakkan dalam sebuah kotak mirip akuarium dan diisi penuh dengan air. Di samping juga terdapat sebuah kotak berwarna hitam juga penuh dengan air.

Menurut Tatang, kondisi FDR AirAsia QZ8501 masih sangat bagus. Kendati demikian, Tatang mengatakan yang paling penting dari FDR adalah memory modul di dalamnya. Memory modul merupakan tempat penyimpanan rekaman FDR. KNKT berharap memory modul tersebut masih bisa dibaca.

"Tergantung memori di dalamnya, tapi berdasarkan pengalaman kami (memory modul) ini dapat dibaca dengan baik," ujar Tatang.

Selanjutnya, FDR diterbangkan ke Jakarta menggunakan Pesawat Boeing 737 A-‎7304 milik TNI Angkatan Udara. "Ke Jakarta naik Boeing," kata Tatang.

Tatang menyebut, bahwa FDR nantinya akan dibawa ke Kantor KNKT dengan pengawalan ketat TNI. Mengingat, FDR merupakan bagian terpenting dari kelengkapan sebuah pesawat.‎ Nanti sampai di Jakarta FDR itu akan dibersihkan lantaran sudah terlalu lama terendam air laut.

"Ke Kantor KNKT, pengamanan oleh TNI," ucap Tatang.

Senin petang, pukul 17.35 WIB, rombongan KNKT dan Panglima TNI tiba Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Lagi-lagi FDR AirAsia QZ8501 mendapat perlakuan istimewa.

Turun dari pesawat, kotak itu langsung dimasukkan oleh tim ke dalam mobil KNKT yang telah menunggu di pangkalan. Mobil KNKT yang membawa kotak hitam itu dikawal mobil Polisi Militer TNI AU menuju kantor KNKT di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Salah satu tugas penting berhasil dilakukan Tim SAR Gabungan. Ini memang jauh dari selesai, karena selain belum ditemukannya CVR, hingga kini badan pesawat serta korban juga masih berada di dasar samudera.

Kini, semuanya terpulang ke KNKT untuk menguak fakta tentang penyebab jatuhnya pesawat nahas itu. Sedangkan bagi relawan, petugas SAR serta prajurit TNI yang masih di lapangan, tugas berat masih menanti. Namun, apa yang sudah dicapai oleh mereka layak diberi apresiasi yang tinggi. Tak terbantahkan, ini adalah sebuah prestasi. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.