Sukses

Jalur Lintas Tengah Sumatra Mulai Dilalui Mobil

Jalur Lintas Tengah Sumatra di kawasan Bukit 12, Muara Sipongi, Sumut, sudah dapat dilalui kendaraan roda empat. Para pengungsi korban gempa sangat mengharapkan bantuan makanan, terutama buat bayi dan anak-anak.

Liputan6.com, Mandailing Natal: Jalur Lintas Tengah Sumatra sudah dapat dilalui kendaraan roda empat. Gempa pada Senin silam memang mengakibatkan longsoran menutupi jalur darat di kawasan Bukit 12, Muara Sipongi di Kabupaten, Mandailing Natal, Sumatra Utara itu [baca: Gempa Susulan Membuat Panik Warga].

Koresponden SCTV Aldian melaporkan, pulihnya jalur tersebut dimulai sejak jam sepuluh malam tadi. Perbaikan bisa dilakukan setelah tiga alat berat didatangkan dari Kota Padang, Sumatra Barat. Dengan menggunakan alat berat itulah, petugas dapat membuka akses jalan dari Rao Mapat Tunggul, Sumbar menuju Muara Sipongi. Dan dari arah sebaliknya, petugas dari Pemerintah Provinsi Sumut juga mengerahkan alat berat untuk membuka jalan menuju Rao Mapat Tunggul.

Namun hingga hari ketiga pascagempa di Mandailing Natal, upaya perbaikan jalan dan kerusakan bangunan di lokasi yang terkena bencana masih belum bisa dilakukan secara optimal. Bahkan rumah penduduk yang roboh diguncang gempa bumi belum tersentuh warga maupun petugas karena masih terjadi gempa susulan [baca: BMG: Gempa Susulan Masih Akan Terjadi].

Untuk melihat sejauh mana kerusakan tersebut, Rabu ini, tim TNI Angkatan Udara memantau melalui udara dengan menggunakan pesawat Fokker 27. Reporter SCTV Bambang Triono yang ikut dalam pesawat itu melaporkan, pemantauan udara dilakukan terhadap lokasi gempa di Kecamatan Kota Nopan dan Muara Sipongi. Pemantauan ini antara pukul 10.30 hingga 11.30 WIB pada ketinggian 800 meter.

Lokasi terparah adalah Muara Sipongi dengan korban meninggal empat orang dan korban luka-luka mencapai puluhan warga. Sedangkan ratusan bangunan, termasuk rumah penduduk, tempat ibadah, dan perkantoran rusak berat. Sementara Jalan Lintas Tengah Sumatra sempat terputus sepanjang 20 kilometer akibat longsoran di 30 titik. Bangunan yang roboh hingga kini belum mengalami perbaikan.

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Kota Nopan dan Muara Sipongi mengungsi. Dari Muara Sipongi, lebih dari seribu orang mengungsi ke Kecamatan Rao Mapat Tunggul, Sumbar. Namun, setelah tiga hari di sana, mereka masih belum dijenguk pejabat dari Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal maupun Pemerintah Provinsi Sumut [baca: Belum Ada Pejabat yang Menjenguk Korban Gempa]. Padahal hidup para pengungsi sangat tergantung pada bantuan warga Desa Polongan dan Pemkab Pasaman.

Sejauh ini, bantuan bahan makanan yang mereka terima adalah beras setengah ton dan beberapa kardus mie instan dari Pemkab Pasaman. Sementara bantuan spontan datang dari warga Rao Mapat Tunggul. Para pengungsi sangat mengharapkan bantuan makanan karena persediaan yang ada sudah menipis. Bantuan makanan untuk bayi dan anak-anak yang jumlahnya cukup besar juga sangat diharapkan.

Jumlah pengungsi diperkirakan masih akan bertambah. Ini mengingat di Muara Sipongi masih terjadi gempa susulan. Selain menghuni Desa Polongan Dua, mereka juga ditampung di Desa Pertanian, Sumpadang, dan Lubuk Aro di Kabupaten Pasaman, Sumbar.(ANS/Aldian dan Mardi Rosa)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini