Liputan6.com, Jakarta - Penerbangan langsung Qantas dari Perth, Australia, ke London, Inggris, terpaksa melakukan pendaratan mendadak di Maladewa setelah terjadi keadaan darurat medis. Penerbangan QF9, yang berangkat dari Bandara Perth, Senin, 5 Mei 2025, pukul 18.35, waktu setempat, terpaksa mengubah jalurnya setelah terbang selama sekitar delapan jam.
Melansir news.com.au, Rabu (8/5/2025), penerbangan langsung selama 17 jam 45 menit itu biasanya melintasi Samudra Hindia, Timur Tengah, dan Eropa Timur sebelum tiba di Bandara Heathrow London. Namun, pesawat Boeing 787 itu terpaksa melakukan pendaratan mendadak di Male, ibu kota Maladewa, Senin, sekitar pukul 23.30, waktu setempat.
Pengalihan itu mengakibatkan awak pesawat mencapai batas waktu kerja mereka, sehingga penerbangan tidak dapat dilanjutkan. Staf Qantas dari London telah diterbangkan ke Maladewa untuk membantu penumpang yang terlantar.
Advertisement
Seorang juru bicara maskapai mengatakan, perusahaan meminta maaf pada pelanggan yang terdampak atas gangguan perjalanan mereka dan berterima kasih atas pengertian mereka. "Kami bekerja sama dengan pelanggan untuk memesankan kembali mereka pada penerbangan alternatif dari Malé," kata mereka.
Qantas mengatakan, pelanggan diharapkan dapat diakomodasi kembali pada penerbangan lain dari Male dalam waktu 24 jam. Namun, gangguan penerbangan tidak selalu karena "kondisi darurat." Pada Maret 2025, penerbangan dari Amerika Serikat menuju China terpaksa dialihkan dan mendarat di San Francisco di tengah perjalanan, karena lupa bawa paspor.
Mengutip The Independent, Selasa, 25 Maret 2025, insiden itu menimpa pesawat United Airlines dengan nomor penerbangan UA198 yang mengangkut 257 penumpang. Pesawat berangkat dari Bandara Internasional Los Angeles pada Sabtu, 22 Maret 2025, pukul 14.00, waktu setempat, untuk penerbangan 13,5 jam menuju Shanghai.
Kata Pihak Maskapai
Setelah hampir dua jam di udara, pesawat mendadak berbalik arah dan mendarat di San Francisco, lebih jauh ke utara dari tempat keberangkatannya, tepat sebelum pukul 17.00. Data pelacakan dari FlightRadar24 menunjukkan Boeing 787-9 terbang keluar dari Los Angeles melintasi Samudra Pasifik sebelum berbalik kembali ke California.
Juru bicara United Airlines menanggapi protes penumpang dengan menjawab, "Kami dengan tulus meminta maaf atas gangguan perjalanan yang tidak terduga ini dan menawarkan bantuan pada penumpang dengan agen."
Menurut laman View From The Wing, para penumpang menerima pesan dari maskapai yang berbunyi, "Penerbangan Anda dialihkan ke San Francisco karena masalah kru yang tidak terduga yang membutuhkan kru baru. Begitu mereka tiba, kami akan membawa Anda kembali ke Shanghai sesegera mungkin."
"Kami dengan tulus meminta maaf atas gangguan ini dan menghargai kesabaran Anda," imbuh pesan itu.
Atas keterlambatan yang dialami, para penumpang dilaporkan menerima voucer makan senilai 15 dolar AS, atau sekitar Rp250 ribu, setibanya di San Francisco. Mereka kemudian diberangkatkan dari San Francisco pada malam harinya, pukul 21.00, dan mendarat di Shanghai sekitar pukul 1 pagi, waktu setempat, usai menempuh 12 jam penerbangan, berdasarkan data pelacakan.
Advertisement
Kejadian Pesawat Mendarat Darurat
Masih di bulan yang sama, sebuah pesawat yang terbang dari Lisbon, Portugal, menuju London, Inggris, terpaksa mendarat darurat di Porto, Portugal, usai asap dilaporkan muncul di dalam kabin. Petugas darurat langsung disiagakan begitu alarm dibunyikan sekitar pukul 16.45, waktu setempat.
Mengutip The Sun, Rabu, 12 Maret 2025, sumber Perlindungan Sipil Portugal mengatakan pada harian terkemuka Portugal, Correio da Manha, bahwa ada 194 penumpang dan awak di dalam pesawat dan penumpang membutuhkan bantuan medis darurat. Polisi, petugas pemadam kebakaran, petugas Palang Merah, dan paramedis bergegas ke lokasi kejadian.
Pesawat lain diperintahkan untuk tetap berada di udara menunggu izin untuk mendarat menunggu pesawat TAP Air untuk selesai mendarat darurat lebih dulu. Beberapa orang kemudian dibawa ke rumah sakit menyusul drama di udara tersebut.
Sembilan orang tercatat mengalami gangguan pernapasan akibat menghirup asap dan dilarikan ke rumah sakit dan dua penumpang lainnya berhasil ditolong petugas medis di sebelah pesawat, menurut media lokal. Juru bicara TAP sebelumnya mengatakan pesawat itu dialihkan ke Porto karena masalah teknis dan mendarat dengan selamat. Ia menambahkan bahwa penumpang akan melanjutkan perjalanan dengan penerbangan lain menuju London.
Insiden Serupa
Insiden berkaitan dengan asap di dalam kabin pesawat bukan pertama kali terjadi. Hal itu juga pernah menimpa penerbangan pesawat Swiss International Air Lines pada Senin, 23 Desember 2024. Seperti halnya penerbangan TAP Air, pesawat bertipe Airbus A220-300 yang mengangkut 74 penumpang dan lima awak itu juga harus mendarat darurat di Graz, Austria.
Melansir CNA, Selasa, 31 Desember 2024, pesawat maskapai Swiss itu terbang dari Bukares ke Zurich pada Senin, 23 Desember 2024. Pesawat berhasil mendarat dengan selamat, namun seorang awak kabin mengembuskan napas terakhirnya pada Senin, 30 Desember 2024, setelah dirawat intensif beberapa hari akibat menghirup asap pekat.
"Kami harus melaporkan, dengan kesedihan dan penyesalan yang mendalam, bahwa rekan kami meninggal di rumah sakit di Graz pada Senin," kata Swiss dalam sebuah pernyataan. Kepala Eksekutif Swiss Jens Fehlinger menyebut, kehilangan tersebut membuat maskapai penerbangan yang merupakan anak perusahaan Lufthansa Jerman itu terkejut dan berduka.
"Kami sangat terpukul atas kepergian rekan kami yang terkasih," ujar dia. "Pikiran kami bersama keluarganya, yang kesedihannya tidak dapat kami bayangkan. Saya menyampaikan belasungkawa yang tulus atas nama kami semua di Swiss."
Advertisement