Liputan6.com, Jakarta - Praktik dugaan pungutan liar alias pungli kembali "memakan korban." Kali ini, giliran Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar di Desa Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat, yang menanggung akibat diduga karena perbuatan tidak terpuji tersebut.
Menanggapi itu, Pj Wali Kota Bogor, sekaligus Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Barat, Hery Antasari, mengatakan bahwa Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, telah menggelar rapat khusus bersama Satgas Saber Pungli Provinsi Jawa Barat terkait ini.
"Disklaimer dulu bahwa Gunung Pancar bukan termasuk wilayah saya, tapi ini sangat disayangkan," katanya saat weekly press briefing Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) secara hybrid, Senin, 7 Oktober 2024. "Mudah-mudahan cepat selesai dan (wisata) Gunung Pancar bisa hidup lagi."
Advertisement
Menyambung itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebut bahwa pihaknya sudah menampung keinginan dari banyak komunitas untuk bekerja sama menggiatkan kembali kegiatan wisata di TWA Gunung Pancar. "Saya sudah sampaikan sampaikan selama ini bahwa bila wisatawan digetok (harga), mereka akan kapok," sebut dia di kesempatan yang sama.
"Kami akan tata (TWA Gunung Pancar) dengan pendekatan kelompok sadar wisata (pokdarwis), serta melibatkan media, pemerintah daerah dan pemeintah desa. Kami akan tata mungkin dalam bentuk desa wisata yang akan memberi pendekatan lebih berkearifan lokal," beber Menparekraf.
Menurut Sandiaga Uno, masyarakat Jawa Barat umumnya menyambut baik berbagai inisiasi kegiatan wisata. "Nanti untuk pendanaan, seperti di beberapa desa wisata lain, akan disatuatapkan, bisa bayar lewat digital, supaya pengalaman berwisata kembali menyenangkan, aman, dan nyaman," ungkap dia.
Pengakuan Wisatawan Kena Pungli
Bulan lalu, pengalaman wisatawan mengaku kena pungli di TWA Gunung Pancar jadi viral di media sosial. Akun TikTok @AdeNgider_17 mengungkap, "Karena banyak pungli, wisata ini ditinggalkan," di keterangan video yang diunggah pada Jumat, 28 Septemebr 2024.
Ia menulis bahwa kawasan Gunung Pancar sebenarnya indah. Melalui klip singkat, ia menunjukkan pemandangan menuju objek wisata yang sempat hits tersebut. Si TikToker terlihat melewati sebuah desa yang jalanan cukup mulus karena telah dibeton.
Makin ke atas, suasananya semakin hijau dan rindang. Mengutip laman Taman Wisata Gunung Pancar, Sabtu, 28 September 2024, destinasi wisata alam ini berada di ketinggian sekitar 300-800 mdpl, sehingga suhunya tidak jauh berbeda dengan Kota Bogor.
Fasilitas di Gunung Pancar antara lain camping ground, glamping, dan jalur trekking. Lanskapnya membuat tempat ini sering jadi lokasi foto prewedding dan kerap disewa untuk acara outbond.
Curhatan pengunggah video mendapat respons dari warganet. Sayangnya, mereka juga mengaku pernah kena "palak" warga berkali-kali di kawasan tersebut.
Advertisement
Warganet Ikut Curhat
"Masuk gerbang pertama bayar, mau ke pohon pinus bayar, masuk gerbang air panas bayar, mau mandi air panas bayar, parkir bayar, ogah lagi ke gunung pancar," ulas seorang warganet. "Buat pembelajaran pengelola," sambung yang lain.
"Skrg bnyk tmpt yg lebih bgs, cb deh ke daerah pamijahan bgr, namanya lembah cipanas ciasmara. ga ada pungli sm skli gw pernah kesana sekali dan view nya jauh lebih indah," kata yang lain.
"Minggu lalu mau markir mobil di gunung pancar langsung dibilang 20 rb. Keluar lagi gua,enak aja cuma pengen makan doang digetok segitu," aku seorang warganet. "Saya warga Sentul saya baru sekali masuk ke area Gunung pancar namun saya kecewa berat karena setiap titik harus bayar.... mohon ditertibkan oleh pihak dinas pariwisata kabupaten Bogor....," ulas yang lain.
"Serba tiketing 🤣🤣 bikin nyesek," yang lain menimpali. "Gw pernah berendem di gunung pancar, total nya 5x bayar tiket retribusi wkwkwkwkk," timpal warganet.
"Kirain udah ga ada pungli.. jadi cansel dulu ah ke gunung pancar.. 😁😁😁 mksih infonya... #ga mao ke 3 kalinya🙏🙏🙏," yang lain kecewa. "Bener banget jadi mahal sekarang klu mau ke gunung pancar," tulis seorang pengguna.
Dugaan Pungli di Raja Ampat
Sebelumnya, dugaan pungli dilaporkan dari kawasan wisata Raja Ampat, Papua Barat Daya. Menurut Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, Nia Niscaya, pengetatan pengawasan dan digitalisasi jadi solusi mengatasi situasi tersebut.
Ia memaparkan lemahnya pengawasan dan belum memadainya infrastruktur digital membuat pungutan liar bisa terjadi. "Jika sudah digital, ketika dibayarkan jelas, pada siapa, besarannya berapa," kata Nia saat The Weekly Press Brief yang dkgelar secara daring, Senin, 15 Juli 2024.
"Kita tunggu saja, ini masih dugaan, karena masalah pungli belum tentu terbukti, ini yang akan kami pantau terus," terangnya. Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengendus adanya dugaan pungli oleh oknum masyarakat pada wisatawan di Kabupaten Raja Ampat, dengan nilai miliaran rupiah per tahun.
"Setiap kali kapal wisatawan menuju lokasi diving, oknum masyarakat meminta Rp100 ribu sampai Rp1 juta per kapal. Di wilayah Wayak, minimal ada 50 kapal yang datang, sehingga potensi pendapatan dari pungutan liar bisa mencapai Rp50 juta per hari dan Rp18,25 miliar per tahun," terang Kepala Satgas Korsup Wilayah V KPK, Dian Patria, dilansir dari Antara, Senin, 8 Juli 2024.
Advertisement