Sukses

Mantan Ratu Kecantikan Rusia Tak Bisa Tersenyum dan Pejamkan Mata Akibat Operasi Plastik

Mantan ratu kecantikan Rusia bernama Yulia Tarasevich itu sebelumnya melakukan prosedur operasi plastik yang menghabiskan biaya Rp61 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan ratu kecantikan Rusia bernama Yulia Tarasevich kini tidak bisa memejamkan mata maupun tersenyum. Wanita berusia 45 tahun itu mengatakan cacat fisiknya akibat dari prosedur operasi plastik senilai 3 ribu poundsterling atau setara Rp61 juta gagal.

Mengutip dari laman Mirror, Kamis (4/4/2024), akibat malpraktik, dokter bedah yang mengoperasinya dihukum tiga tahun, walau kemudian dibebaskan bersyarat karena undang-undang kebebasan bersyarat. Ia mengklaim bahwa hukum tidak adil kepadanya, karena kesalahan itu membuatnya cacat seumur hidup.

Yulia diketahui menjadi runner-up dalam kontes Mrs Russia International empat tahun lalu. Ia hanya menerima sebagian kecil kompensasi 8.600 pounsterling (setara Rp173,3 juta) atas kesalahan prosedur pada 2020. 

Dia berkata, "Undang-undang kami di Rusia aneh karena dia membuat saya cacat seumur hidup dan ahli bedahnya dituntut selama tiga tahun. Jika pada akhir tiga tahun ini, wajah saya kembali seperti semula, saya akan berkata 'Baiklah'."

"Saya pikir para pelanggar tahu bahwa jika mereka mengulur waktu, mereka akan lolos," sambungnya kecewa.

Ahli bedah Andrey Komarov dari Klinik Merits hanya dihukum karena menimbulkan cedera tubuh yang parah akibat kelalaian dalam tugas profesionalnya. Kini, Komarov bebas dari hukuman dan dapat terus bertindak sebagai ahli bedah. 

Tarasevich berkata, "Saya datang kepada mereka dengan wajah cantik dan sehat. Saya hanya ingin memperbaiki beberapa nuansa yang disebabkan oleh penuaan, tapi sayangnya saya malah kehilangan kesehatan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cacat Gara-Gara Operasi Facelift

Ibu dua anak asal Sochi ini mengalami "cacat" selama operasi facelift, blepharoplasty pada kelopak mata, dan pengurangan lemak di pipinya, katanya. Selama operasi di Krasnodar, Tarasevich mengatakan wajahnya menjadi bengkak dan meradang.

Dia menjalani operasi darurat lanjutan oleh dokter lain untuk menyelamatkan matanya dari nekrosis, katanya, dalam pengaduan yang memicu tindakan kriminal. "Saya memiliki bekas luka yang terbentuk di pipi saya ketika semua jaringan saya robek. Mata saya tidak bisa menutup dan saya tidak bisa tersenyum. Saya tidak bisa mengangkat bibir atas saya," katanya kepada Channel 1 Russia.

"Salah satu bagian dari wajahku tidak berfungsi sama sekali," katanya.

Ia mengaku berani melakukan operasi setelah semua hasil tesnya beres. Alasan kedua, ia mengaku telah menjalani operasi hidung sebelumnya yang hasilnya berjalan sempurna tanpa kelainan genetik apa pun. Sementara, Klinik Komarov mengklaim Yulia memiliki kondisi genetik langka, yang tidak mungkin diprediksi, dan menolak bertanggung jawab atas mimpi buruknya. 

"Saya sekarang terbiasa mengambil foto tanpa tersenyum dan saya belajar memilih sudut yang berbeda," kisahnya usai putusan pengadilan.

3 dari 4 halaman

Operasi Plastik Kini Dianggap Lumrah

Operasi plastik, berdasarkan Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), umumnya dimanfaatkan untuk memperbaiki dan merekonstruksi jaringan maupun kulit yang hilang atau rusak. Tujuan utama operasi plastik adalah mengembalikan fungsi, serta penampilan jaringan dan kulit senormal mungkin, melansir situs webnya, Sabtu, 24 Februari 2024.

Sementara ini bukan praktik baru, keterusterangan para pesohor dunia melakukan operasi plastik disebut telah mendorong popularitas prosedur yang dimaksud secara global, menurut Forbes. Topik bahasannya juga acap kali tentang efek samping yang harus diwaspadai.

Laporan pada 2021 tentang pasar bedah dan prosedur kosmetik di Amerika Utara menunjukkan bahwa tren pertumbuhan pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) tercatat sebesar 6,34 persen antara 2021--2028. Menurut Aesthetic Surgery Society, prosedur bedah meningkat sebesar 54 persen di Amerika Serikat saja pada 2021.

Di Kanada, prosedur bedah kosmetik yang paling banyak dilakukan adalah botoks dan operasi hidung dengan masing-masing lebih dari 18.100 dan 9.900 pencarian online mengenai tindakan tersebut. Lalu, bagaimana trennya di Indonesia?

4 dari 4 halaman

Di Asia Masih Dianggap Tabu

Menurut dokter spesialis bedah plastik, rekonstruksi, dan estetik, sekaligus konsultan bedah estetik lanjutan, dr. Vania Aramita Sari, Sp.B.P.R.E., Subsp.E.L.,(K), Indonesia erat dengan adat ketimuran, itu sebabnya operasi plastik masih tergolong tabu untuk beberapa kalangan masyarakat.

"Tapi, saya lihat belakangan orang semakin paham mengenai definisi bedah plastik yang sebenarnya," ungkap dia melalui pesan pada Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 23 Februari 2024. "Jadi, bedah plastik itu tidak sekadar mengubah penampilan."

Dokter bedah plastik, sebut dr. Vania, juga memiliki gelar rekonstruksi dan estetik. "Kami sebagai dokter bedah plastik punya peran mengembalikan fungsi," kata doker yang kini berpraktik di Plasthetic Clinic cabang Bendungan Hilir Jakarta tersebut.

Ia menambahkan, "Dengan orang semakin paham apa saja tindakan yang dilakukan dokter bedah plastik, (ini membuat) ketertarikan dalam melakukan operasi bedah plastik juga meningkat."

Di Indonesia, dan Asia pada umumnya, kata dr. Vania, prosedur bedah plastik estetik paling popular di bagian wajah adalah Rhinoplasty alias operasi hidung. "Secara genetik, orang Asia memiliki hidung yang mungil, sehingga cenderung banyak permintaan untuk membuat hidung jadi lebih tinggi dan mancung,"ujar dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.