Sukses

Anies Baswedan Bahas Investasi Negara untuk Restoran Indonesia di Luar Negeri Saat Debat Capres, Apa Beda dari Spice Up The World Saat Ini?

Usulan Anies Baswedan soal negara mengalokasikan bujet untuk restoran Indonesia di luar negeri bukanlah hal yang benar-benar baru. Pemerintahan Jokowi saat ini juga memiliki program serupa yang disebut Spice Up The World.

Liputan6.com, Jakarta - Debat Capres 2024 putaran III yang berlangsung pada Minggu malam, 7 Januari 2024, berlangsung panas. Banyak isu yang dibahas dalam tema debat seputar Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik, salah satunya soal diplomasi budaya Indonesia di luar negeri yang disinggung Anies Baswedan.

Ia menyebut negara harus mengalokasikan sumber daya yang cukup di bidang kebudayaan. "Bukan dipandang sebagai biaya tapi dipandang sebagai investasi dengan begitu, maka karya-karya kita mulai dari kuliner, karya seni seperti film menjadi tumbuh berkembang, dan kemudian bisa dibawa ke level global," kata Anies.

Ia mengusulkan agar Indonesia memiliki satu tempat untuk menunjukkan karya budaya di setiap kawasan, bukan sekadar mempromosikan komoditas perekonomian. Sementara di bidang kuliner, ia berencana membantu mendorong tumbuhnya kafe dan restoran Indonesia di berbagai kota besar di seluruh dunia.

Untuk itu, negara harus berperan aktif dengan menyediakan dana investasi. "Awalnya investasi dari negara, lalu disiapkan kredit yang memungkinkan bagi Usaha Kecil Mikro untuk menjadi bagian dari diplomasi kebudayaan Indonesia. Kemudahan di dalam permodalan, kemudahan dalam mengakses pasar internasional, itu semua dilakukan supaya seluruh jajaran bisa terlibat di dalam kampanye diplomasi kebudayaan Indonesia," katanya.

Usulan Anies sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru, terutama terkait promosi sektor kuliner Indonesia di luar negeri. Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah meluncurkan program Indonesia Spice Up The World sejak Juni 2020 dengan melibatkan lintas kementerian dan lembaga dan dipimpin oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.

Lewat program itu, pemerintah menargetkan bisa membuka 4.000 restoran Indonesia dan mengekspor bumbu/rempah senilai 20 juta dolar AS pada 2024. Dengan menggerakkan diplomasi gastronomi, Indonesia bisa mengembangkan banyak sektor di dalamnya, mulai dari pertanian hingga pariwisata.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Kabarnya Saat Ini?

Dimulai dengan co-branding bersama Wonderful Indonesia, restoran-restoran Indonesia di luar negeri mulai bermunculan. Namun, jumlahnya masih jauh dari yang ditargetkan.

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dessy Ruhati menyebutkan bahwa restoran Indonesia saat ini terbanyak berada di Belanda dengan 295 restoran. Berikutnya ada 162 restoran Indonesia di Australia, 89 restoran di Amerika Serikat, 70 restoran di Malaysia, dan 66 restoran di Jepang. 

"Berdasarkan kajian yang kami lakukan bersama BRIN bahwa usaha restoran yang ada di luar negeri ini masing-masing mempunyai tipologi yang khas, yaitu pemilik restoran juga berperan sebagai pengelola restoran, kemudian usahanya berupa restoran itu sendiri, ada yang pop-up, all you can eat, food court, dan cloud kitchen," katanya dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar secara hybrid, Senin, 13 November 2023.

Konsumennya berasal dari Warga Negara Indonesia (WNI) dan warga setempat. "Mayoritas restoran memiliki omzet sekitar kurang dari Rp300 juta sejumlah 43 persen, besaran pembiayaan yang dibutuhkan mereka berkisar dari Rp1 miliar sampai Rp5 miliar yang ingin digunakan membuka restoran baru dan untuk memperluas yang ada," tambahnya.

Pihaknya juga meneliti sebanyak 28 restoran Indonesia yang beroperasi di luar negeri sebagai responden. Tenor pembiayaan yang dikehendaki oleh masing-masing pemilik restoran yang juga merupakan pengelola restoran adalah 1--5 tahun dan bunga sebesar 1--3 persen.

3 dari 4 halaman

Sulitnya Mengakses Rempah Indonesia

Survei itu juga mengungkapkan masalah bahan baku rempah/bumbu Indonesia. "Kualitas rempah dari Indonesia sangat baik, namun harganya masih mahal dan sangat sulit untuk diperoleh. Jadi, mereka membelinya dari pasar atau toko lokal maupun mengimpor langsung dari Indonesia," ungkap Dessy.

Penggunaan rempah Indonesia tentunya membuat cita rasa khas Indonesia tetap terjaga. Dari kondisi ini, pihaknya melihat peluang untuk program Indonesia Spice Up The World.

"Ini menjadi satu peluang untuk program SUTW (Spice Up The World) dalam meningkatkan ekspor rempah-rempah ke negara-negara yang memiliki banyak sekali jumlah restoran," lanjutnya.

Dessy menambahkan, "Kami nanti akan bekerja sama dengan teman-teman Deputi V, khususnya yang memiliki pasar di Eropa, di dalam membantu pemasaran, khusus produk-produk herbal dan rempah-rempah yang tentunya ini akan membantu mengembangkan sumber daya dasar yang menjadi bahan pokok dalam membuat masakan-masakan Indonesia. Selain itu juga dengan Deputi IV, kita meminta untuk dapat melakukan pengembangan industri dalam restorasi ini sendiri."

Dalam kesempatan terpisah, Menparekraf Sandiaga Uno juga menekankan bahwa program SUTW akan terus berjalan dengan melibatkan diaspora Indonesia di berbagai negara. "4.000 restoran bisa kita wujudkan kalau puluhan ribu atau ratusan ribu masyarakat kita dan jutaan masyarakat Indonesia yang hidup di luar Indonesia mau berjejaring," sahutnya ditemui seusai Jumpa Pers Akhir Tahun di Jakarta, akhir Desember 2023.

4 dari 4 halaman

Gelar Festival Kuliner?

Sandiaga juga menyebut pihaknya akan terus mendorong promosi kuliner Indonesia di luar negeri. Bila sebelumnya terpusat di event-event besar, ia mengimbau komunitas diaspora untuk membuat event-event festival kuliner setiap minggu di wilayah masing-masing.

"Mau di Amerika, mau di Eropa, kita dorong karena masyarakat Indonesia ini sudah banyak ditunggu. Yang jadi PR kita adalah rempahnya. Nah, ini dengan kolaborasi bersama dengan industri, kita bisa suplai rempah lebih terintegrasi sehingga target 2 miliar dolar ekspor bisa tercapai," katanya.

Sandi meyakini kuliner Indonesia bisa bersaing dengan makanan dari negara lain. Ada dua modal besar yang dimiliki, yakni cita rasa dan kekuatan story telling. Lewat pengemasan cerita yang menarik, ia menyatakan sederet makanan khas Indonesia bisa dijual dengan baik. Terlebih jenisnya sangat beragam.

"Makanan Indonesia ini unik. Pertama mereka melihat rendang, terus abis itu kita lebarkan ke soto, sate, gado-gado, dan nasi goreng. nasi goreng jadi hits banget di dunia sejak beberapa tahun lalu. Sekarang muncul makanan alternatif kita yang baru seperti pempek, kemarin ini bawang goreng yang melengkapi pisang goreng sebagai makanan terenak di dunia. Nah, ini buat indonesia anugerah dan berkah," katanya.

Meski begitu, setiap restoran Indonesia di luar negeri diminta untuk menyediakan lima makanan utama di menu mereka. Berikutnya, mereka bisa memfokuskan pada jenis makanan lokal lainnya. Di dalam negeri, pihaknya mengimbau setiap restoran memperkuat signature dish dengan makanan khas setempat.

"Mungkin dari Danau Toba karena destinasi super prioritas, mungkin ikan mas arsik atau ombus-ombus atau naniura. Di setiap destinasi ini harus punya iconic culinary," ujar Sandi lagi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.