Sukses

Usai Dihantam Skandal Kampanye Bernuansa Aksi Genosida, Zara Kembali Dikecam Akibat Limbah Fesyen

Sebelum iklan mereka yang dinilai kontroversial, Zara juga mendapatkan sorotan karena konsep bisnis fast fashion yang mereka usung

Liputan6.com, Jakarta - Brand fashion asal Spanyol, Zara, sedang ramai dihujat karena kampanye iklan terbarunya. Dikutip dari The National News, Senin, (11/12/2023), foto kampanye iklan tersebut diambil oleh Tim Walker dengan arahan seni oleh perusahaan Perancis-Amerika Baron & Baron, dan menampilkan model asal Amerika, McMenamy.

Sang model mengenakan serangkaian jaket berbeda di ruangan putih bersih, dikelilingi oleh peti kayu, patung, manekin, dan puing-puing beton. Publik mengecam serta menyerukan boikot pada merek fesyen itu.

Mereka beranggapan bahwa foto kampanye iklan tersebut mencerminkan genosida yang terjadi di Gaza, Palestina dan menganggap foto tersebut sebagai suatu hal yang tidak pantas dan tidak menunjukan empati pada para korban.

Konten kampanye Zaras itu diketahui dibidik oleh fotografer Tim Walker dengan arahan seni perusahaan Prancis-AS Baron & Baron. Tak sekadar mengecam, warganet juga menyerukan ajakan boikot terhadap jenama tersebut.

Tapi ternyata, ini bukan kali pertama Zara mendapatkan sorotan negatif dari publik dunia. Sebelumnya, Zara turut mendapatkan sorotan karena konsep bisnis fast fashion yang mereka usung. Bersama Forever 21, H&M, Gap, Uniqlo, dan brand fast fashion lainnya, Zara mendapat kecaman dari aktivis lingkungan dari seluruh penjuru dunia.

Kecaman itu datang lantaran sejumlah brand fast fashion dianggap sebagai penyumbang limbah fesyen atau  tekstil terbesar di dunia. Fast Fashion merupakan  konseo industri fesyen yang memproduksi secara massal pakaian dengan cepat, murah, dan mengikuti tren. Kecaman itu juga ramai dibahas di media sosial, salah satunya lewat akun TikTok @vestiairecollective pada 16 November 2023.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Konseo Fast Fashion Zara Dinilai Berbahaya Bagi Lingkungan

"Think First Buy Secomd (berpikir dulu, membeli kemudian)" menjadi salah satu nama gerakan tersebut. Menurut unggahan tersebut, budaya fasy fashion yang selalu mengikuti tren ini sudah menghasilkan 92 juta ton limbah tekstil global setiap tahunnya.

Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 134 juta ton per tahun pada 2030 mendatang. Proses manufaktur industri yang bergerak cepat itu bahkan dapat berkontribusi hampir pada 10 persen emisi karbon global dan 20 persen limbah air global.

Untuk itu, konsep bisnis fast fashion yang diusung oleh Zara dinilai berbahaya bagi lingkungan. Video singkat tersebut kini kembali viral setelah ramai pemberitaan mengenai iklan terbaru Zara yang dinilai kontroversial. Sampai berita ini ditulis, unggahan tersebut sudah dilihat lebih dari 7,4 juta kali dan mendapatkan lebih dari 12,4 ribu komentar.

Perjalanan brand Zara dimulai sejak sekitar 4 dekade lalu dengan bujet 30 Euro. ZARA merupakan bagian dari salah satu grup distribusi terbesar di dunia, Inditex.

3 dari 4 halaman

Sejarah Zara

Brand ini menawarkan pakaian untuk pria, wanita, dan anak-anak. Produk yang mereka jajakan tak hanya pakaian, melainkan juga sepatu, aksesori, serta produk fesyen lainnya. Jenama ini berkembang pesat, tercatat kurang lebih ada 7 ribu store di seluruh dunia, dilansir dari kanal Health Liputan6.com yang mengutip dari laman India Times.

Zara didirikan pada 1975 oleh Amancio Ortega dan Rosalia Mera. Semula, keduanya ingin menggunakan nama Zorba. Diakui nama tersebut terinspirasi dari film Zorba. Namun, brand itu telah lebih dulu digunakan oleh sebuah bar di lokasi yang sama dimana store ZARA akan didirikan.

Pada awalnya, Zara menjual produk-produk serupa produk populer dari lini pakaian premium namun dengan harga lebih murah. Pada 1980, ZARA melakukan perubahan pada desain, pabrikan, serta proses distribusinya.

Jenama ini mengambil pola instant fashions, reaksi cepat atas tren terkini. Langkah itu berhasil membuat ZARA populer dan dikenal di luar Spanyol.Pada 1990-an, toko-toko ZARA dibuka di AS, Prancis, serta banyak wilayah Eropa.

4 dari 4 halaman

Meniru Mode Terkini

Saat ini, Zara dikabarkan memiliki lebih dari 6.900 toko yang tersebar di 88 negara di dunia dengan lebih dari 450 juta item terjual dalam setahun! Setiap tahunnya, rata-rata telah membuka sekitar 400 toko dalam 5 tahun terakhir.

Sementara itu, Inditex yang menaungi ZARA merupakan pionir di antara perusahaan-perusahaan "fast-fashion", yang pada dasarnya meniru mode terkini dan meluncurkan versi yang lebih murah. Berbeda dengan ZARA sebagai jenama, Inditex dibangun pada 1980.

Mengutip The New York Times Magazine, setiap merek Inditex — Zara, Zara Home, Bershka, Massimo Dutti, Oysho, Stradivarius, Pull & Bear, dan Uterqüe — mengikuti templat Zara: produk-produk trendi dan dibuat dengan baik namun murah yang dijual di toko-toko cantik dan berpenampilan mewah. Inditex menjadi yang terdepan dibandingkan pesaing utamanya, Arcadia Group yang memiliki brand Topshop, H&M, serta Mango.

Selain itu, keberhasilan Inditex tidak bergantung pada iklan. Jenama ini tak beriklan, dan bahkan hampir tidak memiliki bagian pemasaran, tidak terlibat dalam kampanye mencolok seperti para pesaingnya yang bekerja sama dengan para desainer ternama. Desainer Zara sepenuhnya anonim. Sebagian masyarakat berpendapat ini karena mereka lebih pada meniru, bukan mendesain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini