Sukses

Praktik Jual Beli Buku Bekas, Alternatif untuk Melawan Eksistensi Buku Bajakan

Dengan harga yang biasanya sama-sama lebih murah, penjualan buku bekas acap kali disusui buku bajakan. Bagaimana membedakannya?

Liputan6.com, Jakarta - "Bagi kami, buku bekas itu sangat berharga. Bahkan, kami lebih menghargai buku bekas dibandingkan buku bajakan," sebut tim admin Komunitas Pecandu Buku pada Liputan6.com, Sabtu, 13 Mei 2023. Ya, memang sudah lama sejak buku bekas dalam berbagai kategori eksis di Indonesia.

Seperti banyak hal lain, membeli buku bekas juga punya plus minus. Di antaranya, baik pembeli maupun penjual boleh jadi dihadapkan pada dilema, yakni buku yang dibeli atau dijual tidak mendatangkan royalti pada penulis, karena catatan jumlah penjualan yang tidak bertambah.

Namun demikian, kata tim admin Komunitas Pecandu Buku, terlepas dari tidak bertambahnya royalti seorang penulis, agaknya membeli buku bekas jauh lebih baik dibandingkan buku bajakan. "Cara mendukung penulis selain membeli buku asli adalah melawan pembajakan buku," ia menyambung.

"Melawan korporasi pembajak buku tidak mungkin bisa kita lakukan seorang diri, tapi bisa dimulai dengan tidak membeli produk mereka, yaitu buku bajakan," imbuhnya. "Kata 'bekas' bagi sebuah buku justru terdengar lebih menarik."

Pasalnya, menurut dia, selain dapat cerita dari isi bukunya, terkadang pembaca diberi bonus cerita oleh si pemilik buku sebelumnya dengan catatan pinggir di beberapa halaman atau sebuah surat di bagian belakang buku. "Beberapa anggota (Komunitas Pecandu Buku) di Bandung cukup sering datang ke pameran buku bekas," ujar dia.

"Bagi kami, datang ke pameran buku bekas seperti sedang melakukan perjalanan mencari harta karun," katanya lagi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Bak Berburu Harta Karun

Narasi itu diaminkan Nanda Supriani, seorang pembaca buku yang juga gemar berburu buku bekas. Selama itu bukan buku bajakan, "enggak masalah sih," sebutnya. "Karena biasanya orang hunting buku bekas itu antara bukunya sudah tidak terbit lagi atau mengincar cover tertentu," ungkapnya melalui pesan, Sabtu, 13 Mei 2023.

Nanda menyambung, "Sependek yang aku tahu, buku terbitan baru yang dijual bekas itu sedikit. Pun ada, harganya enggak jauh beda dengan yang segel. Jadi kalau aku pribadi, untuk kasus ini, lebih baik beli yang baru sekalian."

"Satu lagi, beli buku bekas juga bisa mengurangi sampah lingkungan. Ibaratnya daripada bukunya berdebu atau dibuang begitu saja, kalau bisa dijual lagi, kenapa tidak? Kan esensinya adalah spreading the ideas. Buku itu tetap hidup meski mungkin sudah tidak terbit lagi," ucapnya.

Menurut Nanda, yang sudah mulai beli buku bekas sejak 15 tahun-an lalu, pergi ke toko buku bekas itu seru. "Aku enggak ada ekspektasi mau beli buku apa. Benar-benar kaya berburu, suka ketemu hidden gem juga, atau buku klasik yang aslinya mahal. Sedangkan kalau ke toko buku baru, sudah tahu buku apa yang mau dibeli karena menyesuaikan bujet," ia berkata.

Sementara itu, Shiva, pemilik Booksheesh yang merupakan toko buku baru dan bekas online, berkata, "Buku bekas kuantitasnya sedikit alias tergantung ada yang mau jual koleksinya atau tidak. Jadi, tidak berpengaruh besar terhadap royalti (penulis)," melalui pesan, Sabtu, 13 Mei 2023.

"Selama membeli buku original, berarti masih mendukung penulis," tuturnya. "Bahkan, jika suka dengan buku-bukunya, ada kemungkinan besar untuk membeli buku new release dari penulis tersebut. Membeli buku bekas juga banyak manfaat, seperti lebih ramah lingkungan dan mengurangi budaya pembajakan."

3 dari 5 halaman

Memulai Bisnis Buku Bekas

Shiva menyambung, peminat buku bekas, khususnya buku impor yang dijualnya, sebenarnya semakin banyak. Tapi, semakin jarang orang yang menjual kembali koleksi buku impor mereka, "karena suplier dan distributor buku impor berkurang dan harganya yang naik lumayan tinggi," katanya.

"Sedih sih, akses terbatas kita ke buku jadi semakin terbatas sekarang ," ia menyebut, menambahkan bahwa Classics, Asian Literature, dan Contemporary adalah kategori buku bekas yang paling diminati pelanggannya. Shiva sendiri sudah berjualan buku baru dan bekas secara online sejak Juli 2021.

"Singkat cerita, karena membaca adalah hobiku dan lebih mudah dikelola karena biasanya yang jualan buku juga suka baca, jadi tidak harus pengenalan mendalam dan adaptasi dengan dunia perbukuan," ia bercerita tentang awal memutuskan berjualan buku online.

"Awalnya cuma titip jual buku ke penjual buku online lokal yang formatnya kurang friendly di aku, dan sold-nya cepat banget karena ternyata banyak peminatnya," ia berimbuh. "Aku beberapa kali titip jual ke beberapa bookstore, tapi karena aku enggak enakan, jadi merasa kurang etis untuk terus-terusan titip jual."

"Akhirnya aku memberanikan diri menjual buku di toko bukuku sendiri. Awalnya, aku bongkar koleksi pribadiku, dan ternyata banyak yang suka. Aku mereasa komunitas buku itu terbuka, bersahabat, dan mendukung, jadi aku sangat nyaman dengan itu dan melanjutkan jual buku preloved atau baru," ujar dia.

 

4 dari 5 halaman

Menentukan Harga Jual Buku Bekas

Shiva melanjutkan, "Jual buku bekas karena lumayan banyak peminatnya, (harga) lebih murah dari buku baru, kondisinya yang mostly masih layak baca, bahkan banyak yang seperti baru, dan lebih ramah lingkungan. Jual buku bekas sebenarnya lebih menyenangkan karena kadang bisa menemukan buku langka."

Karena ia sudah lebih dulu menentukan kategori buku bekas yang akan dijual, kurasi etalase toko online-nya jadi lebih ringkas. Lalu, bagaimana Shiva menentukan harga jual buku-buku bekas tersebut?

"Pertama, pasti kondisi buku, apakah heavily used, light used, atau like new. Kedua, demand. Apakah buku ini lagi hype, best seller, banyak peminatnya atau tidak, dan lain-lain. Ketiga, kelangkaan. Buku ini termasuk mudah diakses atau langka, lalu cover/publisher/edisi buku juga sangat menentukan," ia memaparkan.

Dari sisi pembaca buku, sekaligus pembeli buku bekas, Nanda mengatakan bahwa ia biasanya membeli buku terjemahan atau novel-novel klasik bekas. "Jarang sih ketemu buku bekas dari penulis lokal," katanya.

Dalam membeli buku bekas, Nanda memperingatkan untuk "jangan sampai tertipu dengan buku bajakan." "Buku bekas sudah pasti harganya lebih murah jadi rentan banget disusupi buku bajakan," sebutnya. "Menurutku, harus dibaca benar-benar deskripsi produk, kalau ada kata 'reprint, repro, atau selalu tersedia,' harus hati-hati."

"Terus kalau beli di marketplace, lihat juga testimoni tokonya dan dikira-kira saja harganya. Meski bekas, biasanya buku tetap punya nilai jual. Sedangkan kalau bajakan, harganya bisa turun sampai 70--80 persen," imbuhnya.

 

5 dari 5 halaman

Waspada Buku Bajakan

Nanda menyambung, "Kualitas kertas juga berpengaruh. Buku bekas yang asli biasanya kertasnya kuning, lecek, atau bercak. Kalau seller-nya personal, bisa minta fotoin satu-dua halaman bukunya. Harus rajin juga kasih testimoni kalau beli buku bekas buat bantu orang lain. Aku sendiri soalnya pernah tertipu."

Peringatan serupa dinarasikan tim admin Komunitas Pecandu Buku. Karena itu, pihaknya menyarankan untuk membeli buku bekas di lapak buku yang sudah terpercaya. Terkait tips membeli buku bekas, Shiva menyambung, jika online, sebaiknya tanya dulu ke penjual bagaimana kondisinya karena kadang yang tertera hanya cover buku.

"Lebih baik kalau formatnya video, jadi bisa menghindari kondisi buku yang kurang layak," ucapnya. "Penjual buku original biasanya memberikan foto atau video kondisi buku, sedangkan buku bajakan terlihat dari deskripsi yang menampilkan format buku, seperti format A5, self printed, atau deksripsi yang terlalu panjang dan informatif."

Terakhir, Shiva menyarankan untuk tahu jelas apa buku yang diinginkan, sehingga tidak melakukan pembelian impulsif. Jadi, Anda akan berburu buku bekas apa dalam waktu dekat ini?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini