Sukses

Model AI Tampil di Sampul Vogue Singapura, Akankah Gantikan Manusia Sepenuhnya?

Vogue Singapura merilis sampul majalah terbaru edisi Maret 2023 yang sangat unik dan mengejutkan karena menampilkan model avatar yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Liputan6.com, Jakarta - Kabar menarik datang dari dunia fesyen. Vogue Singapura telah merilis sampul majalah terbaru edisi Maret 2023 yang sangat unik dan mengejutkan. Mengutip South China Morning Post pada Senin, 27 Maret 2023, model yang dijadikan bintang di sampul majalah tersebut bukanlah manusia sungguhan, melainkan avatar yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Ini merupakan hal yang pertama kali terjadi di dunia fesyen dengan sampul majalah mode terkenal didominasi oleh model-model avatar yang diciptakan oleh mesin AI. Desmond Lim, pemimpin redaksi baru Vogue Singapura menjelaskan bahwa gagasan ini datang dari Varun Gupta, seorang direktur kreatif dari agen konten India, We Create Films.

Avatar AI pada sampul Vogue bertujuan untuk memberi penghormatan kepada inovasi dan tradisi di dunia fesyen. Avatar AI yang tampil pada sampul Vogue tersebut terdiri dari tiga wanita Asia Tenggara yang berbeda, yang diberi nama Aadhya, Faye, dan Melur.

Para avatar tersebut terinspirasi dari gambar wanita Asia Tenggara pada awal abad ke-20 dan hasilnya mewakili 'etnis dan warisan unik mereka,' tulis Lim dalam artikel yang dimuat di Vogue Singapura. Di salah satu sampul, kita dapat melihat seorang wanita tersenyum mengenakan maang tikka, perhiasan yang biasanya dikenakan oleh wanita India di dahi mereka.

Dalam proses pembuatan sampul majalah ini, alat pencitraan AI, seperti Midjourney dan Dall-E, digunakan. Sebelumnya, pada Juni 2022, Dall-E telah membuat sampul majalah pertama yang didesain oleh AI untuk majalah Cosmopolitan, yang menampilkan seorang astronot di bulan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kolaborasi Seni dan Teknologi

Vogue Singapura bukan satu-satunya majalah yang bereksperimen dengan AI bulan ini. Majalah Vogue Brasil edisi Maret juga menciptakan sejarah dengan menampilkan enam sampul yang dibuat dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), berkolaborasi dengan fotografer Zee Nunes. Fenomena ini semakin memajukan hubungan antara dunia fesyen dan kecerdasan buatan.

Sebelumnya, Brud, sebuah studio media, telah menciptakan avatar bernama Miquela Sousa alias Lil Miquela dengan pengikut Instagram sebanyak 2,8 juta. Avatar ini menjadi salah satu influencer virtual paling terkenal di industri mode.

Beberapa pelaku industri mode berpendapat bahwa kolaborasi antara Vogue Singapura dan AI mampu mendorong batas-batas kreativitas dalam industri mode. Fotografer Vogue Meksiko Jon Gacela menilai bahwa saatnya industri mode mengejar AI. 

Sampul Vogue Singapura 'mencerminkan momen yang sangat penting untuk menggabungkan seni dan teknologi, yang berada tepat di saat ini,' ucap Gracela. Ia berpendapat bahwa sampul tersebut menonjol karena mampu menampilkan wanita Asia Tenggara yang tradisional tetapi menata ulang budaya dengan teknologi baru. 

Ia melanjutkan, "Dengan menggunakan teknologi AI untuk memproduksi sampul, Varun Gupta telah mendemonstrasikan potensi teknologi ini untuk menghadirkan kemungkinan baru yang mengasyikkan ke dunia mode. Produksi gambar dengan bantuan AI adalah cara baru yang menarik dalam menciptakan seni."

 

3 dari 4 halaman

Dapat Mengancam Model Manusia

Di lain sisi, ada juga yang skeptis dan melihat teknologi ini sebagai pedang bermata dua. Seorang model dan fotografer fesyen bernama Kyle Glenn dari New York mengatakan bahwa avatar AI dapat menghasilkan gambar-gambar yang luar biasa, tetapi dia khawatir jika teknologi ini mendominasi industri majalah mode dan tidak lagi ada tempat bagi model manusia yang sebenarnya.

"Budaya ini tidak diwakili oleh orang-orang yang saat ini tinggal di dalamnya. Ini adalah AI yang mengambil info dari miliaran foto dan informasi umum tentang budaya ini untuk membuat gambar," ucap Glenn.

Ia menghargai kebaruan karya tesebut selama tidak mendominasi sampul majalah dan industri mode pada umumnya. Glenn merasa gambar wanita ini terlihat sangat nyata dan meyakinkan seperti tipuan di pikiran. 

"Itu tidak pernah terjadi, itu hanya simulasi," katanya. Anehnya, ia merasakan dua perasaan sekaligus. Di satu sisi, ia merasa foto-foto wanita di Vogue Singapura ini terlihat tidak hidup dan tidak punya perasaan, namun ia juga merasa bahagia karena dapat membayangkan hal itu benar-benar dilakukan oleh orang sungguhan. 

4 dari 4 halaman

Masa Depan Model Majalah Fesyen

Tentu saja, ada faktor praktis lain yang memainkan peran penting dalam penggunaan model virtual buatan AI dalam industri fesyen. Sofie Mählkvist, seorang kolumnis dan sosialita mode asal London, mengatakan bahwa model dan avatar buatan AI memiliki keunggulan karena bisa disesuaikan dengan cara yang tidak mungkin dilakukan oleh model manusia. 

"Mereka tidak memerlukan bayaran, mereka tidak lelah, dan mereka tidak memiliki biaya agen." Namun, Mählkvist meragukan bahwa model buatan AI akan mampu menggantikan bakat dan keterampilan manusia.

Ia memprediksi bahwa model-model internasional akan membuat versi avatar dirinya sendiri. "Gigi Hadid mungkin mempunyai avatarnya sendiri, yang akan menjadi seperti NFT yang menjadi haknya, dan merek-merek [akan] membayarnya untuk menggunakan avatarnya," kata dia. 

Secara keseluruhan, teknologi ini akan membuat industri fesyen menjadi industri yang lebih eksklusif dan dapat membatasi jumlah orang yang disewa untuk foto-foto dasar. Sebaliknya, teknologi ini juga dapat membuat industri fesyen lebih mudah diakses oleh mereka yang tidak dapat menghadiri acara fisik.

Vincent Peters, seorang seniman visual dan pendiri Inheritance Art, menyatakan bahwa model, agensi model, dan merek fesyen harus mempertimbangkan dampak dari penggunaan model buatan AI terhadap industri dan cara kerjanya. Ia menanyakan bagaimana membenarkan membayar lebih banyak untuk model manusia daripada model AI jika hasil dari keduanya tidak dapat dibedakan.

Akhirnya, keputusan akan bergantung pada anggaran majalah. "Biaya dan preferensi akan menjadi panduan bagi pembuat konten fesyen," kata Peters. "Apakah efektif untuk membayar lokasi, fotografer, model, penata rias, dan penata gaya? Atau apakah lebih baik menggunakan model yang dihasilkan AI dan secara digital memasukkannya ke dalam pengaturan dan pakaian apa pun yang diinginkan klien?"

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.