Sukses

Mengenal Cabai Jawa, Bahan Membuat Jamu yang Punya Banyak Khasiat

Biasanya ramuan cabai jamu atau jamu puyang ini digunakan masyarakat sebagai obat untuk mengatasi berbagi penyakit.

Liputan6.com, Jakarta - Cabai tak hanya untuk membuat sambal tapi juga salah satu bahan untuk membuat jamu tradisional. Cabai Jawa atau yang lebih dikenal dengan cabai Puyang/Lempuyang merupakan salah satu rempah-rempah yang sering digunakan sebagai bumbu di masakan tradisional.

Biasanya ramuan jamu puyang atau cabai jamu ini digunakan masyarakat sebagai obat untuk mengatasi berbagi penyakit.  Melansir laman Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Selasa, 31 Januari 2023, jamu cabai jawa bisa untuk mengatasi kelelahan dan kekakuan, mencegah masuk angin, meningkatkan energi, mengurangi perut kembung, mengatasi beri-beri, reumatik, tekanan darah rendah, kolera, influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, sesak napas, dan masih bauyak lagi.

Jamu ini diketahui mengandung tinggi zat besi dan nutrisi lainnya yang dapat membantu tubuh memproduksi lebih banyak sel darah merah dan mencegah anemia. Untuk membuat jamu ini bahan yang dipakai meliputi puyang ditambah dengan bahan lain seperti temuireng, temulawak, jahe, kudu, adas, pulosari, kunyit, merica, kedawung, keningar, asam jawa, dan temukunci.

Sebagai pemanis digunakan gula merah, gula putih dan garam. Jika ingin membuat sendiri, Anda bisa menumbuk atau memotong cabai, atau mengeringkannya terlebih dahulu, lalu direbus dengan air.

Tambahkan madu atau gula aren secukupnya sesuai selera. Dilansir dari berbagai sumber, tumbuhan asli Indonesia ini populer sebagai tanaman obat pekarangan dan tumbuh pula di hutan-hutan sekunder dataran rendah (hingga 600m di atas permukaan laut). 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jamu Tradisional

Produknya telah dikenal oleh orang Romawi sejak lama dan sering disangka sebagai lada. Di Indonesia sendiri buah keringnya digunakan sebagai rempah pemedas. Sebelum kedatangan cabai, tumbuhan inilah yang disebut "cabai". Cabai sendiri oleh orang Jawa dinamakan lombok.

Cabai jamu dapat tumbuh di lahan ketinggian 0-600 meter dari permukaan laut mdpl), dengan curah hujan rata-rata 1.259-2.500 mm per tahun. Tanah lempung berpasir, dengan struktur tanah gembur dan berdrainase baik, merupakan lahan yang cocok untuk budidaya cabai jamu.

Tanaman ini punya dapat tumbuh di lahan kering berbatu. Keberadaan tanggul batu di pematang tegalan dapat dijadikan media merambatnya cabai jamu secara alami.

Cabai jamu banyak dibutuhkan sebagai bahan pembuatan jamu tradisional dan obat pil/kapsul modern serta bahan campuran minuman. Rasa pedasnya berasal dari senyawa piperin, dengan kandungan sekitar 4,6 persen. Salah satu jamu populer yang mengandung cabai jamu adalah Jamu Cabe Puyang, yang dibuat dengan bahan utama cabai jamu dan lempuyang.

 

3 dari 4 halaman

Tanaman Cabai Jawa

Cabai jawa berkhasiat juga sebagai insektisida (racun serangga) nabati. Formulasi insektisida nabati campuran ekstrak cabai jawa atau P. retrofractum dan Srikaya (Annona squamosa) efektif dalam upaya menekan persentase kehilangan hasil tomat dan juga serangan Helicoverpa armigera.

Fraksi heksana cair, fraksi III VLC-EtOAc, dan ekstrak metanol langsung cabai jawa aktif sebagai racun perut terhadap larva Crocidolomia pavonana. Cabai jawa memiliki keaktifan juga dalam perlakuan benih.

Perlakuan serbuk cabai jawa dan penjemuran terbukti efektif dalam menghambat perkembangan Callosobruchus maculatus serta tidak menurunkan daya kecambah benih kacang hijau. Perlakuan serbuk cabai jawa dan merica serta penjemuran selama satu minggu dapat menghambat perkembangan hingga lebih dari 90 persen.

Tanaman cabai jawa di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, termasuk salah satu jenis cabai jawa terbaik untuk dijadikan dan sudah diakui oleh produsen jamu terkemuka. Wilayah Paranggupito di Kabupaten Wonogiri awalnya terkenal dengan lahan tandusnya. Guna mengolah lahan tandus itu, Pemerintah kabupaten setempat mengembangkan budi daya tanaman cabai jamu di kawasan tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Cocok di Daerah Tandus

Pada 2016, Bupati Wonogiri Joko Sutopo menjelaskan, selama ini wilayah Paranggupito sering dilanda kekeringan. Kondisi tanah yang tandus membuat sebagian penduduk di wilayah itu hanya mengandalkan ternak.

Guna mengolah lahan tandus agar berdaya guna dan memberikan manfaat ekonomis untuk warganya, menurut Joko, Pemkab Wonogiri mulai membudidayakan tanaman cabai jamu atau dalam bahasa botaninya Piper retrofractum. Cabai jenis ini menjadi salah satu bahan baku jamu.

"Justru kualitasnya malah bagus. Tapi masalah pemasaran menjadi kendalanya. Makanya kami menggandeng produsen jamu," ujar Joko Sutopo, dilansir dari kanal Regional Liputan6.com.

Chief Executive Officer PT Sido Muncul Irwan Hidayat menjelaskan kualitas cabai jamu dari wilayah Paranggupito, Wonogiri, Jawa Tengah cukup bagus. Alasannya, daerah yang tandus memang cocok untuk ditanami tanaman jenis ini. "Tanaman jenis ini mujarab untuk mengobat pegal linu," terang Irwan.

Ia pun siap menerima pasokan cabai jamu dari petani wilayah Paranggupito. Bahkan, setiap bulan, pihaknya memerlukan 3 ton cabai jamu untuk kebutuhan produksi jamunya. "Pasti nilainya lebih ekonomis, kalau (cabai jamu) diambil dari Paranggupito," jelas Irwan Hidayat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.