Sukses

Kerap Bikin Macet, Orangtua Diminta Berjalan Kaki Saat Antar Anak ke Sekolah

Kemacetan di dekat area sekolah kerap kali terjadi saat orangtua mengantar jemput anak-anak mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Macet jadi problematika di mana-mana. Namun, solusinya sebenarnya bisa sederhana. Para orangtua siswa diminta untuk berjalan kaki saat mengantar anak-anak mereka ke sekolah untuk menghindari kemacetan di luar gerbang sekolah.

Sebelumnya, ketegangan meningkat antara pihak sekolah, warga di sekitar sekolah, dan para orangtua siswa. Lokasi SD Chancellor Park di Chelmsford, Essex, Inggris yang terletak di ujung jalan kerap tersendat akibat para orangtua memarkir kendaraannya sembarangan saat mengantar jemput anak-anak mereka di sekolah.

Tempat itu sebenarnya adalah ruang kelas sementara. Belakangan terungkap bahwa pihak sekolah berencana untuk memperpanjang masa operasional ruang kelas sementara mereka hingga lima tahun ke depan.

Situasi itu membuat warga Desa Chelmer tempat sekolah berada hilang kesabaran. Mereka menuntut solusi atas kemacetan yang terjadi. Seorang anggota dewan perencanaan, Dave Harris meminta agar para orangtua berjalan kaki saja saat mengantar anak-anak mereka ke sekolah.

"Ini masalah abadi bukan - parkir di luar sekolah? Itu terjadi selama satu jam di pagi hari dan satu jam di malam hari," kata Harris seraya meminta area sekitar sekolah dijadikan kawasan larangan parkir.

"Dan untuk mereka yang tidak bisa berjalan, harus ada fasilitas penyandang cacat di sekolah," ucapnya.

Isu kemacetan di area luar sekolah juga terjadi di tempat lain. Bahkan, kepala dewan sekolah Sneyd Academy di Stoke, Staffs, sampai memasang kamera pengintai untuk memastikan para orangtua tak lagi parkir sembarangan di luar area sekolah. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Didenda hingga Rp1 Juta

Namun, hal itu mengundang problema baru. Para orangtua siswa merasa dimata-matai. Belum lagi soal ancaman denda 70 pound sterling, setara dengan Rp1,1 juta, bila mereka ketahuan memarkir sembarangan di area yang sudah diberi garis merah.

Dengan aturan itu, para orangtua dilarang untuk menurunkan anak-anaknya dalam jarak tertentu. Itu berarti mereka tidak cukup dekat ke sekolah untuk mengantar anak-anak mereka.

Sadia Begum (33) adalah satu dari para orangtua yang memprotes kebijakan tersebut. Ia menyebutnya sebagai mimpi buruk karena dipaksa untuk menjemput anak-anaknya dengan berjalan kaki. 

"Kemarin saya parkir di jalan buntu yang selalu saya gunakan untuk mengantar anak-anak. Saya tidak menyadari itu dilarang sampai warga keluar dan mulai menyerang saya," katanya.

Ia mengaku memahami kemarahan warga yang kesal dengan kemacetan tersebut. "Tapi di mana saya bisa parkir? Saya tidak tinggal di dekat sini jadi saya tidak bisa berjalan kaki ke sekolah."

3 dari 4 halaman

Malas Jalan Kaki

Bicara soal jalan kaki, hasil riset Standford University, Amerika Serikat, pada 2017 mengungkapkan bahwa orang Indonesia termasuk paling malas berjalan kaki. Rata-rata orang Indonesia hanya melangkahkan kaki sebanyak 3.513 per hari. Dengan jumlah itu, Indonesia berada di peringkat 31 dari 46 negara yang diteliti.

Dikutip dari kanal Health Liputan6.com, Hong Kong merebut peringat pertama sebagai negara yang penduduknya paling rajin berjalan kaki. Rata-rata warga melangkah 6.880 langkah per hari. Tiongkok menyusul di posisi kedua dengan 6.188 langkah per hari. Sementara, Singapura berada di urutan kesembilan dengan 5.674 langkah per hari, dikutip dari Coconuts.

Studi ini menggunakan data dari ponsel pintar yang dilengkapi alat accelerometer yang bisa mengukur jumlah langkah kaki penggunanya. Peneliti menganalisis kebiasaan jalan kaki dari 717.000 pria dan wanita dari 111 negara selama 95 hari.

Hasil penelitian dibuat menjadi 46 peringkat negara, dengan 1.000 orang menjadi respondennya. Studi yang berjudul Large-scale physical activity data reveal worldwide activity inequality diterbitkan di jurnal Nature pada 10 Juli 2017. 

 

 

4 dari 4 halaman

Manfaat Jalan Kaki

Padahal, berjalan kaki bisa membantu mempertahankan stamina tubuh. Berjalan kaki singkat setelah makan, misalnya, dapat membantu melancarkan pencernaan. Hal itu karena organ tubuh masih aktif bekerja mencerna makanan saat itu. Gerakan berjalan dapat menstimulus lambung dan usus.

Aktivitas fisik yang rendah hingga sedang setelah makan berefek melindungi saluran gastrointestinal. Dengan begitu, dapat membantu mencegah penyakit seperti tukak lambung, mulas, sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit divertikular, sembelit, dan kanker kolorektal, dikutip dari kanal Hot Liputan6.com.

Hasil riset memaparkan, berjalan kaki selama 15 menit setelah makan dapat mengurangi kadar gula darah, yang dapat membantu mencegah komplikasi seperti diabetes tipe 2. Namun, sebuah meta-analisis yang diterbitkan di jurnal Sports Medicine, menemukan bahwa berjalan kaki ringan setelah makan, sedikitnya dua sampai lima menit, berdampak signifikan dalam memoderasi kadar gula darah.

"Setiap hal kecil yang Anda lakukan akan memiliki manfaat, bahkan jika itu adalah langkah kecil," kata Dr. Keshaw Patel, spesialis jantung di Rumah Sakit Houston Methodist yang tidak terlibat dalam penelitian ini, dikutip dari CNA Lifestyle.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.