Sukses

Transgender Asal Peru Meninggal saat Berbulan Madu di Bali, Sempat Ditahan Polisi karena Narkoba

Sejumlah warga Peru menggelar demonstrasi mendesak pemerintah Indonesia mengusut tuntas kasus kematian transgender saat berbulan madu di Bali.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang transgender bernama Rodrigo Ventossilla (32) memicu demonstrasi sejumlah warga Peru di luar keduataan dan konsulat Peru di berbagai negara. Transgender itu meninggal dunia saat hendak berbulan madu di Bali dengan suami barunya, Sebastian Marallano, beberapa waktu lalu.

Dikutip dari CNN, Kamis (1/9/2022), mereka kemudian ditangkap polisi bea cukai tak lama setelah tiba di Bali. Keduanya dituduh menyimpan ganja yang di Indonesia digolongkan sebagai narkoba.

Ventosilla dinyatakan meninggal dunia lima hari setelah ditahan di rumah sakit. Tidak diketahui penyebab kematiannya hingga saat ini. Seorang juru bicara Polda Bali hanya menyebut bahwa Ventosilla jatuh sakit setelah mengonsumsi obat yang tidak termasuk barang yang disita oleh polisi. Pria transgender itu dinyatakan meninggal karena "kegagalan fungsi tubuh".

Namun, keluarganya mengklaim Ventosilla dan Marallano menjadi korban dari diskriminasi rasial dan transfobia selama mereka ditahan oleh polisi. Klaim itu memicu kemarahan komunitas LGBTQ Peru dan segera menggelar protes di ibu kota negara, Lima, pada Jumat, pekan lalu.

Namun, polisi menampik terjadi kekerasan terhadap Ventosilla. Kementerian Luar Negeri Peru menegaskan kembali sikap keras Indonesia terhadap narkoba dan tampaknya mengabaikan tuduhan keluarga tentang "diskriminasi rasial dan transfobia" terhadap pasangan tersebut oleh pihak kepolisian setempat.

"Sudah diketahui secara luas bahwa Indonesia memiliki kebijakan nol toleransi dalam kepemilikan obat-obatan terlarang dan turunannya," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. Konsulat Peru di Jakarta tidak menjawab pertanyaan lanjutan yang disampaikan CNN via email dan sambungan telepon.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Protes ke Polisi

Namun, sikap kementerian memicu kemarahan dari kelompok Diversidades Trans Masculinas yang berbasis di Lima, sebuah jaringan aktivis yang didirikan oleh Ventosilla. Mereka menyerukan protes lanjutan.

"Menyusul kematian Rodrigo di Bali, kami meminta para pendukung untuk bergabung dengan kami dalam aksi duduk di luar kedutaan dan konsulat Peru dari seluruh dunia untuk menuntut keadilan," kata kelompok itu di Facebook. Mereka menuding Konsulat Peru telah gagal menangani kasus dan mengabaikan permohonan kedua keluarga Ventosilla dan "komunitas (trans) internasional."

Luz Manriquez, seorang aktivis LGBTQ yang ikut protes pada Jumat lalu, mengkritik pemerintah Peru karena tidak menuntut penyelidikan independen. "Mereka tidak berempati karena tidak mengakui bahwa seorang Peru tewas di tangan polisi dari negara lain," kata Manriquez.

Luzmo Henriquez, seorang pengacara untuk keluarga tersebut, mengatakan kepada CNN bahwa mereka akan mengajukan protes terhadap kepolisian Indonesia dan Badan Narkotika Nasional atas dugaan penyiksaan dan juga menuntut ganti rugi dari Konsulat Peru di Indonesia, yang dituduh gagal menjalankan tugasnya melindungi kedua pria itu.

 

3 dari 4 halaman

Pulangkan Jenazah

Ventosilla diketahui bergelar master di bidang Administrasi Publik dalam Pembangunan Internasional di Harvard Kennedy School. Dekan kampus Douglas Elmendorf mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa itu adalah "saat yang sangat menyakitkan bagi banyak orang di kampus Kennedy" dan mendukung seruan keluarga untuk penyelidikan segera dan menyeluruh atas kematian Ventosilla.

"Pernyataan dari keluarga Rodrigo menimbulkan pertanyaan yang sangat serius yang pantas mendapatkan jawaban yang jelas dan akurat," kata Elmendorf.

"Kampus berdiri bersama semua teman dan kolega Rodrigo, serta komunitas LGBTQ."

Juru bicara kepolisian Bali mengatakan kepada CNN bahwa mereka sedang menjadwalkan agar jenazah Ventosilla dipulangkan ke Lima. Tidak seperti beberapa daerah yang lebih konservatif di Indonesia yang sebagian besar Muslim - seperti provinsi Aceh, di mana seks gay dihukum dengan cambuk di depan umum -- Bali, yang mayoritas beragama Hindu, dianggap lebih toleran terhadap wisatawan LGBTQ.

Andreas Harsono, peneliti Indonesia di Human Rights Watch, mengatakan penting bagi Bali untuk menyelidiki kematian tersebut. "Polisi harus melakukan penyelidikan yang independen dan tidak memihak atas kematian Rodrigo Ventosilla," kata Harsono. "Keluarga dan teman-temannya berhak tahu mengapa dan bagaimana dia meninggal."

4 dari 4 halaman

Rekam Diam-Diam

Di kesempatan lain, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengimbau wisatawan agar tetap memerhatikan kenyamanan wisatawan lainnya jika ingin mengambil gambar di destinasi wisata. Hal ini disampaikan Sandiaga menanggapi video viral tentang dugaan pelanggaran privasi yang dialami seorang turis asing di Pantai Berawa, Bali.

Sandiaga mengingatkan, tindakan mengambil video secara diam-diam yang mengganggu kenyamanan orang lain bisa merugikan citra pariwisata tanah air.  Kejadian itu merusak citra pariwisata dan sangat merugikan pariwisata Bali, yang saat ini tengah bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.

"Kejadian seperti itu tidak boleh terulang lagi, apalagi saat ini pariwisata Bali tengah bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19," ucap Sandiaga dalam The Weekly Brief With Sandi Uno, Senin, 29 Agustus 2022.

"Kemenparekraf mengimbau agar Dinas Pariwisata dan desa adat setempat melakukan langkah-langkah pencegahan, antara lain dengan mengedukasi masyarakat serta meningkatkan pengawasan keamanan tempat-tempat wisata sebagai ranah privasi agar tidak mengganggu kenyamanan wisatawan," sambungnya.

Sandi ini menegaskan, kejadian serupa tidak boleh terjadi kembali di destinasi wisata mana pun di Indonesia. Menurutnya, mengambil gambar adalah sesuatu yang boleh dilakukan, selama mengedepankan etika, serta adat dan istiadat setempat. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.