Sukses

Warga Shanghai Alami Diare Usai Konsumsi Jatah Makanan Lockdown Covid-19

Beberapa warga Shanghai mengklaim mereka jatuh sakit setelah memakan makanan yang didistribusikan oleh otoritas setempat selama lockdown kota demi menekan penyebaran Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Warga Shanghai jatuh sakit setelah mengonsumsi beberapa persediaan makanan yang didistribusikan oleh pihak berwenang. Momen ini terjadi di tengah lockdown kota karena merebaknya kasus Covid-19, menurut beberapa laporan.

Dikutip dari Insider, Kamis, 28 April 2022, orang-orang di beberapa lingkungan menyampaikan bahwa mereka menderita diare dan sakit perut. Hal tersebut terjadi setelah makan bebek rebus dan bakso yang dikeluarkan oleh pejabat setempat, menurut Bloomberg.

Seorang warga bernama Chen Man mengungkapkan kepada China Economic Weekly bahwa ia merasa mual setelah membuka paket yang dikeluarkan pemerintah berisi kaki bebek rebus. "Bau bebeknya sangat kuat, pasti busuk," katanya kepada outlet.

Ia menambahkan bahwa dirinya muntah tiga kali karena baunya. Otoritas setempat secara berkala mengirimkan paket yang berisi kebutuhan sehari-hari.

Otoritas mendistribusikan makanan, termasuk daging dan sayuran kepada penduduk Shanghai, yang tidak dapat meninggalkan rumah mereka karena lockdown yang ketat. Namun, paket-paket ini mendapat sorotan setelah beberapa warga mengaku menerima makanan kedaluwarsa atau busuk.

Dalam unggahan pada Selasa tentang masalah di platform Weibo yang mirip Twitter di China, pengguna yang beberapa orang di kompleks perumahan yang sama menderita diare. Ini terjadi setelah mereka mengonsumsi bakso rebus dan ikan asap dari paket yang dikeluarkan pemerintah.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pasokan Makanan

Menurut Bloomberg, beberapa komite lingkungan telah menginstruksikan warga untuk membuang makanan yang meragukan. Para pejabat mengatakan mereka akan menyelidiki masalah tersebut.

Isu jatah pangan berkualitas rendah menambah kekesalan warga yang sudah kesulitan mendapatkan pangan. Pada Senin, 25 April 2022, Shanghai mencatat 1.661 kasus bergejala dan 15.319 kasus tanpa gejala, menurut Komisi Kesehatan Nasional.

Sementara, para pejabat di Shanghai Jumat, 22 April 2022 berjanji untuk melonggarkan kontrol antivirus terhadap supir-supir truk yang menghambat pasokan makanan dan perdagangan. Mereka berupaya menghidupkan kembali ekonomi lokal di tengah jutaan orang masih terkurung di rumah masing-masing

Wakil Wali Kota Shanghai Zhang Wei menjanjikan "setiap upaya" untuk menyelesaikan masalah yang memicu keluhan mengenai kurangnya akses ke makanan dan kekhawatiran bahwa penutupan, yang mengurung sebagian besar dari 25 juta warga Shanghai di rumah mereka, dapat mengganggu perdagangan global. Para pemimpin Shanghai berupaya keras untuk mengurangi dampak strategi "nol COVID" yang menutup sebagian besar bisnis mulai 28 Maret lalu, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu, 23 April 2022.

3 dari 4 halaman

Pengiriman Makanan

Pihak berwenang telah berupaya meningkatkan pengiriman makanan dan arus barang ke pelabuhan Shanghai, pelabuhan tersibuk di dunia, dengan menciptakan kartu pas elektronik bagi para supir truk untuk melewati perbatasan kota dan provinsi, kata Zhang dalam sebuah konferensi pers, menurut media pemerintah.

Supir-supir truk terhambat oleh pembatasan yang mensyaratkan tes virus secara reguler serta banyak cek pemeriksaan. Ini menyebabkan masa tunggu yang lama dan memunculkan berbagai laporansebagian perusahaan pengapalan dan para pengemudi menghindari Shanghai.

Berdasarkan sistem baru, para supir diizinkan lewat jika mereka memiliki hasil tes negatif dalam 48 jam terakhir, tidak mengalami demam dan ada "kode kesehatan hijau" di ponsel pintar mereka yang menunjukkan mereka belum pernah ke daerah-daerah yang dilanda wabah, kata Wu Chungeng, direktur Biro Jalan Raya di Kementerian Transportasi. "Semua wilayah harus langsung mengizinkan mereka," kata Wu, menurut berbagai laporan media.

4 dari 4 halaman

Perangi Covid-19

Pihak berwenang Shanghai yang memerangi COVID-19 telah mendirikan penghalang jalan di luar beberapa bangunan tempat tinggal. Hal ini memicu kemarahan publik baru atas lockdown yang memaksa sebagian besar dari 25 juta orang di kota itu untuk tinggal di rumah.

Gambar pekerja berpakaian hazmat putih yang menyegel pintu masuk blok perumahan dan bahkan menutup seluruh jalan dengan pagar hijau setinggi sekitar dua meter menjadi viral di media sosial pada Sabtu pekan lalu, memicu pertanyaan dan keluhan dari penduduk. "Bukankah ini bahaya kebakaran?" kata seorang pengguna di platform media sosial Weibo.

"Ini sangat tidak menghormati hak-hak orang-orang di dalam, menggunakan penghalang logam untuk membungkus mereka seperti hewan peliharaan," kata yang lain.

Pemerintah Shanghai tidak menanggapi permintaan komentar. Sebagian besar penghalang telah didirikan di sekitar kompleks yang ditunjuk sebagai "area tertutup," yang merupakan bangunan di mana setidaknya satu orang telah dites positif COVID-19 dan karenanya penduduknya dilarang meninggalkan pintu depan mereka. Kantor berita dari luar China belum dapat memverifikasi keaslian foto dan video yang beredar di Weibo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.