Sukses

Cerita Akhir Pekan: Mengulik Potensi Wisata Pecinan di Indonesia

Ke mana sebenarnya arah pengembangan wisata Pecinan di Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta - Manambah panjang daftar dunia, Indonesia juga punya sederet wilayah Pecinan ikonis. Seperti "saudara-saudaranya" di belahan dunia lain, area ini otomatis jadi tujuan pelancong, dengan getarannya masing-masing.

Perwakilan Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (ASPERTINA), Budiman Tanah Djaya, mengatakan bahwa hal yang paling diingat tentang wisata Pecinan adalah pasar dan kuliner. "Pasar yang sangat lengkap pedagangnya," sebutnya melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 28 Januari 2022.

Ia menyambung, "Mulai dari sayuran, buah, daging sapi, unggas, daging babi, produk  impor, toko perabotan, sampai hewan hidup. Dilengkapi pula dengan pelbagai jenis kuliner khas Tionghoa. Ada bakmi ayam, bakmi babi, bakut, siobak, pi o (sejenis kura-kura air tawar), nasi campur, dan sebagainya."

Kawasan-kawasan pecinan ini umumnya bukan "anak baru" di industri pariwisata. Beberapa di antaranya bahkan sudah eksis selama ratusan tahun. Karena itu dalam perjalanannya, bagaimana wilayah Pecinan berkembang?

"Perkembangan dari tahun ke tahun semakin ramai dan semarak," Budiman mengatakan. "Kita bisa lihat modernisasi Petak Enam dan serunya menelusuri keramaian di Petak Sembilan."

"Hadirnya Tea House di Patekoan, Pantjoran di PIK Jakarta, Semawis di Semarang, Roemah Oey dan griya batik di Lasem, serta wisata Kampung Pecinan di Surabaya, (semua) menambah khazanah wisata pecinan," ia menguraikan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Arah Pengembangannya?

Soal ke mana sebenarnya arah pengembangan wisata Pecinan, Budiman menyebut, "wisata yang terintegrasi." Dimulai dari pusat kuliner misalnya, ia mengatakan, bisa berkembang dengan hadirnya hotel-hotel bujet, toko oleh-oleh dan suvenir, serta griya batik atau museum Peranakan Tionghoa.

"Dengan demikian, perkembangan ini juga bisa mendukung ekonomi daerah setempat," ucapnya.

Kawasan Pecinan juga relevan dengan tren wisata dunia tahun ini, yang mana pelancong diprediksi akan mencari pengalaman autentik dari sebuah wilayah, menurut Budiman.

Ia menjelaskan, "Bangunan kuno yang direstorasi semacam Mansion Tjong A Fie di Medan, Museum Benteng Heritage di Tangerang, Rumah Oey di Lasem, atau kelenteng-kelenteng berusia ratusan tahun dapat menggugah romantika dan memori dari masa lampau."

"Griya Batik di Lasem atau Cirebon yang sudah dijalankan selama lima generasi dapat memberi keindahan kelestarian tradisi lewat wastra dengan sentuhan modern," ujarnya. "Belum lagi kekayaan boga Pecinan yang masih dipertahankan terkait tradisi, seperti penganan kecil untuk sajian altar atau masakan peranakan Tionghoa."

3 dari 4 halaman

Tidak Terhindar dari Budaya Global

Sebagai salah satu pusat keramaian, Pecinan tak terhindar dari arus budaya global. Masuknya merek-merek boga global atau hal-hal yang tak berkaitan dengan budaya Pecinan, kata Budiman, akan membuat identitasnya jadi kabur.

"Tidak beda dengan pusat perbelanjaan atau daerah wisata lain," ia menambahkan.

Jadi, sebaiknya setiap Pecinan dengan konsep pariwisata memiliki perkumpulan atau organisasi yang akan mengelolanya dengan baik, ia menyarankan. "Misalkan di Semarang ada Semawis yang jadi payung bagi banyak kegiatan di wilayah Pecinan," tuturnya.

"Sebelum pandemi COVID-19, mereka mengadakan Pasar Semawis yang ramai dikunjungi warga lokal maupun wisatawan di akhir minggu. Dengan pengelolaan lebih baik, tidak menutup kemungkinan kerja sama dengan pemerintah daerah atau Kementerian Pariwisata (dan Ekonomi Kreatif) jadi suatu sinergi demi memajukan wisata Pecinan," Budiman mengatakan.

Dengan adanya perkumpulan atau organisasi yang mengelola Pecinan secara serius ini pula, penataan dan pelaksanaan kegiatan akan jadi lebih terorganisir. Jadi, kegiatan-kegiatan di luar hari raya tertentu dapat dilakukan secara rutin.

"Misalnya dengan wisata kuliner, walk tour seputar Pecinan, pojok Pecinan yang memberikan kisah dari sisi historis dan kultural, atau pembuatan tengara berkhas Pecinan. Semua hal dapat diintegrasikan jadi suatu khazanah yang terus berkembang dan jadi kekayaan budaya yang dapat dinikmati semua orang," tandasnya.

4 dari 4 halaman

Infografis Peruntungan Berdasarkan Shio

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.