Sukses

Green Business Bisa Jadi Alternatif Solusi Masalah Sampah Laut

Masalah sampah plastik bisa dimulai dengan menelusuri setiap sumber limbah plastik yang berakhir di laut.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia adalah negara penghasil sampah plastik lautan terbanyak kedua sedunia. Untuk itu, kita harus berbenah mencari solusi untuk polusi plastik.  Salah satunya dilakukan Greeneration Foundation melalui proyek Citarum Repair.

Mereka berkolaborasi dengan Waste4Change dan RiverRecycle mengadakan webinar dengan tajuk “Ventures to Prevent Plastic Pollution Toward The Ocean” selama dua hari pada 23 dan 24 November 2021. Di hari kedua, tema yang dibahas adalah Potensi Green Business di Masa Depan untuk Pengurangan Dampak Masalah Plastik.

Semakin berkembangnya bisnis tentunya tidak lepas dari pertambahan sampah di lingkungan. Namun, green business dapat menjadi bisnis yang maju dengan memikirkan peran lingkungan di dalamnya.

Mona Arnold, Peneliti Utama dari VTT Technical Research Center of Finland Ltd, menekankan pentingnya ekonomi sirkular dalam proses perbaikan masalah sampah plastik. Pemanfaatan sumber daya yang membuat bahan baku dapat dihasilkan melalui daur ulang.

Selanjutnya, Anssi Mikola yang merupakan pendiri RiverRecycle menyatakan bahwa solusi dari masalah sampah plastik bisa dimulai dengan menelusuri setiap sumber limbah plastik yang berakhir di laut dan mengganggu ekosistem. Anssi mengatakan, masalah utama yang kita hadapi adalah tentang kesulitan apakah produk yang kita beli itu merupakan masalah atau sebuah solusi.

"Kita perlu menelusuri setiap limbah plastik yang kita kumpulkan sehingga kita dapat menghitung rantai nilainya. Dengan menghitung rantai nilainya, maka akan ada keuntungan di dalamnya," jelas Anssi. Menurutnya, masalah yang dihadapi tentang sampah kali ini adalah menjadi tanggung jawab bersama, bahkan tidak ada yang bisa disalahkan dalam kondisi ini.

Pendiri Siklus, Jane Marlen Von Rabenau juga memberikan pandangannya tentang green business yang berdampak sebagai solusi dari masalah sampah plastik. Jane mengatakan, sebenarnya sistem persampahan di Indonesia tidak terlalu buruk, tapi adanya sampah yang tersumbat menjadi masalah baru.

“Kami melihat dari sudut pandang pelanggan, saat mereka membeli produk yang mahal. Kami hadir dengan perubahan yang dapat memudahkan pelanggan dengan datang ke tempat, refill, dan tidak menghasilkan sampah plastik,” tuturnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Nilai yang Menguntungkan

Tidak bisa dipungkiri, green business juga masih menggunakan profit sebagai tujuannya. Namun, fokus lingkungan di dalamnya juga menjadi nilai yang menguntungkan.

Masalah sampah plastik ini juga menjadi fokus dari Siklus yang diungkapkan oleh Laksamana Sakti tentang bagaimana pentingnya peran green business dalam membantu masalah sampah plastik. Laksamana juga menjelaskan bahwa green business harus hidup dengan memiliki impact pada masyarakat umumnya.

"Green business adalah solusi dari masalah masyarakat, sehingga masyarakat mau membayar untuk mendapatkan solusinya," terang Laksamana Sakti. Meskipun tidak lepas dari tujuan profit untuk bertahan dalam jangka panjang, tapi, tujuan utamanya tetap untuk kebutuhan masyarakat.

Salah satu green business lainnya diungkapkan oleh Andre Kuncoroyekti dari Systemiq. Program STOP yang dikelola Andre adalah program yang sudah aktif sejak 2018 yang berperan untuk menghentikan sampah plastik ke laut dengan mengoptimalkan pengelolaan sampah di dalamnya.

3 dari 4 halaman

Dukungan Masyarakat

Saat ini, program STOP berjalan di Kabupaten Muncar, Kabupaten Banyuwangi, yang merupakan salah satu wilayah rekomendasi Pemkab Banyuwangi dengan demografi penduduk yang padat namun memiliki cakupan pelayanan sampah rendah. Setelah kehadiran Project STOP, layanan sampah di Muncar sudah mencapai 70 persen penduduk.

Andre bersama dengan Program STOP secara khusus akan berfokus di kabupaten, karena kenyataannya, wilayah kabupaten masih memerlukan banyak perhatian. Namun green business tidak hanya bisa berdiri sendiri, dukungan masyarakat dan pemahaman masyarakat menjadi peran penting dalam berlangsungnya green business.

Vanessa Letizia yang merupakan Eksekutif Direktur Greeneration Foundation menutup acara dengan harapan webinar yang sudah berjalan dua hari ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. "Semoga melalui acara ini, kita dapat memberikan ide dan gagasan untuk menciptakan kolaborasi agar masalah sampah plastik bisa sesuai dengan tujuan kita bersama," ucap Vanessa.

4 dari 4 halaman

Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.