Sukses

Surat Terbuka untuk Menteri Nadiem Makarim soal Sepatu dan Guru Jelang Usia Senja

Surat terbuka kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dari seorang guru tentang guru honorer dan sepatu tuanya viral.

Liputan6.com, Jakarta - Cerita guru honorer selalu menyedot perhatian banyak orang. Apa lagi jika guru tersebut sudah berusia senja, seperti dialami oleh seorang guru honorer berusia 57 tahun.

Guru tersebut tak lolos tes seleksi Pegawai Pemerintah dengan Pernjanjian Kerja (PPPK), baru-baru ini. Hal tersebut diketahui setelah ia menjalani tes tersebut untuk menjadi guru dengan status PPPK dari Kabupaten Tulung Agung, Jawa Timur.

Kisah pilu itu kemudian ditulis oleh seorang perempuan bernama Novi Khassifa. Ia menyebut dirinya pengawas ruang PPPK TUK SMKN 1 Praya, Nusa Tenggara Barat. Novi kemudian membagikan surat ternbuka lewat akun Facebooknya @Bintu Nahl.

Novi mengklaim ia menulis surat untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim itu dengan berurai air mata. Ia mengawalinya dengan sepatu tua yang lusuh.

"Yang terhormat, Mas menteri Nadiem Makarim. Tak adakah rasa ngilu di dalam dada mas menteri melihat sepatu tua yang lusuh ini?Memang benar sepatu tua ini terlihat bermerek, tetapi tahukan ini hanya sepatu loak apkiran," tulis Novi.

Novi menjelaskan, sepatu itu telah dipakai bertahun-tahun oleh si empunya. Seorang guru dengan pakaian putih lusuh dan celana hitam yang warnanya sudah tak hitam lagi karena pudar.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Setia Mengajar dan Mendidik

Novi melanjutkan, mendekati usia senja ia masih setia mengajari anak-anak di pelosok negeri ini membaca dan mengeja. Meski saat itu ia putus pengharapan untuk mendapatkan hidup yang lebih layak.

"Beliau tetap semangat. Tak sekedar mengajar tetapi mendidikGaji di bawah lima ratus ribu sungguh tak cukup untuk makan sebulan. Apalagi untuk membeli sepatu. Terpaksa di saat pulang mengajar beliau mencari pendapatan tambahan sebagai pekerja serabutan," papar Novi.

Tahun ini, kata Novi, Nadiem memberikan secercah harapan untuknya. Prograam PPPK memberikan harapan kehidupan yang lebih layak.

"Tetapi tahukah mas menteri? soal-soal yang mas menteri berikan hanya teori belaka saja. Tak sebanding dengan praktik pengabdian berpuluh-puluh tahun lamanya. Soal-soal yang membuat beliau terseok-seok ketika memegang mouse dan membuat kepalanya pening," urai Novi.

Akhirnya, passing grade pun tak diraih. Pecahlah tangis beliau di dalam hati. Terlihat jelas ketika nilai-nilai itu terpampang di layar monitor. "Beliau terdiam seribu bahasa. Entahlah, apa yang dipikirkan. Melihatnya sayapun ikut terisak," tutur Novi.

3 dari 4 halaman

Sepatu Jadi Saksi di Surga

"Memang benar beliau tak secerdas, sejenius, sekreatif mas menteri. Tetapi beliaulah yang menjadi pelita di tengah gulita buta aksara di pelosok negeri," imbuh Novi.

Bagi Novi, guru tersebut tak pandai teknologi, tetapi tanpa teknologi ia mampu membuat anak-anak negeri ini merangkai kata dari A hingga Z. Ia juga mampu membuat anak berhitung hal-hal dasar untuk memahami hidup.

"Memang benar para muridnya sebagian besar menjadi TKI dan TKW. Tapi tahukah mas menteri, bukankah mereka juga merupakan pahlawan penghasil devisa negara tercinta ini? Beliau mempunyai andil yang besar dalam membangun negeri tercinta ini," kata Novi lagi.

Novi berharap Nadiem Makarim memberikan keringanan untuk melihat guru itu agar bisa menikmat masa tua dengan sepatu dan kehidupan uang layak. "Tak usah diperumit," harap Novi.

"Jika tidak ada kebijakan untuk mengangkat derajat mereka, setidaknya di surga besok sepatu ini akan menjadi saksi bahwa ilmu yang beliau ajarkan sangat bermanfaat untuk keberlangsungan umat," tegasnya.

 

4 dari 4 halaman

Infografis Mekanisme Vaksinasi Covid-19 untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.