Sukses

Roller Coaster Tercepat di Dunia Ditutup Sementara Usai 6 Pengunjung Alami Patah Tulang

Kasus patah tulang jadi yang pertama setelah roller coaster tercepat di dunia ini beroperasi selama 20 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Roller coaster tercepat di dunia terpaksa ditutup sementara sampai pemberitahuan lebih lanjut. Itu terjadi setelah perjalanan berkecepatan 180 kilometer/jam itu mematahkan tulang pengendaranya, melansir The Sun, Rabu, 25 Agustus 2021. 

Wahana yang melaju dari nol hingga 180 km/jam dalam 1,56 detik ini melukai setidaknya enam pengunjung. Empat di antaranya mengaku mengatami cedera di bagian punggung atau leher.

Insiden itu dilaporkan pada pihak berwenang pada 17 Agustus. Wahana yang disebut Do-Dodonpa itu dibangun pada 2001 dan melaju dengan kecepatan "super death" di Fuji-Q Highland Park, Jepang.

Pihak taman hiburan mengatakan bahwa kejadian patah tulang pada penumpang ini pertama kali terjadi, meski roller coaster telah beroperasi selama dua dekade. Pada 2017, perjalanan wahana itu memang dimodifikasi jadi lebih cepat.

Semula, perjalanan menegangkan ini berkecepatan 170 km/jam, dan setelah itu, tidak ada laporan cedera serius hingga Desember di tahun yang sama. Terkait kejadian pertengahan bulan ini, setelah penyelidikan, tidak ada masalah teknis yang ditemukan menurut Fuji-Q Highland.

Perusahaan manufaktur roller coaster, Sansei Technologies, meminta maaf pada pelanggan yang terluka, tapi menegaskan pihaknya tidak tahu penyebab cedera. Menurut Naoya Miyasato, seorang profesor arsitektur dari Nihon University yang mempelajari desain roller coaster, kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang tidak pernah terjadi sebelumnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dugaan Penyebab Insiden

Miyasato menjelaskan, lapor VICE World News, "Desain roller coaster harus mematuhi standar yang disetujui pemerintah, jadi fakta bahwa ada banyak kecelakaan serupa adalah hal yang tidak biasa."

"Jika seorang pengendara tidak dapat menahan akselerasi, mereka mengalami cedera, dan itu mungkin terjadi di sini," katanya. "Jika mereka mendeteksi tidak ada masalah serius dengan perjalanan, bisa jadi itu adalah cara orang duduk."

"Tapi jika seseorang duduk dengan tidak benar, katakanlah dengan jarak antara punggung dan tempat duduk, itu adalah tanggung jawab staf taman hiburan untuk memeriksa posisi tempat duduk mereka," tegasnya.

3 dari 4 halaman

1 dari 17 Juta Kemungkinan Cedera

Asosiasi Internasional Taman Hiburan dan Atraksi (IAAPA) melaporkan bahwa ada satu dari 17 juta kemungkinan cedera serius dalam perjalanan di Amerika Serikat pada 2019. Juni lalu, kasus kematian perempuan berusia 47 tahun setelah mengendarai roller coaster di Indiana sempat jadi sorotan.

Perempuan bernama Dawn Jankovic inI ditemukan tidak sadarkan diri di samping putranya yang berusia 17 tahun dalam perjalanan wahana The Voyage di taman hiburan Safari Holiday World & Splashin, Santa Claus. Perempuan itu kemudian dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit. 

Sebulan setelahnya, otoritas setempat mengumumkan tiga penyebab kematian Jankovic. Itu adalah kehilangan banyak darah, robeknya arteri, dan pengaruh kekuatan dari roller coaster, seperti dilansir dari laman Daily Mail.

4 dari 4 halaman

Infografis Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.