Sukses

Kisah Pilot Wanita Pertama Afghanistan Niloofar Rahmani Pernah Diancam Mati Taliban

Rahmani menjadi pilot wanita Angkatan Udara Afghanistan pertama sejak kejatuhan Taliban pada 2001.

Liputan6.com, Jakarta - Sosok Niloofar Rahmani sempat menjadi perhatian dunia karena berhasil mencetak sejarah. Ia menjadi pilot wanita Angkatan Udara Afghanistan pertama. Namanya langsung menjadi ikon feminisme dan simbol harapan bagi jutaan wanita di Afghanistan.

Wanita berusia 28 tahun itu awalnya mendaftarkan diri pada program pelatihan Angkatan Udara Afghanistan pada 2010. Namun, perjalanannya menjadi pilot tidaklah mulus.

Dilansir dari CNN, 19 Agustus 2021, kabarnya ia sering diremehkan dan beberapa kali dianggap bahwa fisiknya tidak layak untuk terbang. "Para pria memperlakukan saya seperti saya akan gagal. Saat itu saya baru berusia 18 tahun. Namun, saya mencoba mengabaikannya," ucap Rahmani saat diwawancarai BuzzFeed News.

"Para pria selalu mengatakan kalau saya akan gagal karena saya seorang wanita. (Fisik) saya juga dianggap lemah dan tidak bisa menerbangkan pesawat," kenangnya. Rahmani tak patah arang, ia justru makin bersemangat untuk mematahkan anggapan negatif terhadap dirinya.

Pada 2013, kerja keras Rahmani akhirnya terbayarkan dengan berhasil menjadi pilot wanita pertama yang menerbangkan fixed-wing jet di Angkatan Udara Afghanistan. Ia juga menjadi pilot wanita Angkatan Udara Afghanistan pertama sejak kejatuhan Taliban pada 2001. Foto-fotonya saat mengenakan seragam Angkatan Udara Afghanistan, dengan kerudung, dan kacamata hitam sempat viral saat itu.

Pencapaian Niloofar yang semula tidak terbayangkan ini membuatnya mendapat International Women of Courage Award atau Penghargaan Keberanian Perempuan Internasional dari Kementerian Luar Negeri AS, pada 2015. Penghargaan itu langsung diberikan oleh Ibu Negara Amerika Serikat (AS) kala itu, Michelle Obama.

Sayangnya, ketenaran Niloofar itu malah membuatnya menerima banyak ancaman pembunuhan. Ancaman itu bahkan membuat dirinya dan keluarganya harus berpindah rumah. Taliban ternyata mulai mengincar dan mengancam diri serta keluarganya.

"Mereka mengatakan kalau saya bukanlah wanita muslim yang baik. Saya sudah melupakan budaya muslim dan pantas dibunuh demi kehormatan," tutur Rahmanu ketika diwawancarai Fox 13. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mendapat Suaka

Situasi itu membuatnya sering berpindah rumah, terkadang tiga kali dalam satu bulan. "Pemerintah Afghanistan tidak pernah mendukung saya dalam hal ini. Pihak Angkatan Udara juga mengatakan bahwa mereka tidak pernah memaksa saya untuk berada di sana," lanjutnya.

Setelah hidup bertahun-tahun hidup dalam ancaman, Rahmani akhirnya melarikan diri dari Afghanistan. Ia pergi ke AS sementara orangtua dan saudaranya tetap tinggal di Kabul, Afghanistan.

Setelah meninggalkan negaranya, Rahmani mengajukan hak asylum ke pemerintah AS. Pada 2018, Niloofar mendapatkan asylum atau suaka perlindungan dari pemerintah AS dan saat ini tinggal di Tampa, Florida.

Kini setelah Taliban kembali menguasai Afghanistan, Rahmani merasa sedih dan kecewa. Ia juga mengkhawatirkan keluarganya yang berada di Afghanistan. "Para setan ini mendadak muncul kembali ke kota. Mereka (Taliban) tahu bahwa Afghanistan sepenuhnya berada di bawah kekuasaan mereka dan mereka akan mulai melakukan kekerasan dan hukuman. Mereka sudah melakukan itu sejak 20 tahun yang lalu, atau mungkin lebih kejam," ucap Rahmani.

"Kami tidak pernah berpikir situasi dan cerita di Afghanistan akan terulang lagi, seperti sekarang ini," pungkasnya. Taliban kembali menguat setelah AS menarik pasukannya yang telah beroperasi di sana selama 20 tahun.

3 dari 4 halaman

Pemakaian Burqa

Pihak Taliban berindikasi untuk kali pertama sejak berkuasa bahwa mereka tidak akan mewajibkan pemakaian burqa pada wanita Afghanistan. Melansir AFP, 18 Agustus 2021, ini tidak seperti yang mereka lakukan ketika terakhir memerintah Afghanistan lebih dari dua dekade lalu.

Di bawah aturan garis keras militan 1996--2001, sekolah-sekolah wanita ditutup, wanita dilarang bepergian dan bekerja, serta dipaksa mengenakan burqa. Sejak Taliban menduduki Kabul pada 15 Agustus 2021, kekhawatiran akan hak dan kehidupan perempuan jadi satu yang terus disoroti.

"Burqa bukan satu-satunya hijab. Ada berbagai jenis hijab yang tidak terbatas pada burqa," kata Suhail Shaheen, juru bicara kelompok tersebut di Doha pada Sky News. Namun, Shaheen tidak merinci jenis hijab lain yang diterima Taliban.

Burqa merupakan busana satu potong yang menutupi seluruh kepala dan tubuh perempuan. Pemakaiannya hanya menyisakan panel jala untuk melihat di bagian mata.

4 dari 4 halaman

Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.