Liputan6.com, Jakarta - Petinju tim Britania Raya Galal Yafai menghentikan perlawanan Carlo Paalam asal Filipina di final Olimpiade Tokyo 2020 pada Sabtu, 7 Agustus 2021. Pria 28 tahun ini berhasil meraih medali emas untuk pertama kalinya di ajang Olimpiade.
Sebelum mengecap manis kemenangan di acara olahraga empat tahunan itu, nyatanya Galal telah melalui perjuangan panjang. Sebelum bergelut di dunia tinju, Galal adalah seorang buruh di pabrik mobil Land Rover di Solihull, Inggris.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari laman BBC dan Team GB, Senin (9/8/2021), pekerjaan sebagai buruh pabrik tidak memuaskan Galal. Sebab, ia hanya melakukan "hal-hal kecil," seperti menyambung kerangka, mengurusi sampah kering, mengambil kotak, dan mengirimkan suku cadang.
"Saya bekerja di pabrik Land Rover, namun bermimpi berada di Olimpiade," jelas petinju kelahiran 11 Desember 1992 itu.
Sementara itu, kedua kakak Galal, Kal Yafai (32) dan Gamal Yafai (29), telah lebih dulu terjun ke dunia tinju. Gamal memegang gelar Eropa di tingkat profesional, sedangkan Kal adalah juara kelas super WBA selama empat tahun dan ia juga berkompetisi di Olimpiade Beijing 2008.
Mereka semua tumbuh dewasa sambil bersama-sama latihan tinju, meski dulu Galal juga sempat berminat menekuni sepak bola. Namun seiring waktu, ia ternyata ingin fokus pada olahraga tinju dan mengawali kariernya di level amatir.
Pintu bagi Galal untuk berprestasi di dunia tinju terbuka saat ia mendapat undangan dari Tim Britania Raya jelang akhir 2015. Pria keturunan Yaman itu masuk dalam bagian tim yang berlaga di Olimpiade Rio 2016 di Brasil.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sempat Berlaga di Olimpiade Rio 2016
Galal mengamankan tempat di Olimpiade Rio 2016 setelah mengalahkan petinju Spanyol, Samuel Carmona Heredia, di semifinal Olimpiade Tinju Eropa 2016 yang berlangsung di Samsun, Turki. Namun, perjalanan Galal di Olimpiade Rio 2016 hanya sampai di babak 16 besar karena kalah dari petinju Kuba, Joahnys Argilagos.
Kendati demikian, Galal tidak menyerah dan terus berjuang agar bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Perjuangan Galal tidak sia-sia, ia kembali lolos ke Olimpiade, dan kini pulang membawa medali emas.
"Jika bukan karena Kal dan Gamal, saya tidak akan memulai tinju. Mereka selalu ada untuk saya dan jika bukan karena mereka, saya tidak akan ada di sini," ucap Galal. "Saya harus melakukan apa yang telah saya lakukan di setiap pertarungan dan lebih banyak lagi."
Advertisement
Kisah Mengharukan Paalam
Jika Galal Yafai pernah bekerja sebagai seorang buruh pabrik mobil, latar belakang lawannya di final Olimpiade Tokyo 2020 juga tak kalah mengharukan. Paalam pernah merasakan hidup miskin dan bertahan hidup menjadi seorang pemulung.
Pria kelahiran 1998 di Talakag, Bukidnon, Filipina itu menghabiskan masa kecilnya di Balingoan, Misamis Oriental. Saat berusia enam tahun, kedua orang tuanya berpisah. Sejak saat itu, ayah Paalam dan keluarganya yang lain pindah dari Balingoan ke Cagayan de Oro untuk mendapat penghidupan lebih baik.
Dikutip dari Rappler, Paalam kemudian menjalani kehidupan sebagai seorang pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Demi bisa makan, Paalam harus berjalan keliling kota mengambil botol dan plastik kemudian menukarkannya dengan uang.
Nasibnya mulai berubah ketika ia melihat tetangganya yang merupakan seorang petinju tengah melatih anaknya. Palaam kemudian dipanggil tetangganya tersebut dan diajak berlatih tinju. Melihat potensi Paalam, tetangganya menyarankan agar dia ikut dalam pertarungan tinju lokal "Boxing in the Park."
Ia berhasil memenangkan banyak pertarungan dan hadiah uang di ajang tersebut. Kiprahnya di ajang mingguan itu membuat pelatih Tim Nasional Filipina, Elmer Pamisa, tertarik. Ia akhirnya merekrut Paalam ke dalam program pelatihan pada 2009. Sejak itu, Palaam menjadi petunju dan berhasil meraih prestasi gemilang di Olimpiade Tokyo 2020.
Infografis Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020
Advertisement