Sukses

Levi's Mulai Jualan Jeans Bekas

Sebagian produknya bakal berupa vintage jeans pilihan dan sisanya akan bersumber langsung dari pelanggan Levi's.

Liputan6.com, Jakarta - Menemukan vintage jeans Levi's yang sempurna biasanya membutuhkan waktu berjam-jam di toko barang bekas maupun penelusuran di jagat maya. Sebagian orang boleh jadi menganggapnya merepotkan, tapi bagi yang sudah berkomitmen tak membeli baju baru, ini adalah bagian dari menjalankan prinsip.

Melansir laman Vogue, Selasa (6/10/2020), melihat kondisi ini, Levi's bermaksud membuat pekerjaan tersebut sedikit lebih mudah dengan peluncuran Levi's Secondhand, situs penjual jeans dan jaket denim bekas. Beberapa produknya bakal berupa vintage item pilihan, namun sebagian besar garmen akan bersumber langsung dari pelanggan Levi's.

Mulai sekarang, siapa pun dapat menyerahkan jeans bekas Levi's, meskipun rusak, untuk mendapat kartu hadiah yang bisa digunakan dalam pembelian di masa mendatang. Momen ini menandai titik balik signifikan, baik untuk Levi's maupun industri mode secara keseluruhan.

Levi's adalah merek denim pertama dalam skalanya yang membuat program pembelian kembali seperti ini. Juga, secara efektif bertanggung jawab penuh atas siklus hidup pakaian produksinya.

Keberadaannya tentu mengakomodir permintaan konsumen yang lebih memilih membeli pakaian bekas, di mana secara alami berdampak lingkungan lebih rendah ketimbang barang-barang baru. Semakin populernya barang bekas dan vintage pun jadi pendorong di balik Levi's Secondhand.

Head of Marketing Levi's, Jen Sey, menjelaskan bahwa hampir 60 persen konsumen gen Z membeli pakaian bekas. "Mereka suka berburu, menemukan barang yang benar-benar unik, dan yang membuatnya lebih baik, itu adalah pilihan berkelanjutan," katanya. Membeli sepasang Levi's bekas menghemat sekitar 80 persen emisi karbon dioksida dan 1,5 pon limbah, dibanding membeli produk denim baru.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bereksperimen dengan Bahan

Global Fashion Agenda memperkirakan industri pakaian akan tumbuh 81 persen pada 2030. Meski jumlahnya bisa sedikit lebih rendah karena pandemi, industri mode diperkirakan akan menggunakan 26 persen anggaran dunia untuk tetap berada dalam kenaikan suhu dua derajat pada 2050.

Ketegangan sumber daya itu tak dapat diterima setahun yang lalu. Tapi, dihadapkan dengan pandemi, rekor musim kebakaran, banjir, terumbu karang yang sekarat, dan bencana iklim lain tahun ini, industri mode tak bisa hanya mencoba melakukannya dan membuat perubahan tambahan.

Dampaknya perlu dikurangi secara signifikan, dan itu akan membutuhkan lebih dari sekadar belanja barang bekas. Melihat merek global mempromosikan belanja barang bekas dan menyelaraskannya dengan lemari pakaian rendah karbon dapat jadi langkah pertama yang berdampak dalam mendidik dan menggembleng konsumen.

Mitra selebritas Levi's untuk peluncuran Secondhand juga akan membantu. Hailey Bieber merekam video dengan stylist Maeve Reilly untuk menunjukkan cara menemukan pakaian vintage yang tepat. Jaden Smith, Carolyn Murphy, Amber Valletta, June Ambrose, dan Lily Aldridge juga akan muncul dalam kampanye.

Levi's pun bekerja sama dengan pendukung mode lestari Dominique Drakeford dan Whitney R. McGuire dari Brooklyn Berkelanjutan, serta aktivis iklim Xiuhtezcatl Martinez dan Xiye Bastida. Pihaknya pun bereksperimen dengan serat daur ulang, dan baru-baru ini meluncurkan puffer yang terbuat dari botol plastik daur ulang, poliester bekas, dan limbah sintetis lain yang dipintal jadi benang baru. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.