Sukses

Curhat Pendiri JakCloth, Batalkan Nyaris Seluruh Event Akibat Pandemi

Dari semula 28 kota, hanya dua yang bisa didatangi tur JakCloth.

Liputan6.com, Jakarta - Penyebaran virus corona baru, mau-tak mau berdampak pada jadwal sederet acara. Salah satunya JakCloth, bazar clothing line lokal yang selalu menarik pengunjung dari kalangan anak muda.

Digelar sejak 2009, event tersebut tak pernah sepi dari keramaian. Pasalnya, tak hanya menghadirkan produk clothing, panitia juga mengisi acara dengan beragam kegiatan khas anak muda, seperti skateboarding dan panggung musik indie.

Namun, pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun memaksa event offline JakCloth berhenti total. Dari 28 kota yang direncanakan, 26 di antaranya dibatalkan dengan alasan keamanan dan kesehatan.

"Tidak bisa dilaksanakan. Kalaupun kita rencanakan dengan konsep new normal, belum bisa dipastikan bagaimana protokol kesehatannya," kata pendiri JakCloth Ucok Nasution dalam diskusi virtual Semangat Baru yang digelar Tokopedia, Senin, 17 Agustus 2020.

Di sisi lain, tuntutan ekonomi di masa pandemi tak bisa ditahan. Maka, bisnis yang biasanya berjalan offline harus beralih ke format online. Menurut Ucok, hal itu tak mudah karena mereka belum berpengalaman.

"Biasanya jualan di Jakcloth off air. Gelar tur, setelah tur dapat hasil. Sekarang kan tidak bisa. Posisinya saat ini belum shifting (ke online) 100 persen. Belum bisa," katanya.

Hingga saat ini, JakCloth mengagendakan untuk menggelar empat seri bazar online berkolaborasi dengan Tokopedia, dua di antaranya sudah berlangsung. Tahun depan, pihaknya berencana menambah seri bazar online hingga sepuluh kali.

"Sambil tunggu dan berharap semua normal lagi," sambungnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Repot di Awal

Suka duka jualan online pun dirasakan. Terbiasa tak dibombardir pertanyaan konsumen, situasi itu justru berubah 180 derajat. Akibatnya, ia merasa lebih memakan energi untuk menjelaskan setiap artikel produk dan membalas chat.

"Kalau di off air, ada crowd, mudah jualannya. 100 ribu yang datang, ketakar kira-kira berapa konsumennya. Kalau online, pemainnya banyak sekali. Nah, gimana caranya harus menonjol," imbuh Ucok.

Berbagai upaya pun ditempuh untuk menarik perhatian calon konsumen. Memberi gimmick hingga menerapkan konsep value added tak ayal dilakoni. Selain itu, pihaknya juga memaksimalkan komunikasi di media sosial.

"Supaya mau berkunjung ke laman penjualan kita. Semakin banyak pengunjung, semakin banyak yang mau beli," sahutnya.

Strategi banting harga tidak selalu diterapkan. Ia cenderung mendorong produsen clothing line lebih kreatif menciptakan produk yang unik dan eksklusif. Riset pasar pun terus dilakukan, terutama memantau media sosial untuk memprediksi tren yang sedang digemari anak muda.

"Sama komunikasi produk itu sangat penting. Seberapa hebat produk kita, tapi kalau komunikasinya tidak tepat, tidak akan dilirik," ucap Ucok.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.