Sukses

Terpukau Deretan Patung Sarat Makna Karya Nyoman Nuarta di NuArt Sculpture Park

Nyoman Nuarta menuangkan kolaborasi apik dari kritik sosial hingga pesan yang bermakna dalam setiap karya-karyanya.

Liputan6.com, Bandung - Maestro patung Nyoman Nuarta adalah sosok di balik kelahiran mahakarya patung Garuda Wisnu Kencana yang berdiri tegak di Uluwatu, Bali. Sang seniman juga memiliki deretan karya seni lain yang tak hanya elok, tetapi sarat makna.

Nyoman Nuarta memamerkan patung-patung karyanya di NuArt Sculpture Park di sebuah kawasan seluas sekiranya 4 hektare di Bandung Barat, Jawa Barat. Jajaran patung karya seniman asal Bali ini pun menyisipkan pesan nan filosofis.

"Ide itu datang kalau kita aware terhadap apapun, misalnya politik, lingkungan, apa saja, termasuk badan, itu penting juga. Kalau tidak aware, kita miskin ide," kata Nyoman Nuarta kepada Lifestyle Liputan6.com di NuArt Sculpture Park, Bandung, Jawa Barat, Selasa, 28 Januari 2020.

Nyoman melanjutkan, ada macam-macam isu terkait korupsi hingga kecurangan yang terjadi, lalu ia limpahkan kegelisahan soal masalah tersebut di dalam karya.

"Karena kita cuma mampunya di situ, melalui karya kita berbicara," lanjut Nyoman Nuarta.

Salah satu pesan yang sarat makna tertuang dalam patung bertajuk "Nightmare" yang terinspirasi dari kerusuhan pada 13 Mei 1998 silam di Jakarta, di mana terjadi gejolak mahasiswa yang menuntut Soeharto yang kala itu menjabat sebagai presiden untuk mundur.

Tragedi kelam itu juga disertai dengan penembakan para mahasiswa Trisakti serta ada begitu banyak kantor dan toko yang dijarah dan dibakar. Patung perempuan ini menggambarkan salah seorang korban yang tidak sedikit diperkosa dan dibunuh.

"Pesannya setiap kerusuhan, perempuan menjadi korban dan harus sadar kita terlahir dari rahim perempuan, makna moral untuk menghargai perempuan," kata Agus Sudrajat, General Manager NuArt Sculpture Park saat berkeliling galeri.

Patung "Nightmare" sendiri terbuat dari besi yang menampilkan perempuan yang tidur. "Karat dibiarkan sebagai bagian dari sejarah kotor bangsa ini dan tidak diproses dihijaukan seperti karya lain," lanjutnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Oplosan

Berlanjut ke patung karya Nyoman Nuarta lainnya yang bertajuk "Oplosan". Patung yang terbuat dari polyester resin ini menangkap fenomena banyak generasi muda yang mati sia-sia karena minum alkohol.

Patung "Oplosan" dibuat bertingkat yang menampilkan ada sosok yang sedang minum, terduduk, hingga tak sadarkan diri. Ada pula gambaran botol-botol di dekat dengan patung.

Tak jauh dari karya tersebut, terdapat karya yang diletakkan di lantai bertajuk "Shark Fin Soup". Karya yang terbuat dari tembaga ini mengangkat isu lingkungan, di mana hiu diburu untuk diambil siripnya yang dipercaya dapat sebagai obat. Ketersediaan sirip ikan hiu kini pun telah mulai langka.

Ada pula patung bertajuk "Armageddon" yang terbuat dari tembaga. Jika ditilik lebih dalam, terdapat hijau-hijau di beberapa sisi yang terjadi karena ada proses oksidasi yang kena udara panas.

Patung ini memiliki tajuk yang serupa dengan film yang dibintangi Bruce Willis itu yang memiliki pesan, di mana suatu saat ada hari kehancuran, namun manusia tak akan pernah tahu kapan tanggal, hari, dan tahun pastinya.

Saat momen itu tiba, tak ada satu orang pun yang dapat selamat. Yang bisa selamat mereka yang semasa hidup senantiasa berbuat baik.

3 dari 3 halaman

Jelata

Pesan lain yang disampaikan Nyoman Nuarta adalah lewat patung bertajuk "Jelata". Karyanya ini menggambarkan kesenjangan sosial antara si kaya dan miskin. Jelata disimbolkan dengan miskin, digambarkan dengan air kotor di mana terlindas ban mobil.

Mobil yang kala itu disimbolkan sebagai kemakmuran tampak seperti melindas. Hal ini membuat selamanya orang-orang susah atau miskin tertindas dengan mereka orang yang punya. Pesannya adalah harus bekerja keras.

Ada pula patung bertajuk "First Fight" yang menampilkan seekor anjing yang tampak seperti berdiri di atas karpet dan melihat bayangannya sendiri. Namun si anjing yang tidak suka dengan bayangannya, merobek seperti karpet yang terkoyak.

Pesan dari patung ini adalah musuh yang paling besar bukan orang lain tapi diri sendiri, tetapi akan sukses jika mampu mengalahkan hawa nafsu sendiri.

Berlanjut pada patung bertajuk "Leleson" yang menampikan ada figur yang tengah tertidur. Namun bayangkan tidur dengan posisi demikian tentu tidak nyaman.

Pesan dari patung ini, masih ada sebagian orang yang dapat tidur secara fisik dan raga, namun jiwa tidak dapat tidur karena memiliki banyak permasalahan dan gejolak.

Terdapat juga patung bertajuk "Woman" yang terbuat dari polyester resin. Nyoman Nuarta memang tak jarang membuat patung perempuan, bukan bermaksud melecehkan, tetapi ingin menyampaikan ekspresi ciptaan Tuhan yang mendekati sempurna.

Pesan dari patung ini adalah tidak menilai seseorang dari visual, karena banyak orang jahat berpenampilan baik. Sementara, Nyoman Nuarta memadukan kritik sosial, isu yang terjadi di masyarakat, hingga alam yang dituangkan dalam karya-karyanya.

"Untuk apa kalau hidup kaya kalau kering kerontang, kekayaan saya pohon-pohon ini, saya bangga dengan pohon karena memberikan kesegaran yang datang dapat merasakan. Kita hidup tidak bisa melupakan alam." jelasnya.

Untuk menikmati deretan karya luar biasa lainnya dari Nyoman Nuarta, Anda dapat mengunjungi NuArt Sculpture Park yang berada di Jalan Setra Duta Raya L-6, Sarijadi, Bandung, Jawa Barat. Kawasan ini dibangun dengan tiga unsur utama yaitu seni, budaya, dan alam.

Tiket masuk seharga Rp50 ribu, gratis untuk anak di bawah 2 tahun, dan potongan 50 persen bagi anak-anak di atas 2 tahun, pelajar, mahasiswa, dan lansia di atas 60 tahun.

Dapat pula reservasi paket Tour de Venue dengan paket minimum 25 orang yang mendapat penjelasan lengkap soal seluruh kawasan dan karya Nyoman Nuarta, menonton tayangan film dokumenter GWK, dan menikmati beragam pilihan aktivitas dan paket hidangan.

Namun jangan khawatir, pemutaran film dokumenter juga dilakukan secara rutin setiap hari pukul 14.00.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.