Sukses

Produk Face Recognition Indonesia Mampu Bersaing di Dunia Internasional

Nodeflux bersaing dengan lebih dari 90 perusahaan teknologi AI terkemuka di dunia, termasuk dari negara Cina dan Rusia di kategori yang sama.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai perusahaan Vision AI pertama di Indonesia, Nodeflux berhasil meraih peringkat ke-25 untuk penilaian algoritma pemrograman dari Face Recognition Vendor Test (FRVT) di bulan September 2019 dari National Institute of Standards and Technology (NIST).

Nodeflux bersaing dengan lebih dari 90 perusahaan teknologi AI terkemuka di dunia, termasuk dari negara Cina dan Rusia, di kategori yang sama.  Berdiri sejak 1901, NIST merupakan lembaga standarisasi dan salah satu laboratorium bidang sains dan teknik tertua di Amerika Serikat (AS) yang berada di bawah kendali Departemen Perdagangan pemerintah AS.

Tujuannya adalah untuk menciptakan kompetisi unggul dalam perkembangan teknologi di seluruh dunia. Salah satu program uji berkelanjutan yang diinisiasi bernama Face Recognition Vendor Test (FRVT) yang menjadi tolak ukur kecanggihan teknologi pengenalan wajah berdasarkan pemrograman algoritma yang dimiliki sebuah perusahaan teknologi AI, serta dampak teknologi yang diberikan kepada khalayak.

"Benchmark NIST sangat membantu para vendor yang memanfaatkan teknologi face recognition untuk mendapatkan penilaian dari kualitas teknologi yang dimiliki. Dengan peringkat ke-25 yang diraih Nodeflux untuk kategori Wild 1E - 4 dataset diantara vendor dari seluruh dunia, kami sangat bangga terhadap prestasi ini untuk membawa pengembangan teknologi asli Indonesia ke dalam kompetisi global," terang Meidy Fitranto, Co-Founder dan CEO Nodeflux.

FRVT mempunyai tiga kategori penilaian, yakni Visa, Mugshot, dan Wild Dataset dengan mengevaluasi kinerja identifikasi melalui berbagai skenario, etnik, gender, dan umur. Pengujian dataset ini akan berguna untuk skenario di lapangan. Contohnya, pengawasan di perbatasan wilayah, akses ID, dan keamanan perkotaan.

Kategori Wild 1E - 4 dataset dirancang untuk menilai efektivitas teknologi dari memindai wajah yang berguna untuk sektor retail dan ekosistem smart city, termasuk dalam skenario pengawasan dan keamanan di keramaian. Teknologi ini dapat menjadi upaya mitigasi baik dari sektoral maupun pemerintah untuk dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat, termasuk individual.

Metode face recognition (pengenalan wajah) dilakukan dengan konsep pembanding antara wajah input dengan wajah referensi yang terbagi menjadi dua jenis, yakni 1:1 (one to one), perbandingan 1 image input dengan 1 image reference dan 1:N (one to many), perbandingan 1 image input dengan beragam image dari tiap sisi.

"Untuk menempati posisi kategori Wild 1E - 4 dataset ini untuk jenis 1:1, tim engineering kami berusaha melewati proses penilaian program uji FRTV. Berkompetisi dengan perusahaan raksasa AI di China dan AS, misalnya, memang jadi tantangan. Kami terus melakukan uji coba berkelanjutan untuk mendapatkan performa akurasi terbaik, hingga menempati posisi ini. Kedepannya, tentu akan ada peningkatan berkelanjutan untuk teknologi yang dirancang," terang Faris Rahman, Co-Founder dan CTO Nodeflux.

Bentuk implementasi dari teknologi face recognition Nodeflux dapat digunakan sebagai solusi keamanan dan keselamatan publik (public safety) melalui pengawasan secara real-time.

Misalnya, melalui CCTV, sistem absensi, dan dapat juga dioptimalkan untuk mendukung smart building melalui sistem manajemen visitor berbasis AI saat proses registrasi masuk ke dalam gedung.

Pencapaian Nodeflux untuk mendapat pengakuan dari instansi teknologi skala global menjadi sebuah manifestasi bagi misi perusahaan untuk terus meningkatkan tingkat kepercayaan diri Indonesia dan kemandirian bangsa dalam meningkatkan teknologi mutakhir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.