Sukses

Misteri 2 Ton Durian dalam Kecelakaan Pesawat Mandala Airlines di Medan

Kecelakaan pesawat Mandala Airlines di Medan pada 2005 lalu menewaskan Gubernur Sumatera Utara saat itu, Tengku Rizal Nurdin. Pesawat diketahui mengangkut dua ton durian.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi protes dilancarkan para penumpang maskapai penerbangan Sriwijaya Air rute Bengkulu-Jakarta pada Selasa (6/11/2018) karena bau menyengat durian dalam pesawat. Penumpang menolak terbang sebelum durian dengan total berat sekitar 2 ton diturunkan dari pesawat.

Jika menilik aturan keselamatan penerbangan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Penumpang diperkenanankan membawa barang tidak masuk dalam kategori berbahaya ke dalam pesawat.

Sementara, barang-barang dengan bau menyengat tidak diperbolehkan dibawa seperti durian. Adapun alasan pelarangan tersebut adalah akan mengganggu kenyamanan penumpang pesawat.

Masalah durian dalam dunia penerbangan juga pernah disinggung dalam kecelakaan pesawat Mandala Airlines dengan nomor penerbangan RI 091 yang jatuh sesaat setelah lepas landas pada Senin, 5 September 2005, pukul 09.40 WIB, dari Bandara Polonia Medan.

Dilansir dari laman dw.com, pesawat tujuan Jakarta tersebut jatuh persis di tengah Jalan Jamin Ginting, kawasan permukiman Padang Bulan. Pesawat Boeing 737-200 tersebut mengangkut 117 orang yang terdiri atas 112 penumpang dan lima awak. Kecelakaan ini merenggut korban sebanyak 95 penumpang, lima awak pesawat, dan 49 orang di darat. Sedangkan, 17 penumpang dilaporkan selamat.

Salah satu korban tewas dalam kecelakaan pesawat Mandala Airlines maut itu adalah Gubernur Sumatera Utara (Sumut) kala itu, Tengku Rizal Nurdin. Jenazah almarhum teridentifikasi dari gigi dan bekas operasi. Rizal Nurdin rencananya akan mengikuti pertemuan rutin para gubernur dengan Presiden Bambang Yudhoyono pada hari itu juga.

Tengku Burhanuddin, kakak kandung Gubernur Sumatera Utara Rizal Nurdin, mengaku tak memiliki firasat apa pun. Almarhum sempat menghubunginya ketika ia berada di San Fransisco untuk mengabarkan meninggalnya seorang kerabat mereka. Almarhum Rizal Nurdin dimakamkan di kompleks pemakaman Mesjid Raya Medan.

Selain Gubernur Sumatera Utara Tengku Rizal Nurdin, dua anggota Dewan Perwakilan Daerah DPD, Sumatera Utara, mantan Gubernur Raja Inal Siregar, dan Abdul Halim Harahap termasuk dalam daftar penumpang yang tewas.

Proses evakuasi segera dilakukan, melibatkan unsur militer, polisi dan pemerintah daerah. Namun, proses evakuasi berjalan lambat karena terhambat warga kota yang berduyun-duyun mendatangi lokasi untuk menyaksikan kecelakaan pesawat Mandala Airlines tersebut.

Aparat keamanan sudah memasang garis polisi untuk mencegah warga mendekati lokasi kecelakaan. Namun, jumlah aparat keamanan tidak sebanding dengan warga yang terus berdatangan.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dugaan Durian Jadi Penyebab Kecelakaan

Proses evakuasi juga sempat terhalang hujan deras. Namun, hujan ikut memadamkan api dan membersihkan bekas-bekas darah korban di badan jalan. Sebagian besar korban tewas dibawa ke RS Adam Malik yang letaknya paling dekat dengan lokasi kecelakaan.

Namun, kondisi jenazah yang rata-rata hangus terpanggang, menyulitkan proses identifikasi. Pihak RS Adam Malik lalu membuka posko bagi keluarga korban untuk ikut membantu proses identifikasi, antara lain dengan mengenali perhiasan atau sisa-sisa pakaian korban.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi saat itu mengirim tim investigasi berjumlah tujuh orang untuk menyelidiki penyebab kegagalan take off pesawat Boeing 737-200. Menurut catatan Mandala Airlines, pesawat buatan 1981 itu masih laik terbang sampai jangka waktu delapan tahun ke depan dari waktu kecelakaan terjadi.

Beberapa hari setelah tragedi tersebut, ada laporan yang menyampaikan pesawat membawa kargo yang memuat durian berbobot sekitar 2 ton. Berat ini hampir melewati batas maksimum yang mampu diangkut pesawat.

Setahun kemudian, pada 12 Oktober 2006, KNKT merilis pesawat Mandala Airline jatuh karena tidak berfungsinya alat bantu gaya angkat pesawat (flap dan slat). Kemungkinan lainnya adalah prosedur pengecekan tak sesuai dengan persyaratan. Itu membuat kondisi alat bantu gaya angkat (flap) yang belum berfungsi tidak teridentifikasi.

Semestinya, pilot mengaktifkan suara peringatan lepas landas (take off warning horn). Apabila alat peringatan lepas landas berbunyi, kata dia, sesuai dengan standar operasi, pilot harus membatalkan lepas landas. Namun, faktanya, pesawat Mandala itu tetap lepas landas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.