Sukses

Asyiknya Belajar Mencicip Kopi di Fakultas Kopi

Pakar Kopi sekaligus roaster dan barista senior dari Javabika, Fitra menyampaikan banyak hal penting mengenai proses coffee cupping atau coffee tasting.

Liputan6.com, Jakarta Ada yang lain pada perayaan Hari Kopi Sedunia, Senin, 1 Oktober, malam di Kedai Kopi Fakultas Kopi, Setiabudi, Jakarta Selatan. Kedai yang dikelola oleh pria asli Aceh, Agam, dengan komunitas penggemar kopi mengadakan sebuah kontes brewing atau menyeduh kopi antarjurnalis. "Para peserta bukan barista profesional. Mereka hanya penggemar kopi yang hobi minum kopi di kantornya masing-masing,"ujar Agam.

Tidak banyak yang ikut, hanya lima wartawan dari lima media. "Yang lain tidak ada yang berani, padahal kita sekadar senang-senang saja,"ujar Agam. Meski hanya lima orang, suasana lomba terasa meriah. Puluhan wartawan yang tidak ikut lomba dan para penikmat kopi membuat malam itu berlalu mengasyikkan. Apalagi sebelum acara kontes, pakar kopi sekaligus roaster dan barista senior dari Javabika, Fitra, menyampaikan banyak hal penting mengenai proses coffee cupping atau coffee tasting.

Coffee cupping, kata Fitra, merupakan proses merasai dan mencicipi kopi yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum kopi disajikan. "Bagian pertama dari proses pencicipan (cupping) ini ada dalam lidah. Di sini kita merasa karakteristik-karakteristik dasar kopi, seperti acidity (karakter asam), sweetness (karakter manis), bitterness (karakter pahit), saltiness (karakter asin bila ada), dan savroies atau rasa inti kopi," ujar Fitra.

Proses cupping ini, menurut Fitra yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia kopi, merupakan upaya untuk menetapkan konsistensi karakteristik kopi sebelum dicatat secara resmi. Ambil contoh, misalnya, kopi Gayo yang sudah ditemukan delighful bitter dengan aroma kuat dan acidity rendah. Jika, suatu kali kopi Gayo diseduh dan ciri-ciri tersebut tidak ditemukan, bisa jadi ada yang salah dengan cara penyeduhan atau roasting profile-nya alias proses pemanggangannya.

Cupping juga dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan cacat. Kopi akan dicicipi oleh roaster atau pemanggang (sebagai bagian dari proses pembelian) atau oleh juri khusus yang menguji kopi. Setelahnya, kopi kembali dicicip oleh roaster sebagai bagian dari kontrol kualitas untuk memastikan proses roasting dilakukan dengan benar.

Setelahnya dicicip kembali oleh pemilik café untuk menyeleksi seberapa banyak stok yang akan mereka simpan berdasarkan karakter dan profil rasa yang sekiranya mereka sukai karena proses cupping tadi. Akhirnya, perjalanan kopi itu sampai kepada konsumen untuk dicicipi dan dinikmati.

Paling bagus coffee cupping dilakukan para professional yang telah terlatih, tapi praktik ini tidak menutup kemungkinan dilakukan olh para amatiran atau siapa pun, termasuk Anda, jelas Fitra.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.