Sukses

Masyarakat yang Kelola Destinasi Wisata Perlu Pendampingan

Pengamat pariwisata UGM, Tular Sudarmadi, mengatakan komunitas yang mengelola destinasi wisata perlu pendampingan.

Liputan6.com, Jakarta Destinasi wisata baru yang dikelola komunitas di Yogyakarta, dan di Indonesia umumnya mulai banyak bermunculan. Sebut saja seperti wisata tebing Watulawang, wisata Kalibiru, hingga wisata Mangrove di Pantai Pasir Kadilangu Kulonprogo. Pengelolaan yang mandiri oleh masyarakat ini berdampak langsung bagi perekonomian masyarakat. 

Namun, kondisi destinasi wisata komunitas ini menurut pengamat pariwisata UGM, Tular Sudarmadi, perlu pendampingan dan pemberdayaan dari perguruan tinggi. Pendampingan ini agar destinasi wisata dapat dikelola secara berkelanjutan. Menurutnya, dampak ekonomi yang ditimbulkan dapat dirasakan warga sekitar karena tidak melibatkan investor dari luar.

"Justru yang menikmati hasilnya adalah masyarakat itu langsung," kata Tular di sela-sela kegiatan pembentukan Konsorsium Program Studi Akademik Pariwisata Se-Indonesia (KPSPI) di gedung University Club UGM, Jumat (15/9/2017).

Kepala Prodi Pariwisata FIB UGM ini mengatakan, adanya wisata baru yang dikembangkan oleh komunitas menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar potensi pariwisata, terutama yang bisa dikembangkan dan dikelola sendiri. Bahkan keberadaaan media sosial dan adanya tarif penerbangan murah menyebabkan kunjungan wisata juga makin meningkat. Oleh karena itu, pendampingan dan pemberdayaan dari para pemerintah atau pegiat pariwisata dan perguruan tinggi diperlukan.

"Perlu ada pendampingan, sekaligus muncul kajian dalam memahami pariwisata dari bottom up," katanya.

Lebih jauh, dirinya juga menjelaskan, beberapa perguruan tinggi yang memiliki prodi pariwisata, seperti UGM, UPI, Universitas Pancasila, Universitas Brawijaya, dan Universitas Udayana sepakat membentuk konsorsium prodi pariwisata dalam rangka menyiapkan lulusan prodi pariwisata yang berkualitas dan berdaya saing. Konsorsium prodi pariwisata ini, kata Tular, diharapkan bisa menyelaraskan pengembangan kurikulum pendidikan dan pengajaran studi pariwisata, serta mendorong semakin banyaknya penelitian kepariwisataan di Indonesia.

"Berkembangnya industri pariwisata di Indonesia diharapkan bisa memberi kontribusi besar dalam pemasukan devisa negara, sudah sewajarnya dibentuk konsorsium prodi pariwisata," katanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.