Sukses

Saatnya Daur Ulang Sampah Kemasan Sachet dengan Cara Berbeda

Kini sampah kemasan sachet sudah bisa kembali menjadi bahan baku plastik berkat daur ulang teknologi terbaru.

Liputan6.com, Jakarta Jumlah sampah kemasan sachet mengalami peningkatan setiap tahunnya, terutama di negara berkembang yang tidak memiliki teknologi daur ulang yang benar. Akhirnya banyak sampah yang berakhir di tempat pembuangan sampah, tanpa dimanfaatkan secara maksimal. Namun, semua ini diharapkan berakhir dengan terobosan baru dalam teknologi daur ulang sampah.

Unilever telah mengumumkan terobosan terbaru dalam teknologi daur ulang plastik yang dinamakan CreaSolv Process. Teknologi ini mampu mendaur ulang plastik fleksibel atau kemasan sachet, yang dikembangkan bersama Fraunhofer Institute di Jerman. Inovasi ini sendiri terinspirasi oleh daur ulang perangkat televisi, dan diterapkan pada miliaran kemasan sachet sekali pakai nantinya.

”Secara global, sebanyak 80 hingga 120 miliar dolar hilang dari ekonomi karena gagal mendaur ulang plastik dengan benar setiap tahunnya. Kami menargetkan seluruh kemasan plastik kami akan dapat didaur ulang, digunakan kembali, atau diurai di 2025. Pengembangan CeraSolv Process merupakan langkah nyata untuk mencapai target tersebut,” ungkap David Blanchard, Chief R&D Officer Unilever.

CreaSolv Process memungkinkan sampah kemasan sachet dapat di daur ulang, karena lebih dari 60% kemasan tersebut terbuat dari polietilena. Hasil akhir dari proses ini sendiri adalah biji polietina film yang sepenuhnya dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan. Sistem ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai produk plastik dari limbah plastik yang sudah didaur ulang.

“Dengan pendekatan ini, jejak lingkungan dapat ditekan dan akan tercipta nilai ekonomi yang berpotensi menghasilkan peluang pendapatan tambahan bagi masyarakat, industri daur ulang, dan pemangku kepentingan,” ungkap Sancoyo Antarikso, Governance and Corportate Affairs Director Unilever Indonesia.

Kini, pabrik percontohan CreaSolv Process sendiri sudah didirikan di Jawa Timur dan diharapkan dapat menyerap 3 ton sampah kemasan setiap harinya. Teknologi ini juga berpotensi mengurangi dampak CO2 sebesar 7800 ton per tahun. Salah satu tantangan yang terbesar aadalah sulitnya mengumpulkan sampah kemasan sachet, sehingga diperlukan kerjasama masyarakat dalam mengumpulkan sampah.

Nantinya akan ada kerjasama dengan ribuan pemulung dan masyarakat, kerjasama dengan bank sampah, pemerintah, serta pengecer lokal. Mekanisme ini akan diintegrasikan dalam sebuah model yang dapat meningkatkan pendapatan industri daur ulang sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih luas. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.