Sukses

Belajar Melestarikan Penyu di Pulau Sangalaki

Tak hanya menawarkan pemandangan alam yang indah, Pulau Sangalaki juga menjadi salah satu basis konservasi penyu di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tak kenal dengan Berau? Kawasan yang telah lama menjadi surga bagi para penggila olahraga menyelam ini, selalu menawarkan sejuta eksotika keindahan alamnya bagi siapa pun yang berkunjung. Di kelilingi banyak pulau kecil yang menawan, Berau dinobatkan menjadi destinasi wisata bahari unggulan yang ada di Kalimantan Timur, dan salah satu pulau kecil menawan tersebut adalah Pulau Sangalaki.

Untuk sampai ke Pulau Sangalaki dari dermaga Pulau Maratua dibutuhkan perjalanan menyusuri laut selama 2 jam menggunakan perahu boat. Memiliki luas sekitar 280 hektar, Pulau Sangalaki tak hanya menjadi surga bagi para penyelam, namun juga menjadi salah satu tempat konservasi penyu di Indonesia.

Pulau Sangalaki menjadi salah satu lokasi konservasi penyu di Kalimantan.

Saat tim Liputan6.com berkunjung, yang ditulis pada Sabtu (26/9/2015), I Ketut Sukana, salah seorang petugas Pengendali Ekosistem Hutan Kawasan Konservasi Penyu Sanglaki menjelaskan, kawasan konservasi penyu di Sangalaki sudah ada sejak tahun 2002, atas dukungan dari Pemerintah kabupaten Berau. Sepanjang perjalanannya, kawasan konservasi ini berkembang menjadi salah satu destinasi wisata bahari di Kabupaten Berau, yang dilengkapi segudang fasilitas, termasuk resort pinggir pantai yang mewah.

Pulau Sangalaki menjadi salah satu lokasi konservasi penyu di Kalimantan.

Lebih jauh Sukana menjelaskan, “Di Pulau sangalaki terdapat 2 spesies penyu, yaitu penyu hijau (Green Sea Turtle) dan penyu sisik (Hawksbill Sea Turtle), selain dari warnanya, kedua penyu tersebut bisa dibedakan dari moncongnya. Penyu sisik mempunyai moncong yang lebih tajam, makanya dinamakan hawksbill.”

Data yang dibeberkan Sukana menunjukkan, di kawasan konservasi penyu Sangalaki, satu induk penyu bisa melahirkan sekitar 100 telur. Namun dari 1.000 tukik yang berhasil dilahirkan, hanya ada satu yang bisa bertahan hingga menjadi dewasa, dan dipersiapkan menjadi induk yang bisa menetaskan telur.

Di bawah pengelolaan Kementarian Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Pulau Sangalaki terus berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan penyu, mengingat hewan laut yang unik ini kerap diburu sehingga jumlahnya terus berkurang tiap tahun. “Masyarakat perlu diedukasi, agar penyu tidak terus-terusan diburu. Siapa pun yang suka makan sate penyu, mereka harus tahu kalau jumlah penyu makin berkurang dari tahun ke tahun,” ungkap Sukana menambahkan. (Ibo/Igw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini