Sukses

Hati-Hati Dampak Memilih Pemimpin Berdasarkan Kepentingan Pribadi

Hati-hati memilih pemimpin! Buya Yahya, jika terbukti culas dan korup, anda akan menanggung dosanya.

Liputan6.com, Jakarta - Jelang Pilkada Serentak 2024, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya menekankan pentingnya memilih pemimpin dengan pertimbangan yang bijaksana.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa memilih calon pemimpin hanya berdasarkan kepentingan pribadi atau imbalan materi dapat menimbulkan dosa jika pemimpin tersebut ternyata culas dan korup.

Buya memberikan penjelasan mengenai dampak memilih pemimpin berdasarkan kepentingan pribadi atau imbalan materi.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menekankan pentingnya memilih pemimpin dengan pertimbangan yang benar dan tidak hanya berdasarkan keuntungan pribadi.

Menurut Buya Yahya, memilih seorang calon pemimpin yang memiliki tanda-tanda ketidakbaikan, tetapi tetap memilihnya karena kepentingan pribadi atau imbalan materi dapat memiliki konsekuensi serius.

"Sekali Anda memilih seorang calon sementara Anda sadar secara lahir ada tanda-tanda ketidakbaikan padanya, dan Anda pun tetap memilihnya, apalagi jika pilihan Anda berangkat dari kepentingan Anda pribadi atau imbalan materi," ujarnya, seperti dikutip kanal Youtube @Buyayahyaofficisal, Sabtu (07/09).

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ingat Soal Motivasi Memilih

Buya Yahya menjelaskan bahwa tindakan memilih pemimpin dengan motivasi yang tidak murni dapat menimbulkan dampak negatif yang serius.

"Jika ternyata pemimpin itu adalah benar-benar pemimpin yang culas, korup, dan berkhianat kepada Allah SWT dan agama Allah SWT, maka Anda adalah salah satu orang yang mempunyai saham dalam dosa-dosa bersama pemimpin tersebut," katanya.

Ia menegaskan bahwa memilih pemimpin yang tidak baik berarti turut menanggung dosa dari tindakan pemimpin tersebut.

Buya menambahkan bahwa tanggung jawab dalam memilih pemimpin bukan hanya sebatas pada hasil pemilihan, tetapi juga pada proses dan motivasi di balik pilihan tersebut.

"Kita harus memastikan bahwa pilihan kita adalah untuk kebaikan dan tidak berdasarkan kepentingan pribadi semata. Ini adalah tanggung jawab moral dan agama kita sebagai umat Islam," jelas Buya Yahya.

Buya Yahya juga menekankan bahwa pemimpin yang baik haruslah memiliki integritas dan komitmen terhadap prinsip-prinsip agama.

"Pemimpin yang baik adalah yang bisa memimpin dengan adil, jujur, dan sesuai dengan ajaran Islam. Memilih pemimpin harus didasarkan pada kualitas dan prinsip, bukan hanya pada keuntungan materi atau kepentingan pribadi," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Pemimpin Buruk Berdampak Negatif

Ia kembali mengingatkan bahwa memilih pemimpin yang tidak baik dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan. "Pemimpin yang buruk akan berdampak negatif pada masyarakat dan negara. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih dengan bijaksana dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari pilihan kita," kata Buya Yahya.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya juga menyarankan agar umat Islam melakukan refleksi dan evaluasi sebelum membuat pilihan.

"Luangkan waktu untuk menilai calon pemimpin secara objektif. Jangan terpengaruh oleh janji-janji atau imbalan materi yang tidak sebanding dengan kualitas dan integritas calon pemimpin," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya doa dan konsultasi dengan orang-orang yang bijaksana dalam proses pemilihan. "Berdoalah kepada Allah SWT agar diberikan petunjuk yang benar dalam memilih pemimpin. Selain itu, konsultasikan pilihan Anda dengan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan," tambahnya.

Buya Yahya berharap agar umat Islam dapat lebih cerdas dalam memilih pemimpin dan tidak terjebak dalam kepentingan pribadi atau materi semata.

"Semoga kita semua dapat menjadi pemilih yang bijaksana dan bertanggung jawab, serta memilih pemimpin yang dapat membawa kebaikan bagi masyarakat dan negara," tutupnya.

Dengan pemahaman ini, diharapkan umat Islam dapat membuat pilihan yang lebih baik dan bertanggung jawab dalam pemilihan pemimpin, serta menghindari dampak negatif dari memilih berdasarkan kepentingan pribadi.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Â