Sukses

Alasan Kocak Gus Baha Pilih Qurban Kambing daripada Sapi Patungan: Kendaraannya Nunggu Kalian Kelamaan!

Alasan kocak kenapa Gus Baha enggan qurban patungan sapi dan memilih kambing sendirian. Dia beralasan kendaraan ke surga jadi harus menunggu lama

Liputan6.com, Jakarta - Ada satu pertanyaan yang umum seputar ibadah qurban. Lebih baik qurban patungan sapi atau kambing sendirian?

Diketahui, sapi bisa menjadi qurban untuk tujuh orang. Sementara, kambing hanya untuk satu orang.

Ada berbagai perspektif untuk menjawab persoalan ini. Bagi yang memilih sapi, tentu banyak alasannya. Misalnya, daging lebih banyak, patungan lebih ringan, atau soal kemudahan mendapat hewan kurban.

Begitu pula bagi yang memilih kambing, pasti juga memiliki alasan tersendiri. Bagi orang desa, misalnya, karena mereka memang memelihara kambing, kambing lebih ringan belinya, dan lain sebagainya.

Terlepas dari itu, qurban, baik dengan sapi, kambing, kerbau atau hewan yang sesuai syariat sama baiknya. Qurban adalah ibadah sunnah muakad atau utama/dianjurkan.

Beda soal jika soal pilihan qurban patungan sapi atau kambing sendirian ini ditanyakan kepada KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha). Dia punya alasan tersendiri yang kedengarannya kocak.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Qurban Patungan Non-mahram Bagaimana?

Melansir ponpesdiponegoro.com, Gus Baha menyampaikan penjelasan tentang praktik qurban. Di sekitar kita, banyak terjadi kasus qurban sapi, yang diadakan secara patungan. Namun, bagaimana jika yang patungan tersebut tidak datang dari satu keluarga, dan terdiri dari orang asing?

Dalam sebuah video yang diunggah oleh channel Santri Gayeng, Gus Baha mengilustrasikan kasus tersebut. Sebut saja Rukhin (nama santri yang merupakan santri kinasih beliau) mempunyai istri, yang bekerja di sebuah lembaga.

Kemudian, istri Rukhin berqurban di lembaga tempatnya mengajar dengan patungan. Sebaliknya, Rukhin juga patungan berqurban dengan kolega-kolega kerjanya di kantornya sendiri, yang notabene bukan mahramnya.

Dalam kasus ini, dikhawatirkan pasangan ini qurbannya bercampur dengan kolega-koleganya yang notabene dihukumi non-mahram dalam Islam.

Dalam contoh kasus tersebut, saya simpulkan bahwa terdapat risiko jika pasangan (dalam kendaraannya ke surga) bisa terpisah dari keluarganya.

“Ayo yang patungan, apa siap pasangannya dibawa sama orang?” Kata Gus Baha disambut gelak tawa santri pengajian.

 

3 dari 4 halaman

Hikmah Qurban

Dalam berqurban memang terdapat hikmah bahwa hewan yang diqurbankan nantinya akan menjadi kendaraan yang mengangkut ahli qurban ke surga. Maka dari itu, akan lebih baik jika para ahli qurban yang patungan berasal dari satu keluarga.

Dari sini terdapat hikmah supaya ketika nanti di akhirat bisa sama-sama berkendara hewan qurban tersebut, dan tidak mengangkut orang lain yang asing dari keluarga.

Adapun menurut Imam Malik dalam kitab beliau Mizan Kubra, sebagian ulama mensyaratkan bahwa tujuh orang yang patungan Qurban sapi, sebisa mungkin dari satu keluarga atau ahlul bait. Tujuannya supaya bisa serentak untuk membawa satu keluarga menuju surga.

Akan tetapi, jika memang tidak terhindarkan toh tidak menjadi persoalan, karena ganjaran masuk surga merupakan kuasa dan hanya bisa diatur oleh Allah SWT semata.

Oleh karena itu, Gus Baha sendiri mengaku bahwa lebih suka berqurban sendiri dengan kambing, alih-alih patungan bersama orang-orang yang tak dikenal dengan sapi.

 

4 dari 4 halaman

Kenapa Gus Baha Pilih Kambing?

Begitu menjelaskan kenapa beliau lebih suka qurban sendiri, beliau menjelaskan bahwa daripada sapi satu patungan banyak orang, lebih baik qurban kambing satu ekor.

Bukan Gus Baha namanya jika tidak menjelaskan sebuah duduk perkara dengan ceria. Beliau kembali menggambarkan sebuah ilustrasi:

“Gus Baha, nggak ikut patungan qurban sapi?”

“Enggak!”

“Lho, kenapa?”

“Nanti naik kendaraannya nunggu kalian kelamaan! Kalau jadwal ke surga saya Januari, kalian Desember, masak harus nunggu kalian dulu?” Begitu keterangan Gus Baha, kembali disambut dengan gelak tawa santrinya.

Meski demikian, Gus Baha tetap memberi catatan: Kalau mau beramal beramallah yang bagus, jangan dipikirkan terlalu mendalam. Karena dalam beramal apapun, yang lebih penting ada pada unsur keikhlasannya. Nanti Allah SWT yang akan menilai dan mengatur balasannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.