Sukses

Perilaku Habib atau Keturunan Nabi Melanggar Agama, Ini Pesan Buya Yahya

Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menanggapi soal ada habib atau keturunan Rasulullah SAW yang melanggar agama. Tanggapan itu disampaikan Buya Yahya saat menjawab pertanyaan dari salah satu jemaah Al Bahjah.

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menanggapi soal ada habib atau keturunan Rasulullah SAW yang melanggar agama. Tanggapan itu disampaikan Buya Yahya saat menjawab pertanyaan dari salah satu jemaah Al Bahjah.

“Bagaimana sikap kita jika seandainya ada perilaku seorang habib yang tidak disukai atau perilaku habib yang melanggar agama,” demikian inti pertanyaan jemaah tersebut dikutip dari tayangan YouTube Al Bahjah TV, Kamis (4//5/2023).

Buya Yahya menjelaskan, habib adalah orang yang dipilih Allah dengan nasab mulia yaitu nasab yang tersambung dengan Nabi Muhammad SAW melalui Sayyidah Fatimah Az-Zahra.

Menurut Buya Yahya, seorang muslim harus memandang dua sisi ketika ada habib yang melanggar agama, berbuat salah, atau bahkan tidak mencerminkan perilaku Rasulullah SAW. Pertama, habib seorang manusia biasa dan kedua memiliki nasab pada baginda Nabi Muhammad SAW.

“Kalau memandang mereka kita pandang dengan dua cara pandang. Sebagai manusia kita lihat mereka adalah manusia yang bisa salah. Tapi di sisi lain kita harus melihat beliau adalah dzurriyah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,” katanya. 

“Kalau mereka melakukan kesalahan jangan sampai kita merendahkan kehabaibannya. Naudzubillah,” pesan Buya Yahya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengingatkan

Tak dapat dipungkiri seorang habib pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Tugas seorang muslim ketika melihat keturunan nabi yang berbuat kesalahan adalah mengingatkannya.

“Kalau dia salah kita katakan salah sebagai manusia, tapi jangan dihubung-hubungkan dengan istilah habaib. Karena kalau kita menyebut dengan nada merendahkan kalimat habaib, kita merendahkan dengan sesuatu yang tersambung dengan Nabi SAW,” imbuh Buya Yahya. 

“Kita tegur (jika) dia salah, tapi gak usah karena habaibnya. Tuh habaib (melakukan kesalahan). Gak usah seperti itu, seperti ada kebencian di hati kita kepada ahli bait nabi. Hati-hati nabi tidak akan menengok kita,” tambah Buya Yahya. 

Buya Yahya melanjutkan, kewajiban mengingatkan pada dzurriyah nabi lebih tinggi daripada mengingatkan yang lainnya. Mengingatkan adalah bentuk dari kecintaan sebagai pengikut nabi.

“Apakah kita rela cucu nabi melakukan kesalahan seperti itu. Kalau kita rela, nabi tak akan rela kepada kita. Nabi akan marah, ‘Kamu ngambil hidayah dariku tapi cucuku salah kau biarkan’. Akan marah Rasulullah SAW kepada kita,” tutur Buya Yahya.

“Tapi jangan dicaci, direndahkan gegara kehabaibannya. Hati-hati, ini penting sekali masalah urusan habaib, dzurriyah baginda Nabi Muhammad SAW,” tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.