Sukses

Tak Keluarkan Zakat Fitrah di Bulan Ramadhan Meski Mampu, Simak Kisah Sahabat Nabi

Di Bulan Ramadhan selain puasa, umat Islam yang mampu juga diwajibkan membayar zakat fitrah.

Liputan6.com, Jakarta Di Bulan Ramadhan selain puasa, umat Islam yang mampu juga diwajibkan membayar zakat fitrah.

Zakat fitrah dapat dikeluarkan sejak hari pertama bulan Ramadhan, hingga memasuki hari raya Idul Fitri, tepatnya sebelum pelaksanaan shalat Id.  

Kewajiban zakat fitrah adalah untuk menunjukkan kepedulian dan sikap empati yang tinggi kepada orang-orang fakir miskin. Karena itu, keduanya menjadi golongan penerima zakat nomor satu dan dua yang harus lebih didahulukan daripada yang lain.

Zakat fitrah juga bisa menjadi penyebab diterimanya ibadah puasa di bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Nabi SAW, dalam salah satu haditsnya ia bersabda:  

شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ إلَى الله إلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ  

Artinya: “(Pahala puasa) pada bulan Ramadhan digantungkan antara langit dan bumi, dan tidak diangkat kepada Allah SWT, kecuali dengan (menunaikan) zakat fitrah,” (HR Ibnu Syahin) seperti mengutip NU Online, Rabu (12/4/2023).   

Karena itu, Islam mewajibkan semua pemeluknya untuk mengeluarkan zakat fitrah di bulan Ramadhan. Karena diwajibkan, maka tidak boleh tidak dan orang yang tidak mengeluarkan zakat fitrah di bulan Ramadhan padahal mampu maka orang tersebut berdosa.

Pasalnya, salah satu sikap kepedulian Islam adalah tidak membiarkan orang-orang fakir dan miskin selalu hidup kelaparan, tanpa ada tunjangan dan bantuan zakat sedikit pun.   

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kisah soal Zakat di Zaman Sahabat

Berkaitan dengan hal ini, terdapat suatu kisah yang terjadi pada zaman sahabat Abu Bakar Ra, setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Ia merupakan sahabat yang sangat lembut, pribadinya tegas kepada kebatilan, dan santun pada kebenaran. Ia merupakan representasi dari sifat Rasulullah yang sangat santun, penyayang kepada semua kalangan.

Abu Bakar tidak pernah marah, kecuali jika ajaran Islam dihina. Ia pun tidak pernah membenci orang-orang yang menyakitinya.  Namun akibatnya, banyak orang Quraisy saat itu yang justru meremehkan estafet kepemimpinannya saat itu.

Abu Bakar dinilai sebagai pemimpin yang lemah, sehingga banyak dari mereka yang melanggar dan tidak memenuhi tanggung jawabnya, khususnya zakat. Kendati demikian, Abu Bakar sebagai pemimpin tahu harus bergerak kemana dalam menghadapi mereka.  

3 dari 4 halaman

Langkah yang Dilakukan Sahabat Abu Bakar

Langkah pertama yang diambil Abu Bakar adalah menasehati dan mengajak mereka untuk kembali ke jalan yang benar sebagaimana ketika Rasulullah masih hidup.

Hanya saja, langkah ini mendapatkan balasan yang menyakitkan dari mereka, para pembangkang justru mencemooh dan mengolok-olok. Karena nasihat dan ajakan tidak mempan, akhirnya sahabat Abu Bakar memutuskan untuk mengangkat senjata guna memerangi mereka yang tidak mengeluarkan zakat. Upayanya saat itu benar-benar ia tegakkan.

Beberapa pasukan umat Islam ia kerahkan untuk menghadapi mereka, di antara pasukan itu sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. (Al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah, [Beirut, Darul Fikr: 2019], halaman 372).  

Usahanya untuk berperang memberantas kelompok pencegah zakat itu, pada akhirnya meraih kemenangan. Dari kemenangan tersebut akhirnya jaringan orang-orang murtad pun terputus, Islam kembali tersebar ke seluruh Jazirah Arab sebagaimana ketika dipimpin oleh Rasulullah, dan kabilah-kabilah pun tunduk menunaikan zakat.  

Keputusan khalifah Abu Bakar untuk memerangi orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat merupakan jalan terakhir. Sebab, saat itu mereka sudah tidak bisa dinasehati dan dibujuk kembali. Nasihat agar membayar zakat sudah tidak mereka hiraukan. (Syamsuddin Asy-Syarbini, Tafsir As-Sirajul Munir, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz I, halaman 466).  

4 dari 4 halaman

Inti Zakat Adalah Membangun Rasa Kemanusiaan

Dari kisah ini dapat dipahami perihal pentingnya menunaikan zakat, termasuk juga zakat fitrah. Sebab, zakat tidak hanya berbicara perihal kewajiban dalam Islam saja, tapi juga menyangkut hak orang lain yang harus diterima oleh mereka (penerima zakat).

Karenanya, sahabat Abu Bakar benar-benar berusaha untuk menegakkan keadilan tersebut, guna menjamin kesejahteraan orang fakir-miskin saat itu.  

“Nah, dari sinilah pentingnya zakat sebagai bentuk kepedulian sosial. Bahkan, saking pentingnya hingga menjadi rukun Islam ketiga setelah kewajiban shalat lima waktu. Secara tegas, Islam mewajibkan pemeluknya untuk mengeluarkan zakat,” kata Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, Ustadz Sunnatullah,

Selain itu, zakat juga harus tepat dalam pemberiannya, sebagaimana ditentukan ada delapan golongan yang berhak menerimanya. Selain menunaikan kewajiban, mengeluarkan zakat juga merupakan wujud kasih sayang kepada sesama.

“Memang betul, bahwa manifestasi kasih sayang tidak harus bersifat material, akan tetapi memberikan sesuatu yang lebih dibutuhkan dan bermanfaat kepada orang lain akan lebih menyentuh perasaan orang itu. Dengan demikian, rasa kemanuisaan menjadi inti dari zakat itu sendiri,” tutup Ustaz Sunnatullah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.