Sukses

Drama Ferdy Sambo dan Kisah Abu Hanifah Jadi Korban Skenario Pelecehan Seksual

Ferdy Sambo membuat skenario Brigadir J melakukan pelecehan seksual dan pengancaman terhadap Putri Candrawathi, namun terpatahkan oleh bukti-bukti yang dimiliki Polri. Abu Hanifah, imam Mazhab Hanafi pernah menjadi korban skenario keji pelecehan seksual

Liputan6.com, Jakarta Kasus pembunuhan berencana Brigadir J menjadi perhatian publik. Salah satu yang paling disorot adalah skenario pelecehan seksual yang seolah-olah menjadi latar peristiwa tragis itu.

Ferdy Sambo dibantu oleh empat orang lainnya, termasuk istrinya Putri Candrawathi membuat sebuah skenario pelecehan seksual. Belakangan, skenario itu dimentahkan oleh Polri.

Namun, hingga kini titik terang pemicu pembunuhan berencana terhadap Brigadir J belum juga diperoleh publik. Akibatnya, muncul spekulasi-spekulasi penyebab Ferdy Sambo gelap mata dan tega menghabisi pengawalnya sendiri.

Kasus ini terus bergulir dan dikawal oleh berbagai lembaga. Masyarakat juga selalu memantau perkembangan ini bak drama seri.

Terlepas dari itu, skenario keji menjatuhkan orang dengan tuduhan pelecehan seksual dalam kazanah Islam juga pernah terjadi. Nabi Yusuf AS, misalnya, dituduh Zulaikha hendak memperkosa.

Kemudian, Abu Hanifah, imam mazhab Hanafi, juga pernah menjadi korban skenario jahat pelecehan seksual yang didalangi oleh sekelompok orang hasud, alias orang yang hatinya dipenuhi dengan rasa iri dan dengki.

Alkisah, sekelompok orang hasud iri dan dengki kepada Abu Hanifah. Mereka lantas membayar wanita untuk menjebak Abu Hanifah seolah-olah melakukan pelecehan seksual.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dijebak Perempuan Bayaran

Mengutip NU Online, peristiwa penjebakan itu terjadi pada dini hari menjelang waktu sahur. Wanita bayaran itu menghadap Abu Hanifah yang biasa berangkat sebelum subuh untuk berjamaah di masjid.

"Saat ini suamiku ingin mewasiatkan harta sementara ia sedang sakit. Aku khawatir ia mati sebelum sempat melangsungkan wasiatnya," bujuk wanita bayaran agar saat itu juga Abu Hanifah mau datang ke rumahnya sebelum sampai ke masjid.

Setelah keduanya masuk rumah, tiba-tiba ia mengunci pintu rapat-rapat dan berteriak-teriak bahwa Abu Hanifah akan berbuat tak senonoh kepadanya. Di lain sisi, orang-orang hasud yang membayarnya, yang sejak tadi sudah siap-siap menggerebek, segera merangsek masuk rumah dan langsung menangkap mereka.

Lalu Abu Hanifah dan wanita bayaran itu pun digelandang ke pihak berwajib saat itu juga. Mengingat masih gelap gulita, pihak berwajib memerintahkan kepada para pegawai agar memenjarakan mereka berdua hingga pagi hari nanti untuk diputuskan hukumannya.

Seolah tidak ada apa-apa, di dalam penjara Abu Hanifah tetap menerus rutinitasnya. Tetap khusyuk shalat subuh dan ibadah lainnya. Melihat sosok Imam Abu Hanifah yang bergeming dijebak dalam skenario pelecehan seksual yang sangat keji. Jauh di dalam lubuk hati wanita bayaran itu muncul penyesalan luar biasa.

Tak tahan membendung penyesalan di hati, wanita bayaran itu berterus terang. Lalu bagaimana respons Abu Hanifah mendengar penyesalan itu? Penuh ketenangan dan kebijakan Abu Hanifah segera berkata: "Bilang kepada para penjaga penjara: 'Aku punya keperluan sebentar, mohon diizinkan untuk keluar dan nanti akan balik lagi ke sini.' Bila sudah berhasil keluar, datanglah kepada Ummu Hammad--istri Abu Hanifah maksudnya--. Ceritakan peristiwa ini sebenarnya kepadanya, dan suruh ia datang ke sini menggantikan posisimu. Setelah itu silakan kamu mau pergi ke mana saja sesuai urusanmu," ucap Abu Hanifah.

 

3 dari 3 halaman

Siasat Abu Hanifah Lolos Fitnah Pelecehan Seksual

Singkat cerita, setelah wanita itu melakukan arahan Abu Hanifah, kemudian Ummu Hammad, istrinya, datang ke penjara dengan pakaian bertutup muka sama persis wanita tadi. Kedatangannya kebetulan bersama dengan pihak berwajib yang akan memutuskan hukum.

"Abu Hanifah, apakah halal hukumnya bagimu berduaan dengan perempuan lain yang bukan mahram?" selidik pihak berwajib kepadanya.

"Datangkan ayah perempuan (bertutup muka) ini," Abu Hanifah mencoba berdiplomasi menghadapi pihak berwajib yang hendak menghukumnya. Setelah ayah perempuan yang tidak lain adalah mertua Abu Hanifah sendiri datang di penjara, lalu ditanyakan kepada dirinya:

"Siapa perempuan ini?" Mertua Abu Hanifah pun segera membuka penutup muka wanita itu, dan ternyata ia adalah anaknya sendiri.

Lalu ia berujar: "Perempuan ini adalah anakku yang aku nikahkan kepada Imam Abu Hanifah ini,".

Nah, seketika hilanglah fitnah murahan orang-orang yang hasud terhadap Abu Hanifah, dan justru pengaruhnya semakin besar di hadapan masyarakat.

Melewati jebakan skenario keji pelecehan seksual ini Abu Hanifah mendendangkan syair:

إِنْ يَحْسَدُونِي فَإِنِّي غَيْرُ لاَئِمِهِمْ * قَبْلِي مِنَ النَّاسِ أهْل الْفَضْلِ قَدْ حُسِدُوا فَدَامَ لِي ولهُمْ مَا بِي وَمَا بِهِمُ * ومات أكثرنا غيظاً بما يجد

Artinya, "Jika mereka hasud atau iri dan dengki kepadaku, mana bukan orang yang mencela mereka; sebelum peristiwa ini sudah ada manusia-manusia yang sebenarnya mulia tapi mereka hasud terhadap orang lain. Maka tetap abadi bagiku pahala untukku dan abadi bagi mereka dosa untuk mereka; dan kebanyakan kita mati dalam kondisi menyesali balasan atas dosa yang ditemukan atau dilakukannya."

Kisah selengkapnya dapat disimak dalam kitab al-Jawahir al-Lu'lu'iyah karya Syekh Muhammad al-Jurdani. (Muhammad bin Abdillah al-Jurdani ad-Dimyathi, al-Jawahir al-Lu'lu'iyah Syarhul Arba'in an-Nawawiyah, [Manshurah, Maktabah al-Iman], halaman 300).

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.