Sukses

Minuman Ringan Kurang Diminati Selama Ramadan

Penurunan tersebut terjadi karena pertumbuhan ekonomi nasional yang sedang terkontraksi.

Liputan6.com, Jakarta - Penjualan minuman ringan pada bulan Ramadan dan jelang Lebaran tahun ini diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi karena pertumbuhan ekonomi nasional yang sedang terkontraksi.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triyono Prijosoesilo mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2015 kemarin mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut membuat daya beli masyarakat juga turun dan berpengaruh kepada penjualan minuman ringan.

"Lebaran tahun ini sepertinya tidak seramai dulu. Jadi kami lihat tendensinya tidak sebesar dulu. Tapi kami berharap tetap ada pertumbuhan," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Senin (22/6/2015).

Dari total penjualan minuman ringan sebesar 600 miliar liter per tahun, pada bulan puasa dan Lebaran biasanya menyumbang 30 persen.

"Total penjualan kami kan per tahunnya rata-rata sebesar 600 miliar liter per tahun, pada Lebaran biasanya menyumbang lebih dari 180 miliar liter. Tapi setelah Lebaran biasanya langsung drop," lanjutnya.

Meski demikian, Triyono tetap berharapkan penjualan minuman ringan mengalami peningkatan, setidaknya sebesar 30 persen. Angka ini merupakan angka rata-rata kenaikan penjualan saat puasa dan Lebaran berlangsung.

"Kami berharapnya konsumsi meningkat, jadi penjualannya juga meningkat. Memang umumnya pada saat puasa dan Lebaran ada pertumbuhan penjualan 30 persen," tandasnya.

Badan Pusat Statisitik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21 persen.

Kepala BPS Suryamin mengatakan besaran pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi melemahnya perekonomian di China. "Yang menentukan pertumbuhan ekonomi karena ekonomi China menurun dari 7,4 persen menjadi 7 persen," kata dia.

Penyebab lainnya pelemahan harga minyak mentah dunia. Kemudian penurunan nilai ekspor dan impor di kuartal I dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. (Dny/Nrm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.