Sukses

Ryamizard Ryacudu : Bulan Puasa Saya Memilih Capres Terbaik

Menurut Ryamizard, kedua capres sama-sama punya syarat menjadi seorang pemimpin.

Liputan6.com, Palembang - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Purnawirawan Ryamizard Ryacudu yang pernah digadang-gadang akan mendampingi capres Joko Widodo, ternyata belum menentukan sikap akan mendukung pasangan capres dan cawapres mana dalam pemilu presiden 9 Juli nanti.

Pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 21 April 1950 ini, masih bungkam apakah akan mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa atau Joko Widodo-Jusuf Kalla.

"Saya netral, sampai detik ini tidak memihak siapapun. Dua-duanya terbaik dan layak memimpin Indonesia 5 tahun ke depan. Sebagai mediator, saya harus netral dulu dong," katanya kepada Liputan6.com, di Hotel Arista Palembang, Selasa (24/6/2014).

Menurut Ryamizard, keduanya sama-sama punya syarat menjadi seorang pemimpin. Dilihat dari kedekatan secara personal, dia bisa melihat sisi baik dari 2 sosok capres ini.

"Prabowo itu bukan orang lain, beliau itu saudara saya, teman seperjuangan dan sependeritaan. Sama juga dengan Jokowi, saya sudah kenal dia sejak masih jadi walikota Solo dulu. Saya kenal baik dengannya dan Ibu Megawati yang sudah seperti kakak saya sendiri. Jadi saya paham betul dengan keduanya yang saya anggap sama-sama layak," ucapnya.

Meski belum bisa memastikan kapan akan menentukan sikap, namun ia yakin saat Ramadan nanti, bisa memilih capres yang terbaik. "Puasa saat yang tepat membuka pikiran menyeleksi terbaik dan yang terbaik," ujarnya.

Kendati Jokowi lebih memilih menggandeng Jusuf Kalla ketimbang dirinya, Ryamizard mengaku tak sakit hati dan menganggap semuanya figur yang tepat.

Bahkan, ia juga mengingatkan kepada rakyat Indonesia, khususnya warga Sumatera Selatan agar jangan sampai terpecah karena berbeda pilihan pada pilpres mendatang.

"Di tempat kelahiran saya, jangan sampai terpecah karena Pemilu. Politik nggak dibawa mati. Hanya orang bodoh yang bermusuhan hanya karena kekuasaan. Kampungan orang bermusuh oleh politik kekuasaan. Pejuang terdahulu mempersatukan bangsa ini setengah mati, jadi bodoh kalau terpecah hanya karena politik," tegasnya. (Sun)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.