Liputan6.com, Jakarta Ikan aligator gar dengan penampilannya yang menakjubkan dan prehistorik, telah menjadi subjek fascinasi bagi para ilmuwan dan penggemar ikan selama bertahun-tahun. Spesies ini dapat ditemukan di perairan tawar Amerika Utara, memiliki sejarah evolusi yang panjang, bertahan hidup selama jutaan tahun tanpa banyak perubahan dalam bentuk fisiknya. Dengan tubuh yang panjang dan bersisik keras, serta moncong yang menyerupai buaya, ikan ini memang pantas mendapatkan namanya yang mengesankan.
Meskipun penampilannya mungkin menakutkan bagi sebagian orang, penting untuk dipahami bahwa ikan aligator gar bukanlah ancaman langsung bagi manusia. Tidak seperti mitos yang beredar, ikan ini tidak memangsa atau menyerang manusia. Sebaliknya, mereka lebih suka menghindari kontak dengan manusia dan umumnya pemalu. Namun, satu hal yang perlu diwaspadai adalah telur ikan ini, di mana mengandung racun yang dapat berbahaya jika tertelan oleh manusia. Ini merupakan mekanisme pertahanan alami yang telah berkembang selama jutaan tahun, untuk melindungi keturunan mereka dari predator.
Dalam ekosistem alaminya, ikan aligator gar memainkan peran penting sebagai predator puncak, membantu menjaga keseimbangan populasi ikan lain. Namun, ketika diperkenalkan ke habitat baru di luar jangkauan aslinya, mereka dapat menjadi ancaman serius bagi ekosistem lokal. Kemampuan adaptasi mereka yang luar biasa, ditambah dengan ukuran tubuh yang besar dan nafsu makan yang tinggi, dapat menyebabkan gangguan signifikan pada rantai makanan di perairan yang bukan habitat aslinya. Hal ini menyoroti pentingnya pengelolaan yang hati-hati dan pencegahan introduksi spesies non-natif ke ekosistem baru.
Advertisement
Berikut ini alasan ikan aligator dilarang di Indonesia yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (12/9/2024).Â
Mengenal Spesies Ikan Aligator Gar
Alligator Gar (Atractosteus spatula) adalah spesies ikan yang termasuk dalam keluarga sturgeon. Ikan ini dikenal dengan tubuhnya yang panjang dan besar, serta memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari ikan sturgeon lainnya. Alligator gar berasal dari wilayah sekitar Sungai Mississippi dan Arkansas di Amerika Serikat. Habitat alaminya meliputi danau, sungai dan muara, di mana ia dapat ditemukan mengarungi perairan tersebut dengan nyaman.
Ikan alligator gar mengonsumsi berbagai jenis makanan seperti ikan kecil, kerang dan udang. Struktur giginya yang kecil dan berderet membuatnya tidak mampu memotong mangsanya dengan baik. Oleh karena itu, ikan ini cenderung mencari makan dengan cara mengaduk-aduk pasir, atau dasar sungai untuk menemukan ikan kecil yang mungkin tersembunyi di sekitar tumbuhan air atau di dalam pasir.
Secara fisik, alligator gar dapat tumbuh hingga mencapai panjang 2 meter dan memiliki masa hidup yang dapat mencapai 50 tahun. Identifikasi alligator gar dapat dilakukan dengan mudah berkat bentuk mulutnya yang khas. Mulut ikan ini panjang, pipih, dan rahangnya lebar, memberikan ciri khas yang membedakannya dari ikan sturgeon lainnya. Warna tubuh alligator gar adalah gelap kehijauan di bagian punggung, akan secara bertahap memudar menjadi putih di bagian perut. Varian albino dari alligator gar yang sering disebut sebagai snow white alligator gar, menarik perhatian banyak pecinta ikan karena warnanya yang putih dan tampak cantik.Â
Proses pemeliharaan alligator gar dapat dimulai dari fase larva. Setelah menetas, larva ini bisa diberikan makanan berbentuk pelet sekitar 7-10 hari setelah menetas. Bahkan, 2-3 hari setelah menetas, larva alligator gar dapat mulai dilatih untuk makan pelet dengan mencampurkannya dengan makanan asli mereka, yaitu artemia. Pada usia 5 hari, struktur gigi dan sistem pencernaan larva alligator gar telah cukup berkembang untuk mencerna pelet. Adapun sebaran geografis alligator gar mencakup area dari barat daya Ohio dan selatan Illinois hingga daerah aliran Sungai Mississippi. Ikan ini juga menyebar ke selatan hingga Teluk Meksiko, termasuk dataran pantai Teluk Meksiko dari Sungai Ecofina di Florida hingga Veracruz, Meksiko. Sebaran ini menunjukkan kemampuan adaptasi alligator gar terhadap berbagai kondisi lingkungan, menjadikannya salah satu ikan predator yang menarik untuk dipelajari dan dipelihara.
Advertisement
 Larangan Pemeliharaan Ikan Aligator dan Regulasi Terkait
Ikan aligator (Atractosteus spatula) dikenal sebagai salah satu spesies ikan invasif yang memiliki potensi besar untuk mengancam kelestarian sumber daya ikan, lingkungan dan keselamatan manusia. Mengingat dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh ikan ini, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang melarang pemeliharaan ikan aligator di wilayah negara ini.
Larangan ini tertuang dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang dirancang, untuk melindungi ekosistem perairan dan mencegah penyebaran spesies berbahaya. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, menjadi dasar hukum utama yang mengatur pengelolaan sumber daya perikanan. Selain itu, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2014 juga menetapkan larangan pemasukan jenis ikan berbahaya dari luar negeri ke dalam wilayah Republik Indonesia. Regulasi ini dirancang untuk menghindari masuknya spesies ikan yang dapat mengancam keseimbangan ekosistem lokal.
Berdasarkan aturan yang berlaku, individu yang terlibat dalam pemeliharaan ikan-ikan berbahaya seperti ikan aligator dapat dikenai sanksi pidana. Hukuman yang diatur mencakup pidana penjara selama enam tahun dan denda sebesar Rp1,5 miliar bagi mereka yang melanggar ketentuan ini. Selain itu, jika ikan aligator dilepaskan ke perairan umum, pelakunya dapat dikenai hukuman yang lebih berat, yaitu pidana penjara selama sepuluh tahun dan denda sebesar Rp2 miliar. Hukuman ini bertujuan untuk menekan potensi penyebaran dan dampak negatif dari spesies invasif yang dapat merusak ekosistem perairan.
Menurut informasi yang diperoleh dari situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) menyatakan bahwa spesies ikan seperti Arapaima gigas, ikan aligator, dan piranha termasuk dalam kategori ikan yang membahayakan sumber daya hayati perikanan di Indonesia. Upaya pengendalian yang ketat dan regulasi yang diterapkan diharapkan dapat mencegah dampak buruk terhadap ekosistem perairan, dan melindungi keberagaman hayati yang ada di dalamnya.
Alasan Ikan Alligator Dilarang Dipelihara
Pemerintah Indonesia melarang pemeliharaan ikan alligator (Atractosteus spatula) karena beberapa alasan yang terkait dengan dampaknya terhadap ekosistem, keamanan publik dan tantangan pengendalian. Berikut adalah penjelasan mendetail mengenai alasan-alasan tersebut:
1. Ancaman Terhadap Ekosistem Lokal
Ikan alligator adalah predator besar dan agresif yang dapat menimbulkan ancaman signifikan terhadap ekosistem lokal jika dilepas ke perairan bebas. Di Indonesia, terdapat banyak spesies ikan asli yang berpotensi menjadi mangsa ikan alligator. Dengan kemampuan predatorinya, ikan alligator dapat memangsa berbagai jenis ikan lokal yang mungkin tidak memiliki pertahanan yang memadai terhadap predator sekuat ini. Akibatnya, hal ini dapat menyebabkan penurunan populasi ikan asli, merusak rantai makanan, dan mengganggu keseimbangan keanekaragaman hayati di perairan tersebut. Kerusakan yang ditimbulkan pada ekosistem lokal akibat kehadiran ikan alligator dapat memiliki dampak jangka panjang yang merugikan terhadap kesehatan ekosistem perairan.
2. Potensi Invasif
Ikan alligator termasuk dalam kategori spesies invasif yang dapat menyebar dengan cepat dan mendominasi habitat baru jika dilepas atau tidak sengaja terlepas ke lingkungan perairan di Indonesia. Spesies invasif sering kali mampu menggantikan spesies asli yang telah ada, mengubah struktur komunitas ekosistem, dan menimbulkan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati. Kasus serupa pernah terjadi dengan beberapa spesies ikan lain yang dilepaskan ke perairan Indonesia, yang mengakibatkan gangguan serius pada keseimbangan ekosistem. Potensi invasif ikan alligator memerlukan perhatian khusus untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada ekosistem lokal.
3. Bahaya Bagi Manusia
Ikan alligator memiliki gigi yang tajam dan kekuatan yang besar, menjadikannya potensi bahaya bagi manusia. Meskipun ikan ini tidak secara aktif menyerang manusia, kekhawatiran terkait keselamatan tetap ada, terutama di area perairan umum seperti sungai dan danau. Potensi bahaya fisik jika seseorang tidak sengaja berinteraksi dengan ikan ini cukup tinggi, mengingat ukuran dan kekuatan predatornya. Oleh karena itu, menjaga jarak dan menghindari kontak dengan ikan alligator di lingkungan alam menjadi penting untuk mengurangi risiko kecelakaan.
3. Kurangnya Regulasi dan Kontrol
Pengendalian pemeliharaan ikan alligator di lingkungan tertutup, seperti akuarium rumah tangga, menghadapi tantangan signifikan. Ketika ikan ini tumbuh besar, pemiliknya sering kali mengalami kesulitan dalam memeliharanya, dan ada kemungkinan beberapa ikan alligator akan dilepaskan ke perairan umum. Ketidakmampuan untuk memantau dan mengatur bagaimana ikan ini dipelihara secara efektif membuat pemerintah Indonesia memilih untuk melarang pemeliharaannya. Langkah ini diambil sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari potensi risiko dan dampak negatif yang dapat timbul dari keberadaan ikan alligator di luar habitat aslinya.
Advertisement