Sukses

Akumulasi Adalah Pertambahan Nilai, Pahami Fungsi dan Contohnya

Akumulasi adalah proses pengumpulan atau penimbunan jumlah dari waktu ke waktu.

Liputan6.com, Jakarta Akumulasi adalah proses pengumpulan atau penimbunan suatu nilai atau jumlah dari waktu ke waktu. Dalam konteks bisnis dan ekonomi, akumulasi adalah sebuah penambahan periodik dana, keuntungan, atau nilai pada suatu entitas atau investasi.

Itu artinya, akumulasi bisa mencakup penambahan bunga, pendapatan, atau laba yang ditahan dari periode sebelumnya. Akumulasi juga dapat terjadi dalam bentuk penyusutan nilai aset tetap dari waktu ke waktu.

Akumulasi penyusutan dalam akuntansi, seperti kumpulan beban penyusutan periodik yang mengurangi nilai aset seiring penggunaannya. Akumulasi adalah berperan penting dalam menghitung nilai akumulasi, perencanaan keuangan, dan pengambilan keputusan investasi.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang akumulasi adalah pertambahan nilai lengkap fungsi akumulasi, Selasa (4/7/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pertambahan Nilai

Akumulasi adalah istilah yang sangat populer di dunia bisnis dan ekonomi. Secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, akumulasi artinya pengumpulan, penimbunan, atau penghimpunan. Dalam konteks ekonomi, akumulasi mengacu pada tambahan periodik suatu dana dari bunga atau tambahan lain pada tambahan laba neto pada laba yang ditahan.

Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia Kemdikbud menyamakan akumulasi dengan beberapa istilah lain, seperti amplifikasi, pelebaran, peluasan, anak uang, bunga ditambahkan, dan sejenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa akumulasi adalah memiliki kaitan erat dengan proses penambahan nilai atau jumlah dalam berbagai konteks.

Perlu diketahui bahwa akumulasi adalah tidak selalu berhubungan dengan penambahan nilai karena keuntungan atau laba, tetapi juga dapat berhubungan dengan penambahan nilai yang turun atau penyusutan. Sebagai contoh, dalam akuntansi, akumulasi penyusutan merupakan kumpulan beban penyusutan periodik yang mengurangi nilai aset tetap dari waktu ke waktu.

Misalnya, peralatan kantor, peralatan pertambangan atau pabrik, gedung, mobil, dan aset fisik lainnya yang digunakan dalam operasional perusahaan adalah contoh akumulasi penyusutan.

Dalam buku "Pengantar Akuntansi" yang ditulis oleh Hery SE, dijelaskan pada akhir tahun pertama penggunaan aset, besarnya akumulasi penyusutan akan sama dengan besarnya beban penyusutan selama tahun pertama pemakaian. Proses ini akan terus berlanjut seiring berjalannya waktu dan pemakaian aset, sehingga nilai aset akan terus berkurang dalam akumulasi penyusutan.

Akumulasi juga dapat berlaku dalam hal yang lain, misalnya akumulasi utang atau akumulasi piutang. Dalam kasus akumulasi utang, perusahaan akan mengumpulkan hutang-hutang yang belum diselesaikan oleh pelanggan atau pihak lain. Sementara dalam akumulasi piutang, perusahaan mengumpulkan tagihan yang belum dibayar oleh pelanggan atau pihak lain.

 

3 dari 3 halaman

Fungsi Akumulasi

Fungsi akumulasi adalah memiliki peran penting dalam menghitung nilai akumulasi dari suatu investasi selama periode waktu tertentu. Dalam jurnal berjudul "Momen Akumulasi Dari Suatu Anuitas Awal dengan Tingkat Bunga Efektif" yang ditulis oleh Johannes Kho dan Ari Fatmawati, fungsi akumulasi didefinisikan sebagai nilai akumulasi pada waktu t dari investasi awal sebesar 1 satuan, ditambah bunga yang diterima selama periode waktu tersebut.

Terdapat dua jenis fungsi akumulasi yang umum digunakan, yaitu fungsi akumulasi linear dan fungsi akumulasi eksponensial. Ini definisi dan contoh menghitungnya:

Contoh Linier

Fungsi akumulasi linear digunakan ketika tingkat bunga yang diberikan pada investasi adalah tingkat bunga sederhana. Dalam hal ini, nilai akumulasi akan meningkat secara linear seiring dengan berjalannya waktu.

Contoh penggunaan fungsi akumulasi linear adalah ketika seseorang menabung di bank dengan bunga sederhana. Misalnya, jika seseorang menabung sebesar 1 juta rupiah dengan bunga sederhana 5% per tahun, maka setelah satu tahun nilai akumulasi akan menjadi 1.050.000 rupiah, setelah dua tahun akan menjadi 1.100.000 rupiah, dan seterusnya.

Contoh selanjutnya, misalkan seseorang memiliki tabungan di bank dengan bunga sederhana. Jika mereka menabung sebesar 5.000.000 rupiah dengan tingkat bunga sederhana 7% per tahun, maka setiap tahun nilai tabungan akan meningkat sebesar 7% dari jumlah awal tabungan. Menggunakan fungsi akumulasi linear, kita dapat menghitung nilai akumulasi tabungan tersebut setelah beberapa tahun.

Setelah satu tahun, nilai akumulasi tabungan akan menjadi 5.000.000 + (5.000.000 * 7%) = 5.350.000 rupiah. Setelah dua tahun, nilai akumulasi tabungan akan menjadi 5.350.000 + (5.350.000 * 7%) = 5.724.500 rupiah, dan seterusnya.

Contoh Eksponensial

Sementara itu, fungsi akumulasi eksponensial digunakan ketika tingkat bunga yang diberikan pada investasi adalah tingkat bunga majemuk. Dalam hal ini, nilai akumulasi akan mengalami pertumbuhan eksponensial seiring dengan berjalannya waktu.

Contoh penggunaan fungsi akumulasi eksponensial adalah ketika seseorang melakukan investasi dalam bentuk deposito atau obligasi dengan bunga majemuk. Misalnya, jika seseorang menanamkan 1 juta rupiah dalam deposito dengan bunga majemuk 5% per tahun, maka setelah satu tahun nilai akumulasi akan menjadi 1.050.000 rupiah. Namun, pada tahun kedua, bunga akan dihitung berdasarkan nilai akumulasi tahun sebelumnya, sehingga pertumbuhan akan semakin cepat.

Contoh selanjutnya, misalkan seseorang melakukan investasi dalam bentuk deposito dengan bunga majemuk. Jika mereka menanamkan sejumlah uang, misalnya 2.000.000 rupiah, dengan tingkat bunga majemuk 6% per tahun, maka nilai akumulasi investasi tersebut akan mengalami pertumbuhan eksponensial seiring berjalannya waktu. Menggunakan fungsi akumulasi eksponensial, maka akan bisa menghitung nilai akumulasi investasi setelah beberapa tahun.

Misalnya, setelah satu tahun, nilai akumulasi investasi akan menjadi 2.000.000 * (1 + 6%) = 2.120.000 rupiah. Pada tahun kedua, bunga akan dihitung berdasarkan nilai akumulasi tahun sebelumnya, sehingga pertumbuhannya akan semakin cepat. Jadi, nilai akumulasi pada tahun kedua akan menjadi 2.120.000 * (1 + 6%) = 2.245.200 rupiah, dan seterusnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.