Sukses

Mengatakan 'Jangan' pada Anak Tidak Selalu Efektif, Begini Strategi yang Lebih Ampuh

Sering kali para orangtua mengatakan larangan pada anaknya dengan kata 'jangan'.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi orang tua balita, frasa "jangan" mungkin sudah menjadi bagian keseharian. "Jangan colok mata adikmu!", "Jangan lempar makananmu ke lantai!", "Jangan lari di tempat parkir!".

Frasa-frasa ini sering kali diucapkan dengan nada tinggi dan tegas untuk menghentikan perilaku balita yang dianggap tidak pantas.

Namun, menurut pakar pengasuhan anak Dr. Chelsey Hauge-Zavaleta yang dikutip dari Tinybeans.com, balita berusia dua setengah hingga tiga setengah tahun mungkin belum memahami arti frasa "jangan" sepenuhnya.

Hal ini karena pada usia ini, mereka masih dalam tahap perkembangan bahasa dan belum mampu mencerna makna negatif dengan baik.

Ketika orang tua meninggikan suara dan berkata "Jangan buka kulkas!", balita mungkin mengerti bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang salah karena nada suara orang tua menunjukkan kemarahan.

Namun, mereka belum tentu memahami bahwa mereka dilarang membuka kulkas. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi bagi orang tua dan kebingungan bagi balita.

Alih-alih mengucapkan kata-kata larangan yang sering kali diabaikan atau memicu perlawanan, ada strategi lain yang lebih ampuh dan positif untuk mendidik anak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengganti Instruksi yang Diberikan Pada Seorang Balita

Dr. Chelsey Hauge-Zavaleta memberikan tips mudah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan bahasa balita Anda. "Pertama, siapkan dua benda yang familiar bagi balita Anda, seperti stroberi dan apel," jelasnya.

"Kemudian, dengan senyum lebar, katakan, 'Berikan mama yang bukan stroberi'. Sebagian besar anak akan memberikan stroberi kepada Anda."

Namun, jika balita Anda memahami instruksi dan memberikan apel, Dr. Hauge-Zavaleta menyarankan untuk meminta bantuan orang lain selain orang tua untuk mengulangi tes ini.

"Perhatikan bagaimana balita Anda merespons," ujarnya. "Menyaksikan anak Anda sendiri tidak memahami kata 'bukan' mungkin adalah cara paling efektif untuk membuat Anda beralih ke pendekatan pendisiplinan yang lebih positif."

Cara sederhana ini dapat membantu orang tua memahami kemampuan bahasa balita mereka dan memilih strategi komunikasi yang lebih efektif untuk mendisiplinkan.

3 dari 3 halaman

Menggunakan Frasa yang Lebih Positif

Dr. Chelsey Hauge-Zavaleta, pakar pengasuhan anak, merekomendasikan pendekatan "positif berlawanan" untuk mendisiplinkan balita. Alih-alih menggunakan kata-kata negatif seperti "tidak", "berhenti", dan "jangan", Dr. Hauge-Zavaleta menyarankan untuk menggantinya dengan frasa positif.

Contohnya, daripada mengatakan "Jangan lari menjauh dari saya," orang tua dapat berkata "Ayo kita semua berpegangan tangan di tempat parkir." Frasa positif ini lebih mudah dipahami dan diikuti oleh balita.

Meskipun membutuhkan latihan untuk membiasakan diri, merumuskan ulang bahasa dengan cara ini dapat membantu orang tua memahami cara berkomunikasi yang lebih efektif dengan balita.

Dengan memahami tingkat perkembangan mereka, orang tua dapat memilih taktik yang tepat untuk membantu anak mereka mencapai kesuksesan dan mencapai tujuan yang diinginkan. Pendekatan ini menciptakan situasi yang saling menguntungkan bagi orang tua dan anak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini