Sukses

Polusi Udara Bisa Hambat Tercapainya Indonesia Emas 2045

Menurut dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), pengaruh polusi cenderung luas termasuk pada ibu hamil, janin, dan generasi berikutnya.

Liputan6.com, Jakarta - Kualitas udara memengaruhi cita-cita mencapai Indonesia Emas 2045. Pasalnya, menurut dokter spesialis anak Frida Soesanti, paparan polusi tidak hanya memengaruhi generasi masa kini.

Menurut dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu, pengaruh polusi cenderung luas termasuk pada ibu hamil, janin, dan generasi berikutnya.

“Dan itu akan muter terus circle-nya kalau kita nggak pernah setop. Nah, yang paling penting adalah apa sih yang mau kita berikan pada generasi yang akan datang. Kita mau ngasih lingkungan yang bagus atau kita mau kasih lingkungan yang amburadul?” kata Frida dalam Forum Menuju Indonesia Emas 2045: Dampak Kualitas Udara terhadap Manusia Indonesia di Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Frida menambahkan, memberikan lingkungan yang bagus pada anak adalah bentuk pemenuhan hak anak.

“Supaya anaknya enggak cuman survive, kita enggak bicara soal survive doang tapi kita bicara bagaimana anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Masa depan Indonesia ada di generasi yang akan datang, bukan di kita,” jelas Frida.

Dalam penelitian, lanjut Frida, 26 persen kematian balita atau anak di bawah lima tahun sebetulnya bisa dicegah kalau semua pihak bisa memberikan lingkungan yang baik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Angka Kematian Balita di Indonesia dan Potensi Jumlah Nyawa yang Bisa Diselamatkan

Frida juga menyampaikan, angka kematian anak di bawah lima tahun atau balita di Indonesia adalah 22 per 1.000.

“Saya ambil data Jakarta, di Jakarta anak balita 2,4 juta pada tahun 2022. Jadi, kalau kita lihat angka kematiannya 22 per 1.000, maka kira-kira 53.280 balita meninggal setiap tahunnya,” katanya dalam diskusi bersama Komunitas Bicara Udara.

Sementara, 26 persen kematian balita yang dapat dicegah adalah lebih kurang sepertiga dari jumlah tersebut. Dengan kata lain, jika semua pihak berhasil mengupayakan lingkungan yang baik salah satunya terkait polusi udara, maka jumlah balita yang bisa diselamatkan adalah 13.852 balita per tahun.

3 dari 4 halaman

Anak Adalah Populasi Rentan

Frida menambahkan, anak adalah populasi rentan atas semua pengaruh termasuk pengaruh lingkungan.

Frida sebagai dokter endokrin kerap menemukan kasus anak-anak yang mengalami pubertas jauh lebih dini ketimbang anak-anak generasi dulu.

Ini bukan serta merta pengaruh keturunan, melainkan akibat epigenetik. Istilah epigenetik dikaitkan dengan perubahan ekspresi gen dalam tubuh yang dipengaruhi lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang memicu epigenetik adalah polusi.

“Sejak kapan polusi mengubah ekspresi dari gen kita? Kapan sebetulnya yang paling vulnerable? Mulai dari dalam kandungan, anak lahir, sampai remaja. Itu semuanya adalah fase yang sangat kritis untuk berkembang,” jelas Frida.

4 dari 4 halaman

Kenapa Anak Lebih Rentan?

Lebih lanjut, Frida menyampaikan alasan mengapa anak-anak lebih rentan terpengaruh polusi ketimbang orang dewasa, sebagai berikut:

  • Pertama, anak masih dalam masa perkembangan. Semua organ tubuhnya masih baru.
  • Kedua, sistem endokrin belum optimal sepenuhnya.
  • Ketiga, anak bernapas lebih cepat daripada dewasa. Sehingga jika ada polusi maka yang terhirup akan lebih banyak
  • Keempat, ukuran tubuhnya lebih kecil dari orang dewasa. Jadi, proporsi yang masuk ke dalam tubuhnya, jauh lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.

“Jadi, anak-anak itu jauh lebih rentan dari orang dewasa. Nah, kapan sebetulnya mereka bisa terpengaruh polisi? Waktu dia di sekolah, waktu dia di jalan, mau ke sekolah, waktu bermain, segala macam. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.