Sukses

Serba-Serbi Kanker Prostat, Mulai dari Penyebab hingga Deteksinya yang Kini Bisa Lebih Akurat

Kanker prostat menjadi salah satu penyakit yang berisiko dialami oleh pria lanjut usia. Lantas, hal apa saja yang perlu diketahui soal kanker prostat?

Liputan6.com, Jakarta Saat memasuki usia lanjut, risiko pria mengalami kanker prostat jadi bertambah. Belum lagi, gejala kanker prostat pada stadium awal kerap kali tak terdeteksi dan membuat banyak pasien datang ketika usia lanjut.

Namun, apa yang sebenarnya menjadi penyebab kanker prostat? Serta, apa saja yang menjadi faktor risiko kanker prostat?

Dokter spesialis bedah urologi RS EMC Pekayon,  Dwiki Haryo Indrawan menuturkan bahwa kanker prostat terjadi ketika sel mengalami perubahan pada kelenjar prostat yang hanya dimiliki laki-laki.

"Itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya kanker dari faktor internal maupun eksternal dari tubuh pasien," ujar Dwiki dalam acara Healthy Monday bersama Liputan6.com bertema Pentingnya Deteksi Dini yang Akurat untuk Kanker Prostat, Senin (28/8/2023).

Faktor Riwayat Keluarga

Dokter spesialis bedah urologi RS EMC Tangerang, Isaac Ardianson Deswanto, BMedSc, FICS yang turut hadir mengungkapkan bahwa salah satu faktor risiko kanker prostat sendiri adalah faktor riwayat keluarga atau genetik.

"Ada hubungannya dengan riwayat keluarga. Misalnya di ayah, paman, atau kakak laki-laki yang punya riwayat kanker prostat. Dia punya risiko lebih tinggi untuk terserang kanker prostat juga," kata Isaac.

"Kalau yang terbaru kita bisa mendeteksi risiko kanker prostat lebih awal. Biasanya dengan genetic screening," sambungnya.

Isaac menambahkan, genetic screening bisa membantu pasien mengetahui lebih awal jikalau memang ada mutasi pada gen dalam tubuhnya yang berkaitan dengan kanker prostat.

Selain itu, kanker prostat pun kini bisa diperiksa dengan lebih cepat dan lebih akurat menggunakan teknologi terbaru yang tersedia di RS Graha Kedoya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Deteksi Kanker Prostat dengan Lebih Akurat

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis bedah urologi RS Grha Kedoya, Alwyn G Samuel mengungkapkan bahwa Prostate Health Index (PHI) merupakan metode pemeriksaan paling mutakhir untuk deteksi kanker prostat.

"Kalau PHI itu adalah salah satu pemeriksaan paling mutakhir. Jadi biasanya kita periksakan lewat darah yaitu PSA (Prostate Specific Antigen) total atau free PSA," kata Alwyn.

"Nah, Prostate Health Index itu menggabungkan free PSA, PSA total, dan p2PSA. Sehingga semua dari tiga itu akan keluar angka, percentage, sehingga bisa lebih akurat apakah pasien ini perlu dibiopsi atau tidak, atau kemungkinan kanker prostatnya besar atau tidak," sambungnya.

Alwyn menambahkan, pemeriksaan PHI tersedia di RS Grha Kedoya. PHI diperiksa menggunakan mesin khusus yang bisa memberikan hasil lebih akurat untuk mendeteksi risiko kanker prostat.

3 dari 4 halaman

Gejala Awal Kanker Prostat Sering Tak Terdeteksi

Lebih lanjut, Dwiki mengungkapkan bahwa gejala awal kanker prostat kebanyakan tidak dirasakan oleh pasien. Hal itulah mengapa kanker prostat lebih sering terdeteksi saat usia lanjut.

"Gejala awal pada beberapa pasien atau kebanyakan pasien bahkan, ada yang tidak memiliki gejala sama sekali. Biasanya ketahuan saat mereka medical check up atau gejalanya muncul setelah stadiumnya sudah meningkat," kata Dwiki.

"Gejala-gejalanya biasa saluran kencing bagian bawah. Misal susah berkemih atau sering-sering kencing, dan yang paling ditakutkan adalah kencing berdarah disertai dengan sperma bercampur darah," sambungnya.

4 dari 4 halaman

Pasien Kanker Prostat Datang Sudah dengan Keluhan

Dwiki mengungkapkan bahwa pasien kanker prostat juga ada yang datang ketika sudah mengalami gejala stadium akhir.

"Tidak menutup kemungkinan pasien datang saat sudah stadium akhir dengan keluhan nyeri pada tulang, punggung, paha, atau daerah selangkangan," ujar Dwiki.

Sehingga, jika memang ditemukan gejala yang di atas, pemeriksaan lebih lanjut penting untuk dilakukan.

"Apabila ada pasien dengan keluhan yang saya sebutkan tadi, kencing berdarah, atau sperma bercampur darah, biasanya kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membantu mendiagnosa," kata Dwiki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.