Sukses

Jakarta Dikepung Polusi Udara, Menkes Budi Harap Segera Ada Penanganan di Hulu

Menkes Budi mengatakan penanganan polusi udara perlu dilakukan dari hulu seperti soal lingkungan hidup, energi, dan transportasi.

Liputan6.com, Tangerang Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta kementerian lain untuk melakukan penanganan polusi udara yang tengah terjadi di Jakarta serta wilayah di sekitarnya. Hal ini supaya pembiayaan BPJS Kesehatan menanggung lima penyakit pernapasan tidak melebihi anggaran yang dimiliki sekitar RP10 triliun.

"Nah, ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) ini kita di sisi hilir ya, kalau ada yang sakit kita yang menangani. Rumah sakitnya, dokternya dan obat-obatannya. Tapi, penyakit pernapasan ini ada lima, kanker paru, tuberkolosis (TB), paru kronis, asma dan pneumonia, semuanya meningkat," ungkap Menkes Budi Gunadi Sadikin, saat memberi kuliah umum di Universitas Pelita Harapan (UPH), Tangerang, Jumat (25/8/2023).

Lalu, lanjut Menkes, kelima penyakit ini semuanya ditanggung pengobatannya melalui BPJS Kesehatan. Pada tahun lalu, anggaran penangananya mencapai Rp10 triliun.

"Tahun lalu, BPJS nya mencapai Rp10 triliun dan memang terjadi peningkatan cukup tinggi akhir-akhir ini," kata Menkes Budi

Untuk itu, dia berharap penanganan polusi udara dilakukan dari hulu. Sehingga tak terjadi terus menerus peningkatan pasien penyakit pernapasan akibat polusi udara.

"Saya berharap kalau di sisi hulunya, seperti lingkungan hidup, energi, dan transportasi, agar polusi ini segera teratasi," katanya.

Hal senada juga disampaikan Pakar Pulmonologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof .Tjandra Yoga Aditama. Pria yang juga Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan pengendalian polusi yang utama berada di sektor hulu.

"Penanganan yang paling tepat tentunya adalah mengidentifikasi faktor penyebab dan segera mengatasinya, apapun dan bagaimanapun caranya, yang jelas harus segera ada tindakan yang berdampak nyata tanpa perlu mengorbankan masyarakat," kata Tjandra Yoga Aditama di kesempatan yang berbeda.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terjadi Peningkatan Kasus Pernapasan Capai 200 Ribu

Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, penyakit pernapasan di Jakarta sebelum pandemi COVID-19 saja sudah di angka 50.000 orang.

Seiring dengan kondisi kualitas udara Jakarta yang memburuk, masyarakat yang terkena penyakit pernapasan jumlahnya naik menjadi 200.000 kasus.

"Kanker paru, tuberkulosis (TB), paru kronis, asma, dan pneumonia merupakan penyakit pernapasan. Di kita sendiri, khususnya di Jakarta, sebelum pandemi COVID-19 sekitar 50.000 orang yang mengalami penyakit tersebut," kata Budi Gunadi Sadikin saat ditemui Health Liputan6.com di sela-sela acara 'ASEAN Finance and Health Ministerial Meeting' di Hotel Mulia Senayan, Jakarta pada Kamis 24 Agustus 2023.

"Dan sekarang naik hingga 200.000 kasus. Itu ada akibatnya juga karena polusi udara," ujarnya.

3 dari 3 halaman

RSUP Persahabatan Alami Peningkatan Kasus ISPA

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Agus Dwi Susanto, mengungkapkan adanya peningkatan pasien poliklinik atau rawat jalan dengan keluhan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pneumonia pada 2023.

Apabila dibandingkan dengan data pada Maret - Juli 2022, jumlah kunjungan terkait ISPA dan pneumonia periode yang sama meningkat hingga 20-30 persen.

“Kalau data ISPA dan pneumonia, kita sudah buka data di RSUP Persahabatan, untuk periode Maret - Juli dibandingkan Maret - Juli 2022, itu ada peningkatan sekitar 20-30 persen kunjungan kita di poli karena ISPA maupun pneumonia,” kata Agus dalam konferensi pers, Rabu (23/8/2023).

Tim RSUP Persahabatan belum menganalisis ada tidaknya kenaikan pasien rawat jalan ISPA dan pnemonia dengan buruknya kualitas udara di Jakarta.

“Hanya saja kita belum melakukan analisis hubungan dengan polutan di wilayah Jakarta Timur,” ucap Agus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini