Sukses

Renatta Moeloek Bisa Tahu Kualitas Udara Jakarta Buruk Bila Alergi Kambuh, Warganet: Hidung Jadi Detektor Alami

Kualitas udara Jakarta yang buruk sampai menganggu kesehatan chef Renatta Moeloek. Alergi rhinitis Renatta kambuh.

Liputan6.com, Jakarta Kualitas udara Jakarta yang buruk bikin alergi Chef Renatta Moeloek kambuh. Tanpa lihat data terkini, dia bisa tahu kualitas udara di sekitarnya sedang tidak sehat tanpa bila alergi itu kambuh.

"Saya yang sinus dan allergic rhinitis paket lengkap cukup rasakan sendiri dan sudah tahu tanpa cek data," kata Renatta.

Rhinitis alergi adalah peradangan membran hidung yang muncul sebagai reaksi berlebih dari sistem kekebalan tubuh terhadap alergen (pemicu alergi). Orang yang mengalami alergi ini biasanya alami hidung tersumbat, bersin-bersin, mata merah dan berair, serta bengkak di sekitar mata.

Jadi, ketika gejala alerginya kambuh, ia bisa menebak dengan tepat bahwa kualitas udara Jakarta atau tempat tinggalnya sedang tidak baik. Sesudah ia mengecek indeks kualitas udara secara real time.

"Tiap ada gejala-gejala, saya cek dan benar," kata Renatta di akun Twitter @moeloekrenatta.

Kemudian, ia ikut menyertakan tangkapan layar soal indeks kualitas udara pada 8 Agustus 2023 di area Kebon Jeruk, Jakarta Barat di level 202. Ini artinya tidak sehat.

Beberapa warganet juga merasakan hal yang sama dengan yang dialami wanita yang jadi juri ajang kompetisi memasak itu.

"Punya rhinitis dan sinus itu kayak punya detektor cuaca yg lengkap beserta dampaknya langsung (gatal, meler, bersin2, wajah bengkak)," cuit salah satu warganet.

"Ih iya banget. Hidung ini jadi detector alami dari Allah," kata warganet lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Warganet Cerita Pengalaman Sakit Diduga karena Polusi Udara

Warganet lainnya juga menyampaikan soal efek menghirup udara Jakarta yang tak sehat. Bahkan, beberapa sampai jatuh sakit.

"Fun fact, kejadian di temen2 aku yg baru dtg dari daerahnya, dalam 2 minggu pertama kedatangan di jkt pasti pada sakit, mungkin karna adaptasi cuaca dan udara nya yg sgt berbanding terbalik. Dan jg kejadian di adik akh sendiri, emang si polusi jkt itu parah," cuit pemilik akun Twitter @abxyxyxxx.

"Aku lagi ngalamin kak 😭 5 hari lalu nyampe di jakarta, sampe sekarang tenggorokan sakit serasa disayat 😷😭," cuit warganet lainnya.

 

3 dari 4 halaman

Renatta Moeloek Keheranan

Renatta mengatakan keheranannya lantaran polusi Jakarta yang masuk level sudah tinggi tidak jadi bahasan besar.

"Polusi jakarta yg bertahun2 punya AQI rata2 diatas 170 dan berstatus "berbahaya utk kesehatan" tapi tetap tidak ada yg bahas/gerak," cuit Renatta.

Padahal bila di luar negeri bila Air Quality Indeks (AQI) atau Indeks Kualitas Udara di atas 170 sudah heboh.

"Di beberapa negara AQI 150 itu sudah jadi headline berita dengan warning heboh jangan keluar rumah, tutup jendeal, pakai masker dan air purifier," tutur wanita 29 tahun itu.

4 dari 4 halaman

Kata Pj Gubernur DKI Jakarta soal Kualitas Udara yang Buruk

Pejabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono tak menampik buruknya kualitas udara di Ibu Kota. Menurut dia, kendati kegiatan perindustrian telah bergeser ke luar kota, Jakarta tetap tak bisa mengatasi polusi udara secara mandiri.

"Sebenarnya Jakarta itu kan terkait industri sudah bergeser ke luar kota Jakarta. Tapi masih ada yang menyebabkan pencemaran udara dari kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat," kata Heru dalam diskusi daring Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), Selasa, 8 Agustus 2023.

Heru menjelaskan, ada peningkatan jumlah kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang masuk ke Jakarta dalam kurun waktu kurang dari dua tahun terakhir. Heru menilai, hal tersebut menjadi beban yang menyumbang pencemaran udara di Ibu Kota.

"Kalau data saya terima, 1,5 tahun terakhir kendaraan roda empat itu dari 4 juta jadi 6 juta loh sekarang. Begitu juga kendaraan roda dua, 14 juta jadi 16 juta. Yang berplat B, itu kan Jabodetabek. Dan Hampir semua masuk Jakarta. Jadi memang beban Jakarta berat," ujar Heru mengutip News Liputan6.com. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini