Sukses

Antraks di Gunungkidul, Komisi IX DPR: Harus Ada Larangan Keras Makan Bangkai Hewan Berpenyakit

Dari kejadian antraks di Gunungkidul, harus ada larangan keras makan bangkai hewan berpenyakit.

Liputan6.com, Jakarta - Bercermin dari kasus antraks di Gunungkidul, DI Yogyakarta, Komisi IX DPR RI menegaskan sangat penting larangan memakan bangkai hewan ternak yang berpenyakit. Dalam hal ini, tak hanya soal antraks saja, melainkan juga bila hewan terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Pernyataan tegas di atas disampaikan oleh anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo. Ketika hewan mati, maka sebaiknya langsung dibakar atau dikubur.

“Harus ada larangan keras agar warga tidak memakan bangkai hewan berpenyakit. Kita kan tidak tahu, apakah hewan sakit itu antraks atau penyakit kuku dan mulut," tegas Handoyo di Jakarta melalui pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Sabtu, 8 Juli 2023.

"Kalau sudah sakit ya dibakar atau dikubur saja."

Harus Paham, Apa Itu Antraks

Meskipun antraks saat ini merebak di Gunungkidul, masyarakat tidak harus panik, melainkan harus waspada dan lebih perhatian terhadap penyakit zoonosis, yang ditularkan dari hewan ke manusia.

“Sekali lagi, masyarakat harus paham, apa itu antraks dan penyakit menular lainnya. Kalau sudah paham, tentu penyakit berbahaya tersebut bisa dihindari," terang Handoyo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Beri Informasi yang Masif ke Masyarakat

Rahmad Handoyo juga mendorong pemerintah pusat untuk berkolaboras dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Pertanian (Kementan) dan Ditjen Peternakan untuk mendesain cara mencegah penyakit menular yang diakibatkan dari hewan ke manusia.

‘Kolaborasi ini juga harus memberikan informasi yang masif ke masyarakat sehingga bisa meminimalisasi kejadian yang tidak diharapkan," lanjutnya.

"Jadi, (kunci) sukses sosialisasi ini ada di pemerintah daerah dan dinas setempat."

Sapi yang Mati Disembelih

Pada konferensi pers Kamis (6/7/2023), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengungkapkan kronologi penyebaran antraks di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul.

Kejadian itu bisa ditarik pada 18 Mei 2023 lalu. Pada saat itu, ada kematian sapi, yang kemudian disembelih dan dibagikan dagingnya kepada warga untuk dikonsumsi.

“Jadi ini yang menjadi salah satu penyebab penyebarannya,” kata Imran.

3 dari 3 halaman

Warga Meninggal Positif Antraks

Kemudian dua hari berselang, kambing milik warga, KR di Gunungkidul juga mati dan disembelih lagi oleh warga untuk dibagikan dagingnya. Bahkan ada sapi milik warga lainnya, SY, yang mati dan dipotong dan juga dibagikan kepada warga.

“Di mana, yang meninggal saat ini, bapak WP, membantu menyembelih sapi bapak SY,” tutur Imran Pambudi.

Selanjutnya, WP didahului masuk ke rumah sakit dengan keluhan gatal dan bengkak serta luka. Saat diperiksa dan diteliti samplenya, almarhum positif spora antraks dari tanah tempat penyembelihan sapi tadi. 

“Tanggal 3 Juni (warga) yang sakit dirujuk ke RS Sardjito dilakukan pengambilan sampel darah, didiagnosis bahwa dia suspek antraks. Tanggal 4 Juni, WP meninggal,” ucap Imran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.